Tarif Murah Pesawat Akan Dihapus, AirAsia Harus Ganti Tagline 'Now Everyone Can Fly?'
Tarif murah akan dihapus karena dituding jadi salah satu biang kerok ancaman keselamatan. Tagline "Now everyone can fly" AirAsia harus diganti?
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Penerbangan murah bisa jadi bagaikan mimpi sinterklas yang membagikan permen kepada anak–anak di malam Natal. Bayangkan, 10 tahun lalu misalnya, hanya orang kaya yang berduit saja yang bisa jalan-jalan keliling Indonesia. Bahkan keliling dunia. Sekarang, semua orang dibuat bisa dan mampu jalan-jalan.
Sampai-sampai, AirAsia berani mengggunakan tagline "Now Everyone can fly (sekarang semua orang bisa terbang)." Tapi kalau tarif murah dihapus, tagline itu akan tinggal kenangan. Nah, akankah AirAsia ubah jingle iklan tersebut?
Harga murah bukan berarti juga perjalanan mulus–mulus saja. Masih ada harga lain yang harus dilewati. Begitu banyak aduan pengalaman yang tidak mengenakkan dengan penerbangan murah atau biasa disebut low cost carrier atau LCC. Paling sering adalah delay atau jadwal terbang yang terlambat, perubahan jadwal sepihak, tempat duduk yang sempit sampai keramahtamahan para awak kabin dan pelayanan daratnya. Tak terkecuali pelayanan keamanan yang kadang membuat penumpang bertanya: aman nggak ya?
Tapi faktanya penerbangan murah tetap dicari pelanggan. Penumpang masih antre memburu tiket murah. Lihat saja di Terminal 1 Bandara Soekarno Hatta yang hampir setiap saat bagaikan pasar tradisional. Penuh dengan orang dan barang bawaan. Ketika pemerintah berniat menghapus penerbangan murah, sekejap media sosial ramai status yang menolak rencana ini. Bahkan akhirnya bagai bumerang, pertanyaan kembali ke regulasi dan kinerja pemerintah dalam mengelola fasilitas keamanan transportasi.
Lina Muhikam, seorang trip organizer online, harus bergumul dengan penantian ketegasan pemerintah tentang rencana penghapusan penerbangan murah. "Dilihat bisnis jelas rugi. Segmennya kan pelanggan menengah dan ke bawah, sebisa mungkin perjalanan dan pelayanan kayak ‘koper’ makanya disiasati dengan tiket pesawat murah," ujar Lina.
Selama ini setengah dari harga yang ditawarkan adalah untuk tiket pesawat. “Bujet pesawat ini memang paling mahal dari bujet yang lain,” jelas Lina kepada Kompas.com. Bagi Lina dan penggemar jalan-jalan atau biasa disebut traveler, tiket penerbangan murah adalah pintu utama untuk bisa mewujudkan mimpi dan menyalurkan hobi jalan-jalan.
Kalau jadi ditiadakan, Lina tidak akan mampu lagi memberikan harga yang murah seperti biasanya kepada pelanggan. “Cuma bisa nunggu aja sih. Kalau misalnya pasti dihapus ya gimana lagi. Ya terpaksa nggak ada pilihan. Jualnya ya tour only tanpa tiket pesawat," ucap Lina. Namun Lina pesimistis kalau bisnisnya akan sama dengan sebelumnya bila itu terjadi.
Padahal selama ini Lina mampu menjual perjalanan ke tempat-tempat wisata terkenal dalam dan luar negeri seperti Raja Ampat, Lombok, Bali, termasuk ke Thailand dan Singapura dengan harga hampir setengah dari agen perjalanan. “Kalau sama dengan travel agent biasa ya buat apa dijual kan," katanya.
Ke depan, Lina berharap pemerintah serius mengkaji rencana kebijakan menghapus penerbangan murah. Lina mengatakan, “Kalau bertemu pak Jokowi, saya ingin katakan, tolong dikaji ulang deh. Ini kan cuma permainan bisnis saja. Kalau memang alasan keamanan kan nggak ada juga yang mau celaka. Penerbangan mahal juga ada yang celaka”. (Fira Abdurrahman)