Pelabuhan Tanjung Tiram, Merekam Aktivitas Nelayan Sembari Lihat Lumba-lumba dan Ikan Terbang
Dari Pelabuhan Tanjung Tiram di Kabupaten Batu Bara, wisatawan bisa melihat aksi ikan terbang dan lumba-lumba di lautan bebas.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM, BATUBARA - Pesisir Kabupaten Batubara menyimpan banyak potensi wisata, salah satunya di sektor jasa jual beli ikan di Pelabuhan Tanjung Tiram.
Melalui pelabuhan ini pula, akses mencapai tempat wisata Pulau Berhala, Pulau Pandang dan Pulau Salah Nama dapat dijangkau lebih dekat.
Selain aktivitas kapal angkut manusia wisata, ada juga kapal-kapal kecil mengangkut warga yang hendak pulang-pergi ke kampung-kampung di sekitarnya seperti Bagan Baru, yang jika ditempuh lewat darat relatif lebih jauh.
Pantai di Pelabuhan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara (Tribun Medan/ Silfa Humairah)
Aktivitas yang tidak kalah menyibukkan pelabuhan ini adalah aktivitas kapal nelayan yang hilir mudik pergi atau pulang dari melaut dengan membawa ikan hasil tangkapan.
Aktivitas Tanjung Tiram ditopang kegiatan nelayan, yang membuat kawasan ini menjadi pelabuhan perikanan terpenting di Batubara.
Di sekitar pelabuhan anda akan melihat tempat penjemuran ikan dan kegiatan jual beli ikan dari nelayan yang baru pulang.
Ruli Jan, seorang nelayan, menuturkan banyak wisatawan yang khusus datang membeli ikan dari nelayan.
Karena mendapatkan hargaikan lebih murah.Ada juga wisatawan yang datang sekadar menikmati suasana laut,wisatawan bisa menyewa perahu menuju ke tengah untuk melihat pemandangan laut, atau jika beruntung melihat aktivitas ikan terbang.
"Wisatawan akan dimanjakan pemandangan laut, kegiatan nelayan menangkap ikan. Memandang kelincahan ikan terbang dan ikan lumba yang sesekali menampakkan diri. Harga ikan juga dominan murah, bisa separuh harga dari harga di pasar, " katanya.
Perairan Tanjung Tiram di Kabupaten Batu Bara yang indah dengan angin sepoi-sepoi (Tribun Medan/ Silfa Humairah)
Menurutnya, wilayah ini mempunyai Dermaga dan TPI (Tempat Penjualan Ikan) yang dikenal sebagai "BOM". Nama BOM ini mengacu pada sejarah ketika Jepang masuk ke Sumatera Timur melalui dermaga ini.
"Untuk memuluskan jalan masuk Jepang membom wilayah ini. Reruntuhan dan puing-puing bekas "pemboman" , berupa pancang-pancang bangunan terbuat dari beton yang dicor besi yang menjorok ke laut masih bisa dilihat sampai sekarang," katanya.
Secara tradisional laut menjadi penghubung antara wilayah ini dengan negeri jiran, Malaysia.
Dimasa lalu dua penduduk dari dua wilayah perbatasan negara ini bebas saling berkunjung, namun sekarang ketika manajemen modern telah berlaku, akativitas tersebut hampir berhenti.