Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

67 Homestay Siap Menghangatkan Kedatangan Anda di Desa Wisata Gubuk Klakah

Menyambut wisatawan yang hendak ke Gunung Bromo dan objek wisata lain, rumah-rumah warga difungsikan sebagai homestay.

Editor: Sugiyarto
zoom-in 67 Homestay Siap Menghangatkan Kedatangan Anda di Desa Wisata Gubuk Klakah
surya/sylvianita widyawati
Deretan warga Desa Gubuk Klakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang ini siap dijadikan homestay buat wisatawan, Kamis (23/4/2015). 

TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Desa Gubuk Klakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang dikenal sebagai desa wisata. Bahkan pada 2014 lalu meraih juara III nasional desa wisata.

Menyambut wisatawan yang hendak ke Gunung Bromo dan objek wisata lain, rumah-rumah warga difungsikan sebagai homestay.

Jangan kaget jika melewati sepanjang jalan raya Gubuk Klakah mulai bawah sampai atas temukan nama-nama homestay.

Di setiap rumah warga yang dipakai sebagai homestay diberi tanda nama pemiliknya.

"Sekarang ada 67 homestay," ungkapHariyanto, bendahara Ladesta (Lembaga Desa Wisata), Kamis (23/4/2015).

Katanya, ketika dimulai sekitar 2010-an, awalnya hanya delapan homestay. Lembaga hanya mencari rumah warga yang baru.

Kini sudah banyak peminatnya, jumlah homestay berkembang.

Berita Rekomendasi

Di depan kantor Ladesta bahkan dipasang peta dan informasi lokasi homestay dan pemiliknya.

Selain itu juga ada tawaran objek wisatanya, seperti petik apel, Gunung Bromo, beberapa coban, ke Candi Jago.

"Kami juga punya 32 guide," ungkapnya.

Tamu paling banyak ketika ada long week end. Atau saat week end. Agar bisa membagi rezeki, Ladesta menggilir homestay.

Sehingga semua bisa mendapatkan tamu-tamu, baik yang datang beberapa atau rombongan backpacker.

"Kecuali ada request khusus misalnya senang ke homestay siapa," katanya.

Agar tak terjadi ketimpangan, fasitas homestay juga diseragamkan. Namun yang membedakan adalah ada kamar kecil dan besar menyesuaikan rumah pemilik.

"Sudah 75 persen, kamar mandinya juga ada air hangatnya," ungkap dia.

Sempat ada rencana memberikan lagi bantuan alat pembuat air hangat dengan mengandalkan dana PNPM. Tapi ternyata sudah tidak keluar lagi.

Achmad, petani yang juga menyewakan kamarnya untuk homestay menyatakan mendapat tambahan uang dapur jika ada tamu.

"Mulai jadi homestay sejak tiga tahun lalu," ungkap Achmad.

Ia memiliki empat kamar. Jika ramai, tiga kamarnya disewanya ke tamu.

"Saya dapat order kamar dari Ladesta," jelasnya.

Per kamar dihargai Rp 100.000 dengan fasilitas air hangat dan tamu diberi snack dan minuman.

Sedang untuk makan, tergantung order awalnya. Jika minta makan, maka istrinya yang akan memasakkan.

"Rezeki, Alhamdullilah kalau homestay ramai," jawabnya.

Menurutnya, agar homestay tidak dimaknai sebagai tempat bebas, sudah aturan baku bahwa tamu laki-laki dan perempuan dipisah.

Ia menceritakan ada beberapa tamu laki-laki maka harus menginap di homestay yang berbeda dengan tamu perempuan.

"Yang bukan suami istri harus pisah," jawabnya.

Awal pengembangan usaha berbasis pemberdayaan masyarakat dimulai pada 2010 silam. Saat itu beberapa warga yang masih menganggur berkumpul. Ketika ada rest area di Gubuk Klakah, mereka urunan berjualan di sana. Namun setelah sempat tidak berkembang.

Kemudian bangkit lagi ketika mendapat order pertama dari Java Promo rombongan tamu satu bus dari Jogja.

Mereka melakukan petik apel sebelum menjalankan wisata ke Kota Batu. Kini Ladesta pun bisa menjalankan sebagai organiser perjalanan.

"Kami banyak bekerjasa sama dengan travel di Jakarta," jawabnya.

Tamu-tamu diinapkan ke homestay warga. Mereka juga mengatur perjalanan tamu ke sejumlah objek wisata sekitarnya.

Untuk petik apel dan penyediaan apel, mereka bekerja sama dengan petani pemilik lahan dan pedagang. Dengan 67 homestay, bisa menjaring 700 tamu. Di desa ini, hawanya sangat segar.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas