Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Berwisata ke Kelenteng Cu An Kiong di Lasem, Kecamatan Berjuluk Tiongkok Kecil

Masih banyak bangunan kuno bergaya Tiongkok berdiri kokoh dan menjadi tempat tinggal warga.

Editor: Mohamad Yoenus
zoom-in Berwisata ke Kelenteng Cu An Kiong di Lasem, Kecamatan Berjuluk Tiongkok Kecil
Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan
Kelenteng Cu An Kiong yang berada di Jalan Dasun No 19, Lasem, Rembang, Jateng. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rika Irawati & Bakti Buwono

TRIBUNNEWS.COM, REMBANG - Tak salah jika Lasem, Kabupaten Rembang, dijuluki Tiongkok kecil.

Masih banyak bangunan kuno bergaya Tiongkok berdiri kokoh dan menjadi tempat tinggal warga.

Begitu pula, Kelenteng Cu An Kiong yang berada di Jalan Dasun No 19, Lasem.

Kelenteng yang berada tak jauh dari jalur Pantai Utara (Pantura) Rembang ini merupakan tertua di Jawa.

"Konon, di depan kelenteng ini Laksamana Cheng Ho mendarat," ungkap Cik Lan, penjaga Kelenteng.

Patung
Patung di gapura masuk Kelenteng Cu An Kiong. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Di seberang kelenteng memang mengalir Sungai Lasem yang bermuara ke Laut Jawa.

Berita Rekomendasi

Konon, di sungai tersebut ada dermaga tempat para saudagar dari Tiongkok mendarat menggunakan perahu kecil.

Kini, meski tak bersisa tanda-tanda keberadaan dermaga, sungai tersebut masih menjadi jujugan warga mencari ikan.

Ada gapura besar yang menjadi pintu masuk kelenteng.

Di depan gapura terdapat dua patung singa berwarna emas dan dua tokoh yang masing-masing membawa senjata dan seolah menjadi penjaga kelenteng.

Menurut Cik Lan, kedua tokoh tersebut merupakan Bi Nang Un dan istrinya, Na Li Ni, dua tokoh Tiongkok yang berbaur dan mengajarkan batik kepada warga.

Di teras, terdapat tiang yang memuat pahatan huruf Cina.

Di ruang tengah terdapat cerita bergambar di ubin yang terpasang di kiri dan kanan ruangan.

Setiap ubin mewakili satu lukisan. Total ada 50 lukisan yang disusun hingga ke langit-langit.

"Dulu, ada teman saya yang pergi ke Den Haag (Belanda) dan sempat mampir ke museum khusus Indonesia. Di sana ada peta Lasem buatan 1477, dan Kelenteng Cu An Kiong sudah masuk di dalamnya. Itu berarti, kelenteng ini sudah dibangun sebelum peta itu dibuat," kata pengurus Kelenteng Cu An Kiong, Gandor Sugiharto.

Klenteng Cu An Kiong
Lukisan di satu pintu Kelenteng Cu An Kiong. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Ada yang menyebut, kelenteng itu dibangun pada 1335. Sampai sekarang, mayoritas bangunan fisik Cu An Kiong masih asli.

Keleteng ini pernah menjadi lokasi syuting film Ca Bau Kan.

Makco Thian Siang Sing Bo atau Dewa Laut merupakan tuan rumah kelenteng ini.

Namun, ada pula kongco atau dewa lain yang ditempatkan di kelenteng tersebut.

Yang menarik, ada nama dewa berbau Jawa, yaitu Raden Panji Margono.

Dewa ini memiliki bentuk dan pakaian yang lebih Jawani karena memakai beskap.

Berbeda dari kongco lain yang asli Tiongkok, kongco Raden Panji Margono tak diberi sesembahan berbau babi setiap kali arak-arakan digelar.

Klenteng Cu An Kiong
Lorong menuju tempat sembahyang utama Kelenteng Cu An Kiong. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Raden Panji Margono merupakan pahlawan yang berjuang mengusir penjajah Belanda bersama tokoh Tionghoa saat itu, Tan Kee Wie dan Raden Ngabehi.

Di tempat yang kini menjadi kelenteng itulah mereka menyusun strategi penyerangan meski akhirnya kalah.

Belakangan, umat Tionghoa membuat kongco Raden Panji Margono sebagai bentuk penghormatan.

Perjalanan Kelenteng Cu An Kiong cukup berliku, khususnya saat Orde Baru.

Saat itu, mengecat tembok pun dipersulit aparat pemerintah setempat. Namun, selepas Ore Baru, banyak pejabat mendatangi kelenteng tersebut.

Menurut Gandor, ada tulisan berhuruf Cina di depan kelenteng yang menjadi daya tarik.

Ia tidak bisa membacanya namun dari sesepuh, diungkapkan maknanya yang kira-kira berbunyi "semua permohonan pasti terkabul".

Maksudnya, doa jelek seseorang juga akan terkabul tetapi orang yang berdoa harus berani menanggung akibatnya.

Kelenteng Cu An Kiong ramai tanggal tiga bulan tiga menurut penanggalan Tiongkok. Saat itu, Makco berulangtahun.

Kelenteng
Ornamen di atap Kelenteng Cu An Kiong. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Selain Kelenteng Cu An Kiong, di Lasem ada Kelenteng Poo An Bio di Jalan Karang Turi VII Nomor 15, dan Kelenteng Gie Yong Bio di Jalan Babagan Nomor 7.

Sekitar tahun 1815, Lasem menjadi kota yang memiliki penduduk Tionghoa terbanyak di Pantura. Itu sebabnya, di wilayah ini terdapat beberapa kelenteng. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas