Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sate Mak Etek Datar yang Melegenda di Padang

Lokasinya sekitar 4 km dari Istana Pagaruyung. Tepatnya, ada di Jalan Sutan Alam Bagagarsyah Nomor 41, persis di depan SMA Negeri 1 Batusangkar.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Sate Mak Etek Datar yang Melegenda di Padang
Kontan/ Mimi Silvia
Sate Mak Etek Datar. 

TRIBUNNEWS.COM - Sumatera Barat tak cuma terkenal dengan keelokan nagari, namun juga beragam kuliner khasnya. Nah, kalau Anda berlibur ke Kota Batusangkar yang populer dengan Istana Basa atawa Istana Pagaruyung, jangan lewatkan mencicipi makanan khas ibukota Kabupaten Tanah Datar tersebut.

Usai menatap takjub rumah gadang nan megah yang menjadi ikon Sumatra Barat itu, Anda bisa menjajal beragam makanan khas di kedai-kedai yang berjejer di jalan menuju Istana Pagaruyung; mulai sate, lamang tapai, sampai nasi kapau.

Bagi Anda yang ingin menikmati sate khas kota yang berjarak 97 kilometer (km) dari Padang ini, silakan mampir ke Sate Mak Etek Datar. Lokasi kedai yang berdiri tahun 1990 itu sekitar 4 km dari Istana Pagaruyung. Tepatnya, ada di Jalan Sutan Alam Bagagarsyah Nomor 41, persis di depan SMA Negeri 1 Batusangkar.

Sebut saja nama Sate Mak Etek Datar, warga Batusangkar yang mengenal kearifan rasa satenya bakal menunjukkan letak kedai ini. Maklum, kedai milik Rukmini tersebut sangat terkenal di kota yang di masa kolonial Belanda bernama Fort Van der Capellen itu.

Jam buka kedai ini cukup singkat, dari setengah sembilan pagi sampai dua siang saja sepanjang Senin hingga Sabtu. Tiap Ahad libur. Dan, jam ramainya pukul setengah sebelas sampai setengah duabelas. Pembelinya membeludak. Tambah lagi, kapasitas tempat duduk kedai kakilima ini juga cuma 15 pengunjung.

Kesejukan Batusangkar yang berada di kaki Gunung Merapi memang cocok dengan kombinasi sate yang menghangatkan tubuh. Jadi, segera pesan, ya. Kalau lagi enggak ramai, hanya dalam hitungan menit seporsi sate daging sapi tersaji di meja.

Sate terhidang di atas piring plastik berwarna-warni berlapis daun pisang. Lima tusuk sate dengan potongan daging besar tersaji di atas potongan ketupat berbalur kuah berkelir kuning kemerahan menggoda.

BERITA TERKAIT

Tunggu dulu, jangan buru-buru menyantapnya. Sebab, kuah sate tersaji dalam kondisi sangat panas. Diamkan sesaat dulu, ya. Kalau sudah tidak terlalu panas lagi, baru icip-icip kuahnya yang menggenang di piring. Anda akan rasakan sensasi rasa kuah yang ramai. Nano-nano rasanya, manis, asam, asin, juga pedas. Semua rasa saling mengisi, perpaduan yang komplet di lidah.

Alhasil, tak jarang banyak pembeli kedai ini yang meminta tambah kuah tersebut untuk sekadar mereka santap bersama kerupuk atau keripik.

Puas mencicipi kuah, sekarang waktunya melahap sate. Potongan daging yang menancap di bilah-bilah lidi besar-besar. Saat masuk mulut, rasa bumbu bakaran langsung menunjukkan karakternya. Dominasi gurih dan pedas rempah-rempah bakal memenuhi lidah Anda. Dagingnya empuk, gampang dikunyah, dengan kematangan yang pas. Bumbunya meresap ke sel-sel daging.

Makin sedap disantap bareng ketupat. Habis, takaran beras dan kadar airnya pas. Sehingga, ketupatnya tidak terlalu padat dan lunak saat digigit. Plus, disajikan dengan porsi yang pas untuk perut. Kenikmatannya semakin terasa saat dimakan bersama kuah yang unik.

Bumbu kuah

Mau tahu rahasia kelezatan sate racikan Rukmini? Perempuan yang akrab dipanggil Gadih ini mengungkapkan, rahasianya terletak pada bumbu kuah dan daging. Bahan-bahan, seperti lengkuas, kunyit, cabai, serai, dan bawang merah, dihaluskan lalu ditumis dan disangrai layaknya memasak bumbu rendang. “Lalu dibalurkan ke daging yang sudah direbus hingga meresap,” katanya.

Bumbu yang sama juga digunakan untuk membuat kuah sate dengan tambahan tepung beras dan gula aren. Tapi, Gadih bilang, sejatinya bumbu yang dia pakai sama dengan kedai lainnya. “Hanya, dengan pengolahan benar akan menghasilkan citarasa yang tinggi,” ujar wanita paruh baya ini.

Rasa sate yang jempolan membuat pelanggan kedai ini sangat banyak. Sebut saja, Ardita Sofyani, warga Batusangkar. Menurutnya, sate buatan Gadih yang terenak yang pernah ia cicipi. “Rasa kuahnya enak sekali, dagingnya juga enak sekali, pokoknya semua lamak bana (enak sekali),” kata gadis berjilbab ini.

Tak jauh berbeda dengan testimoni Hasrita, perawat Rumahsakit Umum Daerah (RSUD) Batusangkar yang sudah belasan tahun menjadi pelanggan kedai ini. “Ini sate yang melegenda kelezatannya di Kota Batusangkar,” ungkap perempuan 38 tahun ini.

Tak heran, sate besutan Gadih ini selalu menjadi andalan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar sebagai salah satu jamuan untuk para tamu dari luar kota. Setiap tahun Sate Mak Etek Datar jadi langganan dalam acara open house Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha di kediaman Bupati Tanah Datar.

Tapi, tak cuma masyarakat umum yang ketagihan dengan rasa sate buatan Gadih, juga para pesohor negeri. Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat era Orde Baru Azwar Anas, penyanyi Elly Kasim, dan pemain film Anwar Fuadi pernah merasakan kelezatan sate ini. “Masih banyak lagi, tapi saya enggak ingat namanya,” kata Gadih.

Harganya? Murah, kok, hanya Rp 13.000 seporsi. Tapi memang, dibanding harga sate kedai lain di Batusangkar, terbilang mahal. Tambah keripik balado menjadi Rp 1.000 saja.
Jadi, kalau pelesiran ke Batusangkar, wajib menyambangi Sate Mak Etek Datar. Jangan sampai enggak, ya.

Sate Mak Etek Datar
Jl. Sutan Alam Bagagarsyah No. 41 Batusangkar
Koordinat GPS: 0027.263’ - E100035.247’

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas