Pesona Senja dari Pura Luhur Uluwatu Bali, Setiap Harinya Dikunjungi 3.000 Orang
Sebuah kompleks peribadatan umat Hindu dibangun di atas tebing terjal yang menjorok ke laut hanya dapat ditemukan di Pura Luhur Uluwatu, Bali.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
TRIBUNNEWS.COM, MANGUPURA - Sebuah kompleks peribadatan umat Hindu dibangun di atas tebing terjal yang menjorok ke laut hanya dapat ditemukan di Pura Luhur Uluwatu, daerah selatan Kabupaten Badung.
Bukan hanya suasana sakral dan religius yang akan dapat dinikmati oleh warga yang ingin beribadah maupun untuk berwisata, namun panorama alam yang memukau seperti terbenamnya matahari akan didapatkan di sini.
Pura Luhur Uluwatu merupakan salah satu dari pura-pura yang memiliki status sebagai Pura Sad Kahyangan Jagat, yaitu pura yang dianggap sebagai penyangga poros mata angin di Pulau Bali.
Kompleks peribadatan umat Hindu dibangun di atas tebing terjal, Pura Luhur Uluwatu, daerah selatan Kabupaten Badung. (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)
Menurut cerita masyarakat setempat, pura ini telah dibangun sejak abad ke-11 oleh Mpu Kuturan.
Ketika itu, Pura Luhur Uluwatu menjadi tempat pemujaan bagi Dewa Rudra untuk memohon keselamatan.
Selain membangun sebuah pura, Mpu Kuturan juga dipercaya telah mewariskan aturan dan tata-tertib bagi desa-desa adat di sekitar pura yang masih dikenal hingga saat ini.
Pura Luhur Uluwatu mempunyai beberapa pura pesanakan, yaitu pura yang memiliki kaitan erat dengan pura induk.
Pura-pura pesanakan tersebut antara lain Pura Bajurit, Pura Pererepan, Pura Kulat, Pura Dalem Selonding, dan Pura Dalem Pangleburan.
Pura-pura ini berhubungan langsung dengan Pura Luhur Uluwatu pada saat Piodalan, yaitu pemujaan terhadap Sang Hyang Widi yang berlangsung setiap 210 hari, pada hari Selasa Kliwon Wuku Medangsia.
Pemandangan dari Kompleks Pura Luhur Uluwatu, daerah selatan Kabupaten Badung. (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)
Sebelum memasuki pura, wisatawan diwajibkan untuk mengenakan pakaian khusus, yaitu kain sarung untuk mereka yang mengenakan celana atau rok di atas lutut, serta selendang untuk wisatawan yang memakai celana atau rok di bawah lutut.
Kain sarung dan selendang berwarna kuning (salempot) tersebut menyimbolkan penghormatan terhadap kesucian pura, serta mengandung makna sebagai pengikat niat-niat buruk dalam jiwa.
Setelah memasuki bagian jabaan pura (halaman luar pura), wisatawan akan disambut oleh sebuah gerbang Candi Bentar berbentuk sayap burung yang melengkung.
Gerbang yang menjadi pintu masuk menujujabaan tengah ini merupakan salah satu peninggalan arkeologis abad ke-16.
Gerbang masuk kompleks Pura Luhur Uluwatu, Badung, Bali. (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)
Untuk mencapai jeroan pura, Anda akan melewati Candi Kurung yang di depannya terdapat patung penjaga candi (dwarapala) dengan bentuk arca Ganesha.
Akan tetapi, untuk menghormati kesucian pura, wisatawan tidak diperbolehkan memasuki ruang utama pemujaan, sebab hanya umat Hindu yang akan bersembahyang saja yang diperbolehkan memasukinya.
Di dalam ruang utama pura, terdapat sebuah prasada, yaitu tempat moksanya Dang Hyang Nirartha.
Pura Uluwatu ini dihuni oleh sekumpulan monyet yang hilir mudik di dalam kawasan pura yang menarik perhatian para pengunjung.
Konon monyet-monyet ini diyakini sebagai penjaga pura.
Anda perlu berhati-hati dengan kacamata, topi, perhiasan dan barang bawaan karena mereka sering secara tiba-tiba merebut barang tersebut.
Para pengunjung pura Uluwatu pun tidak diperkenankan memberikan makanan kepada monyet yang berada di sana.
Terkecuali didampingi pemandu wisata atau petugas obyek wisata Pura Luhur Uluwatu.
Monyet di kompleks Pura Luruh Uluwatu, Badung, Bali. (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)
I Made Lasir, Kabid Informasi Obyek Wisata Pura Luhur Uluwatu mengatakan, di sini selain pura, pengunjung dapat melihat laut dari tebing dan tari kecak pada sore hari.
Wisatawan mancanegara mendominasi kunjungan, namun saat ini paling banyak anak sekolah karena mulai memasuki musim liburan anak sekolah.
Kunjungan per hari mencapai sebanyak 3.000 pengunjung.
“Jam buka mulai pukul 07.00 sampai 19.30 Wita. Tarif dibedakan dua, asing Rp 20 ribu untuk dewasa dan anak Rp 10 ribu. Domestik Rp 15 ribu dewasa dan anak Rp 5 ribu,” ujar Made Lasir.
Melihat pemandangan dari kompleks Pura Luhur Uluwatu, Badung, Bali. (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)
Terdapat larangan di mana bagi wanita yang sedang menstruasi tidak diperkenankan menaiki area pura.
“Di bawah area pura masih boleh tetapi naik ke atas area pura itu tidak boleh,” katanya.
Made Lasir menambahkan, puas menikmati panorama alam yang indah dan matahari tenggelam, jangan lewatkan untuk menyaksikan para seniman Bali dalam pergelaran Tari Kecak yang sakral namun juga menghibur.
Pagelaran ini diadakan di Pura Uluwatu setiap hari, pada pukul 18.00- 19.00 WITA.
Tari Kecak merupakan tarian yang menceritakan penggalan epik Ramayana, yaitu ketika Dewi Shinta diculik oleh Rahwana.
Di mana untuk dapat menikmati tari kecak dikenakan tiket Rp 100 ribu per orang.
Kapasitas tempat duduk tribun pertunjukkan tari kecak dapat mencapai seribu orang.
Tari Kecak. (Tribun Bali.Zaenal Nur Arifin)
Menyambangi Pura Uluwatu paling baik adalah pada sore hari, sehingga dapat menyaksikan matahari tenggelam dengan siluet Pura Uluwatu yang mengagumkan.
Lokasi Pura Luhur Uluwatu ini dibangun di atas bukit karang setinggi kurang lebih 97 meter di atas permukaan laut (dpl).
Pura Luhur Uluwatu terletak sekitar 30 km arah selatan Kota Denpasar atau sekitar satu jam jika dari Bandara Ngurah Rai.
Wisatawan dapat menggunakan jasa taksi, persewaan mobil atau motor, serta agen perjalanan untuk menuju Pura Uluwatu.
Di lingkungan pura terdapat lokasi parkir yang cukup luas untuk parker kendaraan baik roda dua maupun roda empat maupun bus.
Selain itu, di tempat ini juga telah dilengkapi toilet umum untuk para pengunjung.
Jika memerlukan restoran maupun penginapan, wisatawan dapat memperoleh hotel maupun restoran dengan berbagai tipe dan menu di dekat lingkungan Pura Luhur Uluwatu.