Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Di Museum Malaysia Banyak Alat Musik Pemberian Raja Raja Indonesia

Hari kedua, Fifin Maidarina dan Nadia mengawali sarapan pagi di sebelah My Hotel, Kuala Lumpur (KL) Sentral, Malaysia.

Editor: Mohamad Yoenus
zoom-in Di Museum Malaysia Banyak Alat Musik Pemberian Raja Raja Indonesia
Dokumentasi Fifin
Fifin berfoto di Danau sektiar Taman Orchid, Malaysia. 

Laporan Wartawan Surya/Wiwit Purwanto

TRIBUNNEWS.COM - Hari kedua, Fifin Maidarina dan Nadia mengawali sarapan pagi di sebelah My Hotel, Kuala Lumpur (KL) Sentral, Malaysia.

Ada tempat semacam pujasera di ujung gang yang menjual berbagai makanan dan minuman, serta jajanan seperti gorengan.

Harganya sangat bersahabat di kantong, MYR 5 (sekitar Rp 18.000) untuk makanan dan MYR 2 (sekitar 7.000) untuk minumnya.

Kenyang, baru memulai perjalanan, tujuan pertama ke Muzium Negara, Kuala Lumpur.

museum malaysia
Dokumentasi Fifin

Tiket masuknya MYR 5. Di dalamnya dibagi beberapa ruangan.

Ada sejarah purba, yaitu kehidupan di zaman purba beserta perlengkapan dan peralatan yang mereka pakai kala itu.

Berita Rekomendasi

Kemudian zaman perang, ada juga zaman setelah kemedekaan, mengenai pendidikan sampai adanya lagu kebangsaan.

Benda-benda seperti alat musik dan senjata tradisional mirip dengan milik Indonesia.

Beberapa memang ditulis sebagai pemberian dari raja-raja di Indonesia yang akhirnya mereka pelajari menjadi budaya setempat.

Dari museum, berjalan kaki menyeberang jembatan tinggi, mencari lokasi berikutnya, yaitu Planetarium Negara.

Sayangnya karena Minggu, planetarium tutup.


Namun, di sisi luar lokasi planetarium terdapat area menarik bertuliskan Stone Henge.

Stone Henge
Stone Henge, Malaysia. (Dokumentasi Fifin)

Dan benar, mereka membuatnya menyerupai Stone Henge di Inggris, yaitu berupa batu-batu besar yang ditata sangat bagus untuk lokasi foto.

“Entah apa hubungannya dengan yang ada di Inggris. Yang pasti bentuknya menyerupai, bisa dibilang edisi mininya yang di Inggris. Itu menjadi kejutan karena belum banyak wisatawan yang tahu dan blusukan ke tempat semacam ini,” kata Fifin.

Perjalanan belum berhenti, dan dilanjutkan ke Perdana Botanical Garden.

Di sana terdapat beberapa kompleks taman, seperti taman burung, yang sangat ramai dikunjungi penduduk lokal maupun wisatawan.

Melihat penuhnya pengunjung, lebih baik melipir mencari yang lain.

Pilihannya Taman Orchid, berupa taman bunga dan gratis.

Taman
Nadia di taman Orchid Malaysia. (Dokumentasi Fifin)

Dari peta wisata, ada sebuah danau di kompleks itu.

Karena penasaran, rute itu dituruti meski ternyata jaraknya cukup jauh.

Benar, di sana terdapat kompleks taman dan danau, yaitu Lake Garden yang dimanfaatkan penduduk lokal untuk bersantai, bermain bola, bahkan foto prewed.

“Ikutan narsis dong, meski bukan edisi prewed, hehehe,” katanya.

Dari peta, jika berjalan terus bisa langsung tembus ke KL Sentral lagi.

Jadi, ternyata semuanya itu berada dalam satu lokasi, mulai dari museum dan semua taman.

Hari itu sepertinya sudah berjalan lebih dari 10.000 langkah sehari.

Setibanya di KL Sentral, pilihan paling masuk akal adalah istirahat di mal Nu Sentral, sambil makan dan ngopi serta memanfaatkan wifi gratis untuk pamer foto dan bertegur sapa dengan teman.

Berikutnya adalah Batu Caves.

Batu caves
Batu Caves Malaysia. (Dokumentasi Fifin)

Tempat ini mungkin lebih terkenal, baik turis lokal maupun mancanegara memadati lokasi itu.

Bagi penduduk lokal, area Batu Caves merupakan tempat ibadah mereka yang beragama Hindu.

Batu Caves terletak 13 km dari Kuala Lumpur. Cara termudah untuk mencapai Batu Caves adalah dengan kereta api dari stasiun KL Sentral Komuter.

Batu Caves merupakan bukit kapur tinggi dengan serangkaian gua.

Salah satu ikonnya adalah patung Murugan, dewa Hindu.

Patung setinggi 42.7 meter ini merupakan patung Murugan tertinggi di dunia, terbuat dari 1.550 meter kubik beton, 250 ton baja bar, dan 300 liter cat emas yang didatangkan dari Thailand.

Untuk masuk ke gua, pengunjung harus menaiki lebih dari 100 anak tangga.

Satu gua besar ramai dan terang, sementara ada dua gua lain yang remang cenderung gelap.

Gua-gua itu bisa dimasuki dengan didampingi guide. Tentu dengan bau kotoran kelelawar yang sangat menyengat.

Di gua yang besar, terdapat stalaktit-stalaktit yang tumbuh alami dan dijadikan objek foto.

Hm... hati-hati membawa barang, terutama makanan, karena monyet-monyet berkeliaran dan tega merebut makanan yang dibawa.

Mungkin banyak yang sudah sering ke Malaysia, menghabiskan waktu di Genting ataupun menikmati wisata belanja di sekitar Bukit Bintang.

Sesekali mungkin bisa mencoba destinasi yang unik, yang membuat orang lain bertanya penasaran, seperti StoneHenge misalnya. Happy travelling.

Fifin
Nadia dan Fifin. (Dokumentasi Fifin)
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas