Gunongan, Persembahan Cinta Sultan Iskandar Muda Kepada Sang Putri Pahang
Sang sultan yang memahami kegundahan permaisurinya lantas membangun sebuah gunung kecil.
Editor: Mohamad Yoenus
Termasuk juga menyerahkan putri kerajaan untuk diboyong sebagai tanda takluk.
Putri tersebut biasanya diperistri oleh raja guna mempererat hubungan dengan kerajaan yang ditaklukkan.
Sehingga kerajaan pemenang menjadi semakin besar dan semakin kuat pengaruhnya.
Akan halnya putri boyongan dari Pahang itu terkenal dengan parasnya yang rupawan serta budi bahasanya yang halus.
Hal itu lantas membuat pernikahan tidak lagi atas dasar alasan politis, karena Sultan Iskandar Muda benar-benar dibuat jatuh hati kepada sang putri Pahang.
Sang Sultan pun mempersuntingnya sebagai permaisuri.
Demi cintanya kepada sang putri, Sultan bersedia membangun sebuah Taman Sari yang sangat indah lengkap dengan Gunongan sebagai tempat menghibur diri sang putri.
Selain tempat bercengkerama, Gunongan juga digunakan sebagai tempat berganti pakaian permaisuri usai mandi di sungai yang mengalir di tengah-tengah istana.
Untuk menuju ke taman ini, sultan membangun sebuah pintu gerbang sebagai penghubung antara istana dengan Taman Ghairah (Taman Sari).
Pintu gerbang tersebut dikenal dengan nama pinto khop (pintu biram indrabangsa) yang bermakna, pintu mutiara keindraan atau raja-raja.
Memiliki ukuran dengan panjang 2 meter, lebar 3 meter, dan tinggi 3 meter dan terbuat dari bahan kapur.
Pinto khop (pintu biram indrabangsa), yaitu pintu mutiara raja-raja. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)
Pintu gerbang itu diperuntukkan khusus untuk kalangan keluarga istana dan berada di Kompleks Taman Putroe Phang.
“Putri dari Pahang tersebut membawa pengaruh dalam pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam. Ia membuat aturan seperti dalam tatacara pernikahan maupun perniagaan,” ujar Sejarawan Aceh, Rusdi Sufi.
Rusdi memaparkan selain Putri Pahang, Sultan Iskandar Muda juga mempersunting putri dari Kerajaan Bugis, Makassar serta putri dari Tanah Gayo, Aceh.