Prediksi Ancaman Siber 2025: Berbasis AI, Lebih Besar dan Berani
Kejahatan siber diprediksi akan semakin kolaboratif dan terstruktur, dengan banyak aktor
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
Tidak ada organisasi atau tim keamanan yang dapat menghentikan kejahatan siber sendirian.
"Dengan bekerja sama dan berbagi informasi intelijen di seluruh industri, kita secara kolektif berada dalam posisi yang lebih baik untuk melawan pelaku ancaman dan melindungi masyarakat secara efektif," tulis laporan tersebut.
Menurut Edwin Lim, Country Director, Fortinet Indonesia seiring dengan terus berkembangnya taktik pelaku kejahatan siber, tahun 2025 diperkirakan akan membawa gelombang baru serangan yang sangat terfokus dan didukung oleh AI.
Mulai dari meningkatnya layanan Cybercrime-as-a-Service hingga konvergensi antara ancaman siber dan fisik, tren ini mencerminkan bagaimana para pelaku ancaman mendorong batasan untuk melancarkan serangan yang lebih presisi dan berskala besar.
"Prediksi kami menegaskan pentingnya bagi organisasi untuk mengantisipasi dan beradaptasi dengan lanskap ancaman yang semakin dinamis," ungkap Edwin Lim.
Dia mengatakan, kerugian yang ditimbulkan dari insiden siber tidak hanya berkaitan dengan dampak finansial langsung dari pembayaran tebusan.
"Biaya signifikan yang terkait dengan upaya pemulihan, yang dapat melebihi jumlah tebusan awal,” tuturnya.
Meskipun organisasi memilih untuk membayar, tambah Edwin, tidak ada jaminan bahwa data mereka akan sepenuhnya dipulihkan.
“Ketidakpastian ini menambah lapisan risiko lain dalam proses pengambilan keputusan selama insiden siber," sebut Edwin Lim.
“AI dapat menganalisis sejumlah besar data dengan cepat, membantu organisasi mengidentifikasi dan merespons ancaman dengan lebih efektif. Penting sekali mengintegrasikan AI ke dalam strategi keamanan untuk tetap unggul dari para penjahat siber," tambahnya.
"Perlu ada kesadaran publik yang lebih besar mengenai keamanan siber. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk memberdayakan individu dan organisasi dalam mengenali dan mengurangi potensi ancaman,” tegas Edwin Lim.