Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gelang Simpai Khas Dayak, Tak Bisa Pindah ke Lain Tangan

Dan uniknya lagi, pembuatan gelang khas suku Dayak Loksado, Kalimantan Selatan ini harus disesuaikan dengan pergelangan tangan si pemesan.

Editor: Mohamad Yoenus
zoom-in Gelang Simpai Khas Dayak, Tak Bisa Pindah ke Lain Tangan
Banjarmasin Post/Yayu Fathilal
Proses pembuatan gelang Simpai, di Taman Budaya Kalimantan Selatan, di Banjarmasin. 

Laporan Wartawan Banjarmasin Post/Yayu Fathilal

TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Gelang Simpai mungkin belum akrab sebagai oleh-oleh bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kalimantan Selatan.

Maklum saja, di sini memang sebenarnya tidak ada toko khusus yang menjual gelang ini karena hanya dibuat berdasarkan pesanan dan pemesannya harus mendatangi langsung perajinnya.

Dibuatnya pun tak dalam jumlah yang banyak, namun hanya ketika ada yang memesan.

Gelang Simpai
Pembuatan gelang Simpai, di Taman Budaya Kalimantan Selatan, di Banjarmasin. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)

Dan uniknya lagi, pembuatan gelang khas suku Dayak Loksado, Kalimantan Selatan ini harus disesuaikan dengan pergelangan tangan si pemesan.

Artinya, gelang yang dibuat hanya pas untuk si pemesannya dan tak bisa dilepas.

Jika hendak dilepas, harus memotong gelangnya.

Berita Rekomendasi

Setelah itu tak bisa lagi dipakai sebab sudah rusak dan bahannya pun tak lentur.

Para perajinnya di Kalimantan Selatan banyak dijumpai di daerah perkampungan Dayak di perbukitan Loksado di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan di Desa Barikin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Belum lama ini, kru Banjarmasin Post beruntung bisa bertemu salah satu perajinnya dari Desa Barikin saat dia berkunjung ke Taman Budaya Kalimantan Selatan di Banjarmasin.

Namanya Rudiansyah.

Ketika itu sedang mengikuti Festival Karya Tari Daerah se Kalimantan Selatan sebagai pemusik mewakili kabupatennya di Taman Budaya Kalsel.

Dia sambil juga membuatkan beberapa gelang dan cincin Simpai ini di sela-sela kegiatannya di Taman Budaya.

Gelang Simpai
Proses pembuatan gelang Simpai, di Taman Budaya Kalimantan Selatan, di Banjarmasin. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)

Banyak seniman Kalimantan Selatan maupun mahasiswa jurusan seni yang tertarik minta dibuatkan gelang simpai kepadanya.

Dengan cekatan, jemarinya menjalin bilah-bilah akar pohon jangang yang menjadi bahan utamanya di pergelangan tangan para pemesannya.

"Ini kerajinan khas orang Dayak Loksado. Namanya gelang dan cincin Simpai. Bahannya dari akar pohon jangang, biasanya tumbuh di pedalaman hutan Kalimantan," ungkapnya.

Di Loksado dan di desanya tempatnya tinggal yaitu Desa Barikin, katanya, banyak yang bisa membuatkan gelang ini.

Hanya saja, pemesan harus mendatangi langsung si pembuatnya karena harus disesuaikan dengan pergelangan tangan pemesan.

"Kami tidak menerima pemesanan via telepon atau online. Pemesan harus datang bertemu langsung dengan saya baru dibuatkan. Itulah uniknya gelang Simpai ini. Sebab, ukuran yang dibuat hanya cocok untuk pemesannya. Susah kalau mau dipakai oleh orang lain," jelas pria berambut panjang ini.

Alasannya, karena bahannya yang tidak lentur.

Saat dibuat menjadi gelang tak bisa dipasang atau dilepas lagi karena akar jangang itu tipis tetapi keras namun mudah dibentuk.

Uniknya lagi, gelang dan cincin Simpai ini biasanya berwarna coklat muda atau tua, tetapi jika sering kena air warnanya bisa berubah menjadi hitam.

Bahannya tahan air sehingga tak mudah rusak atau berjamur.

Kalaupun sering kena air dan sudah berubah menjadi hitam, tetap akan tahan lama.

Namun jika terlalu sering kena air bisa saja setahun kemudian gelang atau cincin ini akan lapuk dan rusak.

"Tergantung perawatan dari pemakainya juga. Kalau tak apik bisa cepat lapuk, tetapi kalau rajin merawatnya bisa tahan lama. Teman saya ada yang punya gelang ini sudah lima tahun tidak rusak-rusak," ungkapnya.

Untuk perawatannya mudah saja, apalagi gelang ini tak mudah kotor.

Jika sekali kotor, cukup disikat sedikit lalu dicuci dengan air sudah bisa bersih lagi.

Gelang dan cincin Simpai buatannya ini dianyam menggunakan pola dasar anyam tiga seperti ketika menganyam rambut.

Ukurannya ada yang lebar ada yang kecil.

Warnanya ada yang coklat muda dan coklat tua.

Gelang Simpai
Gelang Simpai yang dibuat tanpa pemilik, di Taman Budaya Kalimantan Selatan, di Banjarmasin. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)

Sebuah gelang Simpai ini dijualnya Rp 20.000, baik untuk ukuran dewasa maupun anak-anak.

Sementara cincinnya dihargainya Rp 5.000 per buah.

Salah satu pemesan gelang ini adalah Putra.

Mahasiswa jurusan Seni, Drama, Tari dan Musik FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ini tampak senang dibuatkan gelang Simpai oleh Rudiansyah.

"Gelangnya bagus. Saya suka. Etnik banget soalnya dan nggak dijual di pasar-pasar," ujarnya seraya menunjukkan gelang Simpainya.

Pemesan lainnya adalah Gusti Nadia yang tampak antusias saat dibuatkan gelang ini.

Gelang tersebut, ujar dara berjilbab ini bernilai tradisional khas Dayak sekali, nilai etniknya kuat.

Dia bahkan sudah lama menginginkan gelang ini hingga mencarinya sampai ke Kalimantan Timur.

"Waktu itu pas ke Kalimantan Timur coba-coba saja mencarinya, siapa tahu ada tetapi nggak ketemu. Nah, pas kebetulan ada perajinnya di sini jadi sekalian saja pesan. Ini kan gelang langka karena hanya didapat melalui pemesanan khusus," katanya.

Rudiansyah menambahkan, jika ingin memesan gelang ini ke dia bisa saja mendatanginya langsung ke rumahnya di Desa Barikin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Jika berminat, bisa menghubunginya di nomor HP 082250206651 dan Pin BB 285B31BC.

Atau jika ingin tahu lebih banyak tentang kerajinan tangan yang satu ini, bisa mengakses informasinya di akun Facebook miliknya, yaitu Rurud Es.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas