Sate Susu Bali Ini Bikin Penasaran, Laris Manis Tiap Ramadan
Pada proses perebusan ini lah yang memakan waktu cukup lama. Yakni hingga 4 jam.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribun Bali, Cisilia Agustina Siahaan
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Dalam suasana bulan Ramadan, banyak tempat-tempat menawarkan beragam kuliner jelang waktu berbuka puasa.
Satu di antaranya tampak di kawasan Kampung Jawa, Kelurahan Dauh Puri Kaja, Denpasar Utara, Bali.
Mulai dari takjil hingga makanan dan minuman lainnya untuk berbuka puasa disuguhkan oleh para pedagang yang memenuhi area di sekitar area Mesjid Baiturrahmah, mulai sekitar pukul 16.00 Wita.
Sate susu Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Beberapa jenis kuliner yang spesial ada saat bulan Ramadan, yakni Sate Susu dan Sate Sumsum menjadi incaran para pembeli.
“Ingin coba, penasaran sama sate susu ini, ingin tahu saja bagaimana rasanya. Banyak yang ngomongin makanan, dan soalnya kalau hari biasa kan jarang,” ujar Hendra, seorang pembeli asal Tabanan.
Ya, sate susu memang menjadi satu menu khas yang dijual oleh para pedagang di Kampung Jawa ini khususnya pada bulan puasa.
Sebenarnya ada juga yang menjual di luar bulan puasa, namun hanya beberapa yang menjualnya, dan peminatnya tidak sebanyak saat bulan puasa.
“Banyak yang cari kalau pas bulan puasa seperti ini, kalau hari biasa tidak banyak. Makanya yang jual hanya beberapa,” ujar Api, seorang pedagang wanita asal Madura sembari mengipas-ngipas sate yang sedang ia bakar.
Ia menambahkan, jika pada masa bulan puasa seperti sekarang ini, bisa menjual 10 kg sate susu per harinya.
Begitu juga dengan penjualan sate sumsum.
Hal tersebut, menurutnya dikarenakan banyak pembeli dari seputaran Denpasar, baik itu yang non-muslim, yang ingin mencicipi kuliner satu ini.
Dengan harga Rp 20 ribu per 10 tusuk atau Rp 2 ribu per tusuknya, sate susu ini diserbu pembeli.
Sate susu Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Para pengunjung pun bisa melihat langsung bagaimana para pedagang mengolah sate-sate tersebut sebelum akhirnya disuguhkan kepada para pembelinya.
“Teksturnya unik, kenyal-kenyal gitu, terakhirnya seperti ada rasa susu nempel di langit-langit mulut,” ujar Hendra setelah mencicipi sate susu.
Sama seperti sate susu, untuk sate sumsum pun dijual dengan harga Rp 20 ribu per 10 tusuk.
Dan, untuk rasa sate sumsum sendiri, menurut Hendra dari segi tekstur dan rasa menyerupai otak.
Selain sate susu dan sumsum, ada juga beberapa jenis sate lainnya yang ditawarkan oleh para pedagang di sini.
Dan, tak hanya sate, makanan lainnya seperti gorengan dan kue-kue yang dapat dinikmati sebagai camilan pun tersaji di sini.
Penganan berbuka puasa. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)
Proses Perebusan Selama 4 Jam
Untuk di Bali sendiri, sate susu ini sebenarnya bukan asli dari Denpasar, melainkan dari Karangasem.
Yang mana menurut seorang pedagang, awalnya kuliner ini dibawa dari Lombok ke Karangasem.
Sesuai namanya, sate susu, kuliner ini terbuat dari organ susu atau payudara sapi.
Proses pengolahannya pun ternyata tidak sebentar.
Payudara sapi tersebut, setelah dibersihkan, harus direbus terlebih dahulu.
Pada proses perebusan ini lah yang memakan waktu cukup lama. Yakni hingga 4 jam.
Tujuannya untuk membentuk tekstur daging susu tersebut.
“Harus 4 jam. Kan awalnya si susunya (payudara sapi) ini lembek, direbus jadi katos hingga lembek lagi,” ujar Api.
Ia juga menambahkan, bahwa sebenarnya ada teknik lain selain direbus.
Yakni, melalui proses presto yang memakan waktu lebih sebentar, yaitu satu jam saja.
Namun menurutnya, tekstur dan cita rasa yang dihasilkan masih kalah dengan yang melewati proses perebusan.
“Rasanya beda. Masih enakan yang direbus 4 jam, dibandingkan kalau hanya dipresto saja,” kata Api.
Kemudian, baru setelah proses perebusan tersebut, daging susu sapi tersebut dimasak dengan menggunakan bumbu genap hingga meresap.
Setelah itu, barulah daging dari susu tersebut siap untuk dibakar setelah ditusuk dengan masing-masing tusukan 4-5 potongan daging payudara sapi.
Setelah dibakar, sate susu ini diberi bumbu tambahan.
Yakni, dengan menggunakan sambal plecing. Untuk pendamping, sajian ini bisa dinikmati bersama lontong atau tipat.