Kemenkop Ungkap E-commerce Asal China Temu Sudah Tiga Kali Coba Masuk Pasar Indonesia
Aplikasi Temu mulai masuk di kawasan Asia Tenggara, khususnya di negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aplikasi e-commerce asal China yang disebut mengancam keberadaan UMKM RI ternyata telah mencoba masuk ke Indonesia sebanyak tiga kali.
Staf Khusus Menteri Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif KemenKopUKM Fiki Satari mengatakan, sejak September 2022, Temu telah sebanyak tiga kali berupaya mendaftarkan merek di Indonesia.
Adapun Temu disebut-sebut bisa mematikan UMKM karena pabrik dari China bisa bertransaksi langsung dengan konsumen.
Baca juga: Metode Pembayaran Digital Berbasis NFC Diperkenalkan di Aplikasi JakLingko
Fiki mengatakan, pada 22 Juli 2024, aplikasi Temu sedang dalam tahap pengajuan ulang di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Temu didaftarkan langsung oleh dua pihak berbeda. Ada satu oleh pihak asing berdasarkan merek dilakukan pemilik langsung dari China dan pihak ke dua adalah WNI domisili Jakarta.
“Ke depan kami harapkan ada komite khusus bagi publik untuk bisa melaporkan, ketika ada plaftom yang tidak sesuai dan melakukan pelanggaran bisa langsung diberikan sanksi,” kata Fiki dalam keterangannya, Rabu (7/8/2024).
Direktur Utama Smesco Indonesia Wientor Rah Mada menambahkan, aplikasi Temu mulai masuk di kawasan Asia Tenggara, khususnya di negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia.
Menurut Wientor, dalam kurun waktu dua bulan terakhir, pihaknya menemukan beredarnya tutorial aplikasi Temu.
Pedagang di China yang sudah punya gudang di Indonesia, disebut memberikan secara detail tutorial kepada koleganya di China untuk masuk ke Indonesia melalui berbagai platform di Indonesia.
“Karena jumlahnya cukup banyak, maka harus ada upaya bersama untuk mencegah masuknya barang murah ilegal dari China ke Indonesia," kata Wientor.
"Jika ini (barang impor ilegal) masuk secara masif akan sangat membahayakan UMKM di Indonesia, terutama di kategori produk-produk tertentu,” lanjutnya.
Ia juga menekankan, Temu menjual barang langsung dari pabrik ke konsumen tanpa adanya seller, reseller, dropshiper, maupun afiliator.
Oleh karena itu, tak ada komisi berjenjang, ditambah adanya subsidi yang diberikan platform yang membuat barang di aplikasi ini sangat murah.
“Mereka sudah masuk ke Amerika Serikat (AS) dan Eropa, bukan tidak mungkin juga masuk ke Indonesia,” ucap Wientor.