Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mau Ikut Lomba Foto Obyek Wisata Warisan Dunia? Ini Trik Memotret Biar Jadi Jawara

Begitu sering digelar lomba foto obyek wisata warisan dunia. Ini trik memotret agar Anda keluar sebagai jawara.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Mau Ikut Lomba Foto Obyek Wisata Warisan Dunia? Ini Trik Memotret Biar Jadi Jawara
Istimewa
Tari Saman 

SUNGGUH banyak hal-hal yang bisa disebut sebagai world heritage atau warisan dunia yang ada di Indonesia, bahkan yang sudah diakui oleh badan dunia UNESCO. Yang termasuk Warisan Budaya Dunia (World Cultural Heritage) adalah Candi Borobudur dan Candi Prambanan (1991), Situs Manusia Purba Sangiran (1996), dan Bentang Budaya Provinsi Bali (2012).

Yang termasuk Warisan Alam Dunia (World Natural Heritage) adalah Taman Nasional Komodo dan Taman Nasional Ujung Kulon (1991), Taman Nasional Lorentz (1999) dan Hutan Hujan Tropis Sumatera (2004). Kategori Warisan Budaya tak Benda (Intangible Cultural Heritage of Humanity) adalah Wayang (2001), Keris (2005), Batik 2009), dan Angklung (2010). Sementara yang termasuk Intangible Cultural Heritage in Need of Urgent Safeguarding adalah Tari Saman (2011) dan Noken (tas suku pegunungan di Papua, 2012).

Indonesia masih memiliki beberapa nominasi untuk Warisan Budaya tak Benda seperti tenun, tari Tortor, tari Bali, dan perahu pinisi. Juga beberapa nominasi Warisan Budaya Benda seperti permukiman tradisional Tanah Toraja, kota lama Bandanaira, lukisan goa prasejarah Maros, bekas kota Majapahit di Trowulan, permukiman tradisional Nias, serta kawasan percandian Jambi.

Untuk bisa memotret beberapa warisan dunia yang dimiliki Indonesia sesungguhnya mudah bagi kita. Beberapa di antaranya mudah kita temui sehari-hari seperti batik, keris, angklung, wayang. Demikian pula Candi Borobudur dan Prambanan yang berada di Pulau Jawa.

Candi Borobudur, Magelang

Namun saat memotret warisan budaya itu dilombakan, tampaklah bahwa kenyataannya tidaklah mudah. Lomba Foto Warisan Budaya Dunia yang dilaksanakan Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) dan kerisfoto.com yang ditutup pekan lalu, sungguh membuka mata kita bahwa warisan-warisan budaya dunia yang dimiliki Indonesia punya jutaan kemungkinan dan cara untuk diabadikan dalam selembar foto, sekaligus punya juga beberapa kendala visual.

BERITA TERKAIT

Sebuah foto yang hanya sekadar menampilkan rekaman visual sebuah benda atau tempat, dibandingkan sebuah foto untuk tujuan sama, tetapi dituntut punya kelebihan estetika, tentu punya perbedaan sangat jauh.

Foto pemenang pertama kategori umum Lomba Foto Warisan Budaya 2014 yang merekam pembuatan sebuah kapal pinisi sungguh merupakan foto cerdas. Dengan artistik dan dengan pendekatan yang secara umum jarang dilakukan pada pemotretan kapal pinisi, foto ini merekam kenyataan bahwa kapal kayu dari Sulawesi Selatan ini terbuat dari jalinan kayu yang rumit. Foto ini juga menunjukkan ketekunan manusia-manusia pembuatnya yang tampak demikian kecil dibandingkan benda yang dibuatnya.

Perhatikan juga foto pemenang pertama untuk kategori pelajar dari lomba foto yang sama. Sebuah acara yang ditonton begitu banyak orang tentu membutuhkan satu titik pemotretan yang bisa menunjukkan kemeriahan acara sekaligus sebuah ”momen penting” dari acara tersebut.

Tari Bali

Dan foto pemenang pertama ini sungguh pas memotret adegan saat seekor kuda sedikit berulah. Banyak foto-foto acara kebudayaan yang cuma jatuh pada rekaman visual statis karena gagal menghadirkan ”sebuah gerakan” dari kegiatan tersebut.

Dan hal terakhir yang layak mengemuka adalah kenyataan banyaknya sampah visual pada sebuah acara kebudayaan di Indonesia. Walau peran sponsor memang sangat penting pada sebuah acara kebudayaan, tetapi sebaiknya para sponsor juga mau berbaik hati untuk tidak meminta imbalan yang merusak penampilan visual sang acara.

Pada sebuah acara di Danau Toba, saya pernah melihat bahwa perahu-perahu yang berperan pada acara itu dipenuhi logo sebuah perusahaan minuman energi. Pada sebuah acara lomba gerobak sapi, logo sebuah bank tampil terlalu mencolok sehingga foto-foto yang dihasilkan tidak nyaman untuk dilihat sebagai rekaman kegiatan budaya. Demikian pula pada beberapa acara kebudayaan lain, umbul-umbul sponsor menjadi kontras yang buruk terhadap pakaian adat yang tampil.

Kegiatan-kegiatan budaya dan aneka benda budaya yang ada di Indonesia sudah saatnya ramai-ramai kita potret untuk berbagai kebutuhan. Bagi para pehobi fotografi, kegiatan ini selain menantang untuk melatih kepekaan estetika visual, juga sekaligus bisa membantu membangun basis data tentang hal-hal budaya Indonesia untuk berbagai keperluan di masa mendatang. (Arbain Rambey, Fotografer Harian Kompas)

Sumber: KOMPAS
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas