Goa Tewet di Pegunungan Marang, Kutai Timur, Jejak-jejak Tangan Misterius di Dindingnya
Goa Tewet di Pegunungan Marang, Kutai Timur, menyimpan banyak misteri. Banyak jejak tangan misterius di dindingnya. Dua hari menuju lokasi!
Editor: Agung Budi Santoso
Tanpa penutup ketingting, perahu yang memiliki panjang tiga meter, membelah Sungai Bengalon yang berwarna coklat dan berkelok kelok.
Di sepanjang Sungai Bengalon, terlihat buaya dengan ukuran sekitar 3-4 meter sedang berjemur diatas batu.
Ini membuat perasaan menjadi ciut, selama lima jam duduk bersila di atas ketingting.
Dua dari ketinting yang disewa, mengalami patah kemudi.
Suryawan dan ketiga temannya (Ebi, Rayani, Demi), serta dua pengemudi terpaksa menginap untuk memperbaiki batang kemudi.
Ini terjadi tiga tahun lalu (2012), saat ia menelusuri ekowisata di Kabupaten Kutai Timur, dipimpin Pak Tewet.
Kawasan Hutan Borneo, disebut rain forest atau hutan hujan.
Banyak Hewan Buas
Karakteristik hutan di Kaltim mirip atau memiliki kesamaan di Hutan Amazone.
Liar dan dihuni satwa buas yang langka. Sepanjang perjalanan, ia menjumpai kawanan hewan seperti monyet dan burung enggang khas Kaltim.
Pagi hari, lanjut menuju Goa Tewet. Dari Batu Ampur, perjalanan menempuh waktu 4 jam lamanya. Mendekati lokasi yang dituju. Rombongan berjalan menanjak keatas setinggi sekitar 150 meter.
Rombongan mengenakan tali clambing menuju muara Goa Tewet selama dua jam. Setelah dua jam, sampailah Gua Tewet.
Goa ini dinamakan Goa Tewet. Pasalnya, penemu goa bernama Tewet tahun 1965 silam.
Tewet warga asli Dayak Basap, saat itu masih berusia belasan. Ia tidak sengaja menemukan goa saat mencari sarang burung walet.