Sang Maestro Sasando Hibur Tiap Turis yang Datang ke Rumahnya di Kupang
Maestro pembuat dan pemetik Sasando, Jeremias A Pah (75), bersama enam anak lelakinya selalu hibur turis yang datang ke rumahnya di Kupang.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Pos Kupang, Muhlis Al Alawi
TRIBUNNEWS.COM,KUPANG - Denting iringan musik sasando, salah satu alat musik tradisional NTT mungkin sudah tidak asing lagi bagi telinga banyak orang.
Alat musik petik yang terbuat dari daun lontar, batang bambu dipadu dengan sinar gitar itu sudah banyak dijumpai di beberapa galeri di kota-kota.
Namun bagaimana rasanya kalau mendengar langsung alunan musik petik itu dari sang Maestro pembuat dan pemetik Sasando, Jeremias A Pah (75), warga Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.
Sangat terasa sekali perbedaan nuansa dan suasananya dibandingkan mendengar musik sasando dari kaset, mp3, cd ataupun sekadar menonton di YouTube.
Berjarak sekitar 22 kilometer dari Kota Kupang, Ibu Kota Provinsi NTT, sang maestro bersama lima anak lelakinya siap menyajikan alunan musik tradisional bagi pelancong yang mampir di rumahnya yang sederhana.
Ayah sepuluh anak itu tak memperdulikan pangkat, derajat ataupun pekerjaan bagi pelancong yang mampir di rumahnya.
Ia bersama anak-anaknya sudah menyediakan seperangkat alat musik sasando, gong, dan gendang dirangkai dengan mixer dan pengeras suara agar makin terdengar merdu di telinga penontonya.
“Begitu ada tamu datang, kami siap menghibur bagi siapa saja yang datang ke sini meski tempat kami sederhana,” ujar Jeremias.
Sasando. (Pos Kupang/Muhlis Al Alawi)
Kemaestroan Jeremias memainkan musik Sasando jelas sudah diragukan lagi.
Berbagai negara sudah di kelilinginya untuk menghadiri undangan semenjak ia menguasai alat musik petik sejak tahun 1960-an.
Jeremias juga menularkan kepada keenam anak lelakinya agar piawai memainkan alat musik petik tradisional asli Kabupaten Rote Ndao itu.
Bahkan kelima anak lelaki yang sudah dewasa yakni Berto, Jack, Djitron, Jhon, dan Ivan sudah tidak asing lagi sebagai pemain-pemain andal Sasando.
Anaknya yang ketiga, Jitron dan keempat, Berto pernah sering menghiasi layar kaca dalam kontes mencari bakat di stasiun televisi swasta nasional.
Djitron berunjuk bakatnya memainkan Sasando dalam kontes Indonesia Got Talent di Indosiar.
Sementara Berto kakaknya beradu bakat dalam Indonesia Mencari Bakat di Trans TV.
Kelima anaknya kini menuai berkat luar biasa dengan diundang ke berbagai negara.
Permainan musik sasando Jeremias bersama anak-anaknya banyak membuat penasaran bagi banyak turis asing yang datang ke NTT.
Dari buku tamu yang berada di meja, tertulis turis asing dari Australia, Timor Leste, Amerika, Italia, Jerman, New Zeland, Prancis, Brazil, Inggris,Portugal, Norwegia, Portugal.
Sasando. (Pos Kupang/Muhlis Al Alawi)
Hampir semua turis yang datang memberikan komentar apresiasi yang luar biasa bagi permainan Sasando sang Maestro bersama lima anaknya.
Untuk itu, bagi Anda yang berkunjung ke NTT sangat disayangkan bila melewatkan kunjungan wisata ke rumah sang Maestro Sasando Jeremias Pah di Jalan Timor Raya Kilometer 22, Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.
Tak hanya menyajikan alunan musik sasando yang memakau, Jeremias dan anak-anaknya sangat ramah ketika pelancong ingin menanyakan berbagai hal tentang seluk beluk alat musik petik tersebut.
Bahkan Anda yang penasaran dengan cara pembuatannya dapat melihat langsung proses tersebut, yang tempatnya bersampingan langsung dengan galeri pendopo milik sang maestro Jeremias.
Bagi yang penasaran ingin belajar musik alat Sasando, Jeremias tak pelit berbagi ilmu.
Ia menyediakan waktu sekitar 1,5 jam untuk memberi kursus singkat bagi pelancong yang ingin belajar main Sasando.
Tentu tidak gratis mendapatkan ilmu khusus ini.
Satu kali pertemuan selama 1,5 jam, sang maestro mematok biaya Rp 300.000 setiap orangnya.
“Biasanya yang berminat tiga kali pertemuan sudah bisa memainkan Sasando,” ungkapnya.
Untuk menikmati keindahan musik sasando petikan sang Maestro Jeremias, pelancong bisa datang ke lokasi dari pagi hari sekitar pukul 08.00 hingga pukul 20.00 Wita.
Proses pembuatan Sasando. Pos Kupang/Muhlis Al Alawi)
Bahkan bila di atas pukul 20.00 Wita, para pelancong yang datang dari luar daerah tetap dilayani sang maestro bersama anak-anaknya.
Untuk sampai ke lokasi, pelancong cukup menumpang angkutan umum yang biasa mangkal di dekat Pasar Oeba Kupang dan Brimobda Polda NTT.
Namun angkutan umum yang tersedia hanya berupa mobil pick up yang dimodifikasi menjadi angkutan penumpang.
Bentuknya, mobil pick up diberi atap dan bangku tempat duduk didalam baknya.
Di pinggir bak dipasang rangka besi keliling sehingga aman untuk penumpang.
Ongkosnya pun cukup murah, hanya Rp 5.000 sekali jalan sampai tujuan.
Untuk satu alat musik sasando Jeremias menawarkan kepada pelancong mulai dari harga Rp 500 ribu hingga Rp 3,5 juta.
Sementara souvenir berupa replika sasando dapat dibeli mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 500 ribu.
“Kami juga menjual CD berisikan 12 lagu daerah dan tujuh lagu populer yang diiringi dengan petikan sasando anak saya dengan harga Rp 100 ribu. Selain itu istri saya juga menjual tenun ikat asli Rote dengan harga mulai dari seratusan ribu rupiah untuk jenis selendang,” kata Jeremias.