Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kelenteng Sam Poo Kong Semarang, Tempat Bersemayam Patung Tertinggi Laksamana Cheng Ho di Dunia

Kelenteng Sam Poo Kong hanya berjarak sekitar empat kilometer atau 15 menit dari Simpanglima, jantung Kota Semarang.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Kelenteng Sam Poo Kong Semarang, Tempat Bersemayam Patung Tertinggi Laksamana Cheng Ho di Dunia
Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan
Patung Laksamana Cheng Ho yang berada di Kelenteng Sam Poo Kong. 

Jika ingin foto tersebut disimpan di compact disk (CD), Anda harus membayar biaya tambahan sebesar Rp 20.000.

Puas berfoto gaya putri atau pemuda Tiongkok, Anda bisa melanjutkan perjalanan mengelilingi area ini.

Namun, ada lima bangunan ibadah yang tidak bisa dikunjungi secara leluasa.

Untuk bisa mengaksesnya, kita harus membayar Rp 20.000 per orang.

Jika ingin beribadah, dikenakan biaya Rp 28.000 per orang untuk membeli dupa atau hio.

sam poo kong
Tiga patung di samping tribun atraksi. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)

Kelima tempat ibadah tersebut adalah Kelenteng Dewa Bumi, Kelenteng Wang Jing Hong atau Kyai Juru Mudi, Kelenteng Sam Poo Kong yang memiliki bangunan terbesar, Kyai Jangkar, dan terakhir Kyai Tumpeng.

Menjelajahi tempat ibadah ini bisa juga ditemani guide yang akan menceritakan sejarah serta fungsi masing-masing bangunan. Jasa guide dipatok Rp 35.000.

Berita Rekomendasi

Menurut Albert Leonard, seorang guide yang menemani perjalanan Tribun Jateng, nama Sam Poo Kong berarti tiga utusan.

Itu artinya, bukan hanya Laksamana Cheng Ho yang melakukan ekspedisi hingga Kota Semarang.

"Cheng Ho atau Zhang He ditemani dua asisten, yakni Wang Jing Hong dan Ho Sian. Kelenteng ini mewakili tiga klenteng yang ada. Sementara, Kyai Jangkar dan Kyai Tumpeng, dulunya berfungsi sebagai tempat menyimpan perlengkapan kapal dan cadangan makanan," kata Albert.

Selain bangunan bergaya Tiongkok, ada yang unik di kelenteng ini.

Di antara Kelenteng Kyai Jangkar dan Kyai Tumpeng, terdapat tanaman rambat yang memiliki batang menyerupai rantai kapal yang menjuntai.

Tanaman yang diyakini berusia ratusan tahun ini menjalar dari atap ke atap.

"Kami menyebut tanaman ini tali dadung. Menurut legenda, akar yang menyerupai rantai itu rantai jangkar kapal Cheng Ho yang setelah berumur ratusan tahun berubah menjadi akar. Benar atau tidaknya, yang jelas ini anugerah Tuhan sebagai tanda kapal Cheng Ho pernah singgah di tempat ini," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas