Diving di Pulau Pahawang Sembari Bercanda dengan Ikan-ikan di Sela Terumbu Karang
Pulau Pahawang menjanjikan wisata diving yang asyik dengan pesona terumbu karang yang masih asli alami.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM -Desiran air laut yang beradu dengan hamparan pasir pantai bagaikan lagu ucapan selamat datang. Lambaian nyiur kelapa tak ubahnya tarian penyambutan. Semua itu disuguhkan alam bagi wisatawan yang berlabuh di Pulau Pahawang.
Selain dianugerahi keindahan alam darat yang rimbun dengan pepohonan, perairan Pulau Pahawang juga dipenuhi ribuan rumpun karang yang indah. Tak heran jika wisatawan dengan mudah menemukan beragam jenis ikan hias yang berenang di sela-sela terumbu karang.
Pulau Pahawang merupakan satu dari beberapa pulau kecil di Teluk Lampung. Secara administrasi pemerintahan, Pulau Pahawang masuk dalam Kabupaten Pesawaran, Lampung. Pahawang memiliki dua gugusan pulau, Pahawang Besar dan Pahawang Kecil, dengan total luas sekitar 1.000 hektar.
Ingatkah Anda dengan tokoh Nemo dalam film Finding Nemo garapan Walt Disney dan Pixar Animation? Nemo ialah ikan giru atau biasa dikenal dengan sebutan ikan badut (Amphiprion ocellaris). Apabila Anda ingin melihat si cantik ”nemo” berenang di habitat aslinya, Pulau Pahawang dapat menjadi salah satu alternatif untuk menemukan ikan itu.
Victorio Chatra Primantara, salah satu wisatawan asal Palembang, mau jauh-jauh ke Pahawang untuk bertemu langsung dengan si cantik nemo. ”Kalau belum ketemu nemo, itu berarti belum ke Pahawang,” ujarnya.
Berbekal perlengkapan selam sederhana berupa kacamata renang (goggles), alat bantu pernapasan selam permukaan (snorkel), sepatu katak (fins), dan rompi pelampung, pengunjung dapat menikmati aneka terumbu karang berbagai jenis.
Tak perlu bingung menentukan lokasi penyelaman yang akan Anda jelajahi. Hampir semua pengemudi perahu motor tahu lokasi yang memiliki terumbu karang yang indah. Karena banyaknya lokasi penyelaman, waktu dua hari mungkin tidak cukup untuk menjelajah wilayah perairan di sekitar Pulau Pahawang.
Saat berjalan-jalan mengitari beberapa lokasi di sekitar Pulau Pahawang, wisatawan sebenarnya dapat langsung melihat indahnya gugusan terumbu karang dengan mata telanjang dari atas perahu. Air yang jernih ditambah cahaya matahari yang cukup akan mempermudah wisatawan melihat keindahan alam bawah laut.
Namun, jika ingin merasakan sensasi berenang bersama nemo, beranikan diri Anda untuk terjun ke dalam laut. Kompas yang berkunjung ke Pulau Pahawang pertengahan Januari lalu sempat merasakan sensasi mencari ikan nemo.
Saat mesin perahu dimatikan dan jangkar dilabuhkan, muncul perasaan tak sabar ingin segera menceburkan diri ke air laut yang biru kehijauan. Kurang dari lima menit sejak kapal berhenti, seluruh pengunjung di perahu sudah berpindah ke permukaan laut. Mereka segera berpencar mencari lokasi penyelaman.
Di kedalaman dua meter, terumbu karang dan aneka ikan hias dengan mudah dijumpai. ”Di satu sisi memang mengasyikkan bisa melihat keindahan terumbu karang di kedalaman dua meter. Di sisi lain, terumbu karang kadang menjadi cepat rusak karena tidak sengaja terinjak pengunjung yang tergolong masih pemula dalam olahraga snorkeling,” ujar Pembina Klub Selam Universitas Lampung Felix Dwi Agung Widodo.
Baru menyelam sekitar 15 menit, tampak anemon yang bergerak seirama dengan arus air di sela-sela bongkahan terumbu karang. Saat didekati, dua ekor ikan badut tampak malu-malu. Sekali-sekali, ikan badut tersebut menampakkan seluruh badan dan berenang di sekitar anemon hijau yang menjadi sarangnya. Lebih dari 30 menit, dua ikan badut itu menjadi pusat perhatian wisatawan yang menyelam.
”Seru, nemo tidak mau pergi dari rumahnya, jadi gampang kalau mau lihat, tidak harus pindah-pindah mencari rumah ikan. Saya betah melihatnya. Puaslah pokoknya,” ujar salah satu remaja putri yang siang itu turut menyelam.
Setelah cukup puas bermain bersama nemo, kapal berpindah ke lokasi berikutnya. Kapal yang kami tumpangi bersandar di tepi Pulau Kelagian Kecil. Kali ini bukan gugusan terumbu karang yang dituju, tetapi hamparan pasir putih sepanjang kurang lebih satu kilometer.
Pasir putih yang landai itu terbentang memanjang di bawah air laut sedalam 30 sentimeter.
Saat perjalanan pulang menuju Pulau Pahawang, segelintir ikan marlin (Tetrapturus) berukuran kecil meloncat-meloncat di permukaan air. Ikan marlin atau ikan layar adalah satwa khas perairan tropis dan biasa hidup di laut lepas, tetapi tidak jarang pula masuk ke perairan tenang, seperti teluk.
Sebelum gelap, Pulau Pahawang masih menyuguhkan satu pemandangan indah, apalagi kalau bukan proses tenggelamnya matahari. Untuk menemukan lokasi yang tepat menikmati matahari tenggelam, wisatawan bisa menyusuri jalan paving block sepanjang lebih dari enam kilometer yang dibangun mengitari pulau.
Salah satu lokasi terbaik ialah dermaga yang sekelilingnya ditanami mangrove. Dari lokasi itu, wisatawan bisa melihat sang surya yang perlahan hilang di balik bukit. Rona merah jingga terhampar di langit-langit berpadu dengan bukit yang mulai gelap dan air yang tenang.
Akomodasi
Cukup mudah bagi pengunjung untuk menuju ke Pulau Pahawang. Dibutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan darat dari Bandar Lampung menuju ke Dermaga Ketapang dan dilanjutkan perjalanan laut sekitar satu jam.
Untuk perjalanan laut, wisatawan tidak akan menemui masalah berarti karena banyak warga yang menyewakan jukung sebagai alat transportasi. Perahu berkapasitas 10 hingga 20 orang bisa disewa seharga Rp 500.000 per perahu. Biaya sudah termasuk berkeliling di beberapa lokasi menyelam.
Bagi wisatawan yang tidak ingin menginap di Pulau Pahawang, dibutuhkan biaya sekitar Rp 150.000 untuk berkeliling Pulau Pahawang. Biaya sudah termasuk menyewa alat selam permukaan dan makan siang.
Bagi Anda yang ingin menikmati indahnya matahari terbenan dan matahari terbit dari Pulau Pahawang, harus menginap di pulau itu. Tak perlu khawatir, Pahawang bukanlah pulau terasing yang tak berpenghuni. Sebagian dari warga menyediakan rumahnya sebagai rumah singgah. (Angger Putranto)