Gumarang, Lokasi Kuliner Favorit di Padang Panjang, Cobalah Ampiang Dadiah dan Teh Taluah di Sini
Gumarang berarti kuda putih khas Minangkabau. Sejak awal berdiri, restoran ini sudah dipadati pelanggan.
Editor: Malvyandie Haryadi
Lebih nikmat lagi jika dicampur es batu.
Ada rasa manis yang harum karena santan dan kelembutan yang dibawa cenil dan ketan. Lalu tentu saja rasa kacang yang menawan dari kacang hijau.
Pelanggan bisa juga menikmatinya tanpa es mengingat Padang Panjang kerap diliputi kabut yang membawa hawa dingin.
Kata Amris, Restoran Gumarang bisa laris manis lantaran waktu masa awal berdiri belum banyak restoran.
Pemilik restoran kemudian membuka tempat baru, Rumah Makan Gumarang yang letaknya hanya dipisahkan oleh gang di dalam pasar.
Rumah makan ini tak ubahnya rumah makan padang pada umumnya. Menu utamanya rendang, gulai, dan makanan lain yang tentu bersantan.
”Jadi di sini tempat makannya, di sana tempat camilan,” kata Yuliani (37), kasir Rumah Makan Gumarang sambil menunjuk Restoran Gumarang.
Meskipun tak seramai tahun 1990-an, kata Amris, sampai sekarang jumlah pengunjung masih banyak, sekitar 1.000 orang per hari.
Jumlah itu meningkat dua sampai tiga kali lipat pada musim liburan atau Lebaran.
Puncak keramaian biasanya pada pagi dan siang hari.
Sebagai pendatang, Tya Setiawati hampir selalu mengajak para koleganya singgah di Gumarang.
Bahkan, dua kali dalam sebulan ia bersama Enrico, suaminya, secara khusus bersantai di restoran sederhana itu.
Gumarang boleh sederhana, kata Enrico, tetapi ia seperti simpul dari masyarakat Padang Panjang, yang ingin mengudap kenangan.
”Ya, karena di sini jejak-jejak Minang itu diwujudkan,” kata Enrico.
Dan, kapan pun kita rindu ranah Minang, Gumarang adalah teman akrab yang membuat kita merasa tenang untuk mencurahkan segala beban hati dan pikiran. (MOHAMMAD HILMI FAIQ/PUTU FAJAR ARCANA_