Tanjung Lesung, Banten, Berpotensi Jadi Destinasi Wisata Pantai Kelas Dunia, Tapi Ini Kendalanya
Merealisasikan mimpi menjadikan Tanjung Lesung, Banten, sebagai destinasi wisata kelas dunia, bukan perkara mudah. Ini kendalanya.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Merealisasikan mimpi menjadikan Tanjung Lesung, Banten, sebagai destinasi wisata kelas dunia, bukan perkara mudah.
Butuh konsep paripurna, sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian, kerja keras, waktu, dukungan pemerintah, dan juga banyak dana.
Mudah dimafhumi jika selama 24 tahun kawasan Tanjung Lesung dikembangkan, tak banyak kemajuan yang dicapai. Bahkan, pamornya kalah populer ketimbang kawasan-kawasan wisata lainnya. Sebut saja Bali, dan Lombok, Nusa Tenggara Barat. Padahal, dana yang sudah digelontorkan mencapai Rp 1,4 triliun.
Hal ini diakui Presiden Direktur PT Jababeka Tbk., Setyono Djuandi Darmono, selaku pengembang kawasan Tanjung Lesung melalui anak usahanya PT Banten West Java (BWJ). Menurut dia, dengan potensi tak kalah luar biasa dibanding Bali, dan Lombok, Tanjung Lesung harus didukung sepenuhnya.
"Dukungan yang kami butuhkan tak hanya komitmen pemerintah, melainkan juga tambahan dana, serta realisasi pembangunan infrastruktur. Karena Tanjung Lesung diminati banyak investor besar. Mereka baru mau masuk kalau infrastruktur sudah terbangun. Percuma membangun properti tapi infrastruktur masih memprihatinkan," tuturnya kepada Kompas.com, di Jakarta, Senin (6/4/2015).
Terlebih, Tanjung Lesung sudah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang yudhoyono melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012, dan kemudian diresmikan operasionalnya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 23 Februari 2015.
Oleh karena itu, Darmono menyambut antusias saat Jokowi menginstruksikan jajaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk segera membangun jalan Tol Serang-Panimbang sepanjang 83 kilometer yang ditargetkan rampung dalam tiga tahun.
Rp 15 Triliun
Darmono menjelaskan, dana yang dibutuhkan untuk membangun seluruh infrastruktur, berikut fasilitas pelengkap dalam area pengembangan Tanjung Lesung seluas 1.500 hektar, tak kurang dari Rp 15 triliun.
Oleh karena itu, BWJ menerapkan strategi tourism, trade and investment (TTI), sejalan dengan dukungan pemerintah menjadikan Tanjung Lesung sebagai destinasi pariwisata tingkat dunia.
"Jika sektor pariwisata sudah berjalan dengan baik, maka terjadi transaksi perdagangan. Jika perdagangan sudah hidup, akan menarik minat investasi. Ini yang kami lakukan untuk kawasan Tanjung Lesung," tutur Darmono.
BWJ, kata Darmono, akan membuka kesempatan seluas-luasnya bagi investor untuk ikut bersama-sama mengembangkan Tanjung Lesung.
Level investasi yang ditawarkan berupa kerjasama pengembangan dengan skema kepemilikan saham sebesar 49 persen, kerjasama sub-pengembangan di mana para investor menjadi pengembang di dalam kawasan Tanjung Lesung, dan kerjasama operasional di mana investor membuka berbagai jenis properti mulai hunian, pusat belanja, kantor, hotel, kondotel, hiburan, dan lain sebagainya.
"Hingga saat ini, yang sudah tertarik dan serius menjadi mitra strategis dengan skema kerjasama sub-pengembangan adalah PT Plaza Indonesia Realty Tbk., Agung Podomoro Group, dan Ciputra Group. Saat ini masih dalam negosiasi," ungkap Darmono.
Sementara itu, Direktur Marketing Agung Podomoro Group, Indra W Antono, mengatakan, pihaknya belum memberikan orientasi penuh pada ekspansi bisnis di kawasan Tanjung Lesung. Prioritas pengembangan, masih dilakukan di dalam kota Jakarta, dan proyek-proyek yang sedang berjalan.
"Namun, benar kami menerima informasi dari Pak Darmono bahwa ada peluang investasi di Tanjung Lesung. Sebagai kawasan wisata baru, kami mendukung hal itu. Apalagi kalau seluruh infrastruktur utama dan penunjang sudah terealisasi, seperti marina, jalan tol, dan Jembatan Selatan Sunda, akan menghidupkan kawasan itu," ungkap Indra Selasa (7/4/2015).
(Hilda Alexander)