Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Asyiknya Keliling Candi Gedongsongo Semarang sembari Menunggang Kuda

Candi Gedongsongo merupakan candi yang memiliki sembilan kelompok bangunan.

Editor: Mohamad Yoenus
zoom-in Asyiknya Keliling Candi Gedongsongo Semarang sembari Menunggang Kuda
Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan
Berkuda mengelilingi Candi Gedongsongo di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rika Irawati

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Udara dingin menusuk tulang begitu kaki menginjak kawasan Candi Gedongsongo di kala pagi hari.

Bahkan, sekitar pukul 08.00, kabut masih menyelimuti kompleks candi di lereng Gunung Ungaran ini.

Jarak pandang yang terbatas membuat pengunjung tak leluasa melihat keindahan alam maupun keelokan candi.

Butuh waktu satu setengah jam menunggu kabut berarak meninggalkan kawasan wisata di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang ini.

Candi Gedongsongo
Candi Gedongsongo, Semarang. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Keindahan alam dan candi yang mulai terlihat dari kejauhan mengundang rasa penasaran siapa saja untuk mendekat.

Berita Rekomendasi

Gedongsongo berasal dari Bahasa Jawa, gedong berarti rumah atau bangunan dan songo yang berarti sembilan.

Atau, secara keseluruhan, Candi Gedongsongo merupakan candi yang memiliki sembilan kelompok bangunan.

Ada lima kelompok bangunan. Yakni, Candi Gedong I yang memiliki satu candi, Candi Gedong II terdiri dari satu candi, Candi Gedong III memiliki tiga candi di mana satu di antaranya hanya berupa pondasi, Candi Gedong IV terdiri dari tiga kelompok candi. Satu di antara tiga candi ini terdiri dari satu candi induk dan delapan perwara (candi yang mengelilingi candi induk).

Sementara, di Candi Gedong V, ada satu candi induk dan lima pewara.

"Candi ini menunjukkan percampuran India dan Indonesia. Namun, berdasarkan bentuk dan relief yang ada, kepercayaan di Gedongsongo berwujud kepercayaan pada Parswadewata. zaman dulu, Parswadewata ditafsirkan sebagai persembahan kepada roh nenek moyang yang telah bersatu," ujar Ngatimin, juru pelihara Gedongsongo dari Balai Pelestarian cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah (Jateng).

Candi Gedongsongo
Candi Gedongsongo, Semarang. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Kelima kelompok candi itu tersebar dalam lintasan sepanjang 1,5 kilometer. Menilik satu per satu candi bisa ditempuh berjalan kaki atau menyewa kuda.

Perjalanan pun semakin menyenangkan lantaran pemandangan hijau hutan pinus yang mengelilingi kompleks candi.

Anda yang ingin naik kuda bisa memilih enam paket yang ditawarkan.

Jika hanya ingin berkeliling di sekitar kawasan candi bagian bawah, anda bisa mengambil paket desa seharga Rp 35 ribu.

Sementara, wisata ke Candi satu dipatok Rp 20 ribu.

Untuk wisata Candi Dua, pengunjung harus merogoh kocek Rp 40 ribu.

Sementara, paket berkuda ke Candi Tiga dipatok Rp 50 ribu.

Paket berkuda sampai ke pemandian air hangat belerang Rp 60 ribu dan paket Candi Sembilan Rp 70 ribu.

Paket berkuda untuk wisatawan asing lebih mahal Rp 10 ribu dari wisatawan lokal.

Anda yang memiliki berat badan minimal 80 Kg juga harus membayar lebih mahal, yakni Rp 90 ribu per orang.

Jasa berkuda ini berlaku maksimal satu jam perjalanan.

Candi Gedongsongo
Kabut pagi di Candi Gedongsongo, Semarang. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Setiap candi yang berdiri kokoh berbentuk mengerucut dan di bagian atas memiliki empat undakan.

Puncak tertinggi berupa satu stupa. Candi di Gedongsongo memiliki kemiripan bentuk seperti candi di Dieng, Wonosobo.

Menyusuri satu per satu kelompok candi yang berjarak 100-700 meter tak akan terasa melelahkan.

Apalagi, di beberapa titik di pinggir jalan setapak menuju setiap kelompok candi, pengelola menyediakan tempat duduk dari bambu, kayu maupun beton yang bisa dipilih sebagai tempat peristirahatan.

Tak ingin lelah, duduk-duduk di hamparan rumput di sekitar candi bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan bersama keluarga.

Beberapa warga menyewakan tikar bagi anda yang membutuhkan.

Mereka juga menyewakan payung untuk berjaga-jaga jika hujan tiba-tiba mengguyur kawasan tersebut.

Selain wisata candi, anda yang datang di hari Minggu atau hari libur nasional, akan dihibur pertunjukan budaya.

Di antaranya, kesenian Reog Kuda Lumping yang dimainkan sanggar tari dan budaya yang ada di Kabupaten Semarang.

Candi Gedongsongo
Persembahan Reog Kuda Lumping di Candi Gedongsongo, Semarang. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Kawasan Candi Gedongsongo tak hanya menawarkan wisata candi dan keindahan alam. Di sini juga tersedia kolam pemandian air hangat belerang.

Pemandian ini terletak di lembah bukit antara kelompok candi tiga dan empat.

Setelah membayar tiket Rp 5.000, anda bisa sepuasnya berendam di kolam belerang sedalam 1-1,5 m.

Namun lantaran luas kolam tak terlalu besar, anda tidak bisa berenang. Apalagi jika pengunjung yang datang lumayan banyak.

"Idealnya, hanya satu jam berendam untuk mendapatkan manfaat yang maksimal," ungkap Arif, penjaga kolam air hangat belerang di candi tersebut.

Berendam di air hangat belerang diyakini bisa menyembuhkan beragam penyakit kulit, di antaranya gatal-gatal.

Jika rutin dilakukan, penyakit rematik juga bisa sembuh.

"Bahkan, banyak juga pengusaha dan wiraswasta wanita yang datang. Belerang diyakini dapat membuat wanita awet muda. Biasanya, yang datang berendam berusia akhir 30-an atau 40-an. Dan mereka memang masih terlihat cantik-cantik," ujarnya.

Jangan membayangkan air belerang di kolam ini jernih dan bersih. Yang ada, warna air kolam cenderung keruh.

Bahkan terkadang, berwarna sedikit kehitaman. Jangan khawatir, kondisi ini terjadi lantaran kandungan belerang yang tinggi.

"Kalau rutin, penyakit rematik juga bisa sembuh. Maksimal berendam satu jam," kata Arif.

Puas berendam, anda bisa berbilas di tiga kamar mandi yang disediakan.

Tubuh pun terasa segar dan siap melanjutkan perjalanan menyusuri kelompok candi yang tersisa.

Lelah menapaki jalur sepanjang 1,5 Km, anda bisa berwisata kuliner di area pujaserta yang ada di jalur keluar candi.

Serabi
Pedagang serabi di Candi Gedongsongo, Semarang. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Sate kelinci menjadi menu andalan para pedagang di kompleks Candi Gedongosong.

Jika beruntung, anda bisa melihat langsung pedagang mempersiapkan masakan tersebut.

Mulai dari memisahkan daging dari tulang kelinci, menusuk, dilanjutkan membakar dan memberi bumbu, hingga akhirnya dihidangkan di meja.

Namun, anda yang tak doyan sate kelinci tak perlu khawatir, pedagang di kawasan ini juga menawarkan sejumlah menu. Di antaranya mi rebus dan bakso.

Jangan lupa pula mencicipi camilan berupa serabi lipat yang bisa dinikmati langsung setelah diangkat dari penggorengan di atas bara api.

Anda bisa memilih isian serabi tipis ini, di antaranya, pisang, cokelat, dan nangka.

Anda yang ingin mendapatkan kehangatan bisa juga memilih wedang ronde yang dijual pedagang menggunakan gerobak dorong.

Pujasera ini tidak hanya menyediakan makanan.

Candi Gedongsongo
Souvenir di Candi Gedongsongo, Semarang. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Oleh-oleh berupa gantungan kunci, hiasan dinding, juga kaus bertuliskan Gedongsongo dijual mulai Rp 5.000 per buah.

Gedongsongo terletak 45 Km dari Kota Semarang.

Candi ini bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum.

Khusus bus, pengunjung harus turun di halaman parkir yang berjarak sekitar 2 kilometer dari kawasan candi.

Perjalanan dilanjutkan menggunakan ojek atau angkutan desa (angkudes) yang memang disediakan untuk dicarter pengunjung.

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas