Asyiknya Belanja Oleh-oleh dan Ngopi-ngopi di Kawasan Gajah Mada, Denpasar
Ingin berwisata belanja murah meriah di Kota Denpasar, Bali? Datangi saja kawasan Jalan Gajah Mada. Ini keasyikannya belanja di sana.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Reporter Tribun Bali, Cisilia Agustina Siahaan
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Jalan Gajah Mada Denpasar menjadi satu di antara titik wisata yang cukup menjadi perhatian para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Hadir dengan nuansa tempo dulu, yang mana ruas jalan ini menjadi kompleks pertokoan dan satu di antara pusat perdagangan kota Denpasar.
Meskipun jalur yang dilalui area ini adalah kawasan yang cukup macet dan tampak kurang teratur, namun kawasan Gajah Mada ini menjadi satu destinasi heritage Denpasar.
Hal tersebut terpampang pada satu prasasti yang bertuliskan “Kawasan Heritage Jalan Gajah Mada Denpasar” yang terlihat saat memasuki kota dari arah Jalan Wahidin, Jalan Sutomo dan juga dari arah Jalan Thamrin, Denpasar, Bali.
Kawasan wisata belanja oleh-oleh dan kuliner di Jalan Gajah Mada, Denpasar, Bali (Tribun Bali/ Cisilia Agustina)
Memang, melihat antusiasme turis yang mulai banyak bermunculan di kawasan ini, ditambah kesan “vintage” dan nilai historis yang ada, cukup beralasan kawasan kota tua ini menjadi satu point city tour di kota Denpasar.
Namun, ada juga beberapa hal yang menjadi perhatian masyarakat sekitar terkait predikat heritage dan kawasan wisata tersebut.
“Jalannya sudah bagus. Tapi selain itu pun harus ada peremajaan dan penataan, khususnya toko-toko lama yang sudah tidak berfungsi, mulai dari ujung sana. Biar tampak lebih rapi,” ujar Agung, satu di antara pengunjung di kawasan Gajah Mada.
Tujuannya sederhana, agar Jalan Gajah Mada yang digadang-gadang sebagai kawasan heritage ini lebih indah dan memesona para wisatawan yang datang.
Juga memberi kenyamanan bagi masyarakat, khususnya pengguna jalan ini.
Gerai kerajinan tangan di kawasan Jalan Gajah Mada, Denpasar (Tribun Bali/ Cisilia Agustina)
Untuk transportasi menuju lokasi ini, sebagian besar masyarakat di sini menggunakan kendaraan pribadi.
Namun tersedia juga kendaraan umum seperti dokar dan kendaraan angkutan umum yang orang Bali sering menyebutnya bemo.
Selain itu, fasilitas seperti ATM juga ada di Pasar Kumbasari, dan di perempatan Jalan Gajah Mada sehingga wisatawan tidak akan kesulitan jika kehabisan uang saat berbelanja di pasar tradisional yang masih menggunakan transaksi tunai.
Untuk toko-toko kain yang ada di sepanjang Jalan Gajah Mada sudah melayani transaksi non tunai sehingga jangan khawatir untuk membeli oleh-oleh kain bagi keluarga.
Pasar Tradisional Terbesar di Denpasar
Di kawasan Gajah mada ini juga terdapat pasar terbesar di kota Denpasar, yakni Pasar Badung.
Letaknya sendiri bersebelahan dengan Pasar Kumbasari, yang mana terpisahkan oleh Tukad (sungai) Badung.
Kedua pasar yang dihubungkan dengan jembatan dan menjadi pasar sentral di area Denpasar.
Beragam barang dijual di sini. Mulai dari bahan-bahan pangan (sembako) untuk kebutuhan sehari-hari, sandang, peralatan rumah tangga hingga sembahyang umat Hindu, bisa ditemukan di sini.
Tak ketinggalan, beragam kuliner tradisional juga hadir di sini.
Aneka produk tenun dan batik khas Bali dijajakan di kawasan Jalan Gajah Mada, Denpasar, Bali.
Seperti bubur campur, serombotan, rujak sate, dan beragam jajanan lainnya.
Yang juga menarik, Pasar Badung ini beroperasi 24 jam.
Sehingga tempat ini kerap mendapat julukan pasar yang tidak pernah tidur. Berbeda dengan Pasar Kumbasari yang biasanya beroperasi mulai dari jam 09.00 – 17.00 Wita.
Selain itu, yang juga membedakan dari Pasar badung, Pasar Kumbasari, lebih mengarah ke pasar seni, yang menawarkan oleh-oleh khas Bali.
Dengan bangunan yang terdiri atas 4 lantai, menghadirkan beragam toko yang menjual baju, dan art shop pernak-pernik hingga lukisan yang umumnya dicari para turis untuk buah tangan mereka dari Bali.
“Orang kalau zaman dahulu, pasti belanja di sini. Dari pasar tradisional untuk berbagai kebutuhan sehari-hari sampai pusat oleh-oleh ada di dua pasar ini. Dari dulu pun saya dan orang tua kalau beli oleh-oleh untuk dibawa keluar Bali, beli di sini,” ujar pria asal Klungkung ini.
Namun menurut Agung, dengan mulai bermunculan pusat oleh-oleh lain dengan konsep modern, pasar Badung-Kumbasari dan pasar tradisional lainnya mulai ditinggalkan.
Hal tersebut tampak dari beberapa toko oleh-oleh yang tampak sepi bahkan sudah tidak beroperasi lagi di area pasar.
“Sekarang sepi, gini-gini saja. Ya, kalau lagi ada turis datang, adalah yang belanja,” ujar seorang pedagang wanita yang menjual baju dan kain khas Bali di Pasar Kumbasari.
Kedai Kopi Legendaris di Kota Tua
Selain area pasar, di kawasan Gajah Mada ini juga berjajar toko-toko. Mulai dari toko kain, elektronik, toko obat, hingga kedai kopi, yang mana toko-toko ini usianya tidak terbilang muda lagi.
Seperti satu kedai kopi bernama “Bhineka Djaja”, yang terletak di kiri jalan, sekitar 50 meter setelah Pasar Badung.
Toko kopi yang juga menjadi bagian dari Kopi Bali Cap Kupu Bola Dunia, produsen kopi Bali sejak 1935, ini pun sudah tidak asing lagi bahkan cukup melegenda bagi masyarakat Denpasar sendiri.
Berdiri sejak puluhan tahun silam, tempat ini tetap menunjukkan eksistensinya di tengah maraknya coffee shop baru yang mulai bermunculan.
Namun begitu, hingga kini para pelanggan setianya terus datang untuk sekedar menikmati dan membeli berbagai produk kopi cap Kupu Bola Dunia yang ditawarkan di sini.
Setiap hari Senin-Sabtu, pelanggan dan juga turis dapat datang menikmati seduhan kopi Bali Cap Kupu Bola Dunia mulai pukul 09.00 - 16.00 Wita.
Di sini, para pengunjung juga bisa membeli kopi bali bubuk, baik arabica dan robusta per kg. Untuk jenis arabica, dijual dengan harga Rp 110 ribu per kg.
Sementara untuk Robusta, ada 3 grade. Untuk grade R dihargai Rp 66 ribu per kg. Sementara untuk grade B, Rp 52 ribu per kg dan Rp 44 ribu per kg untuk grade Rp 44 ribu.
"Yang banyak dipesan orang untuk robusta, tapi banyak juga yang beli campuran. Antara arabica dan robusta," ujar staf Bhineka Jaya.
Info Wisata Heritage Jalan Gajah Mada
Sewa Dokar: Rp 50 ribu per dokar
Oleh-oleh:
Kaos mulai dari Rp 20 ribu
Pernak-pernik mulai dari Rp 5 ribu
Kopi Bhineka Djaja, minum di tempat mulai dari Rp 8 ribu (*)