Kain Pinawetengan Khas Minahasa, Bercorak Simbol-simbol Bersejarah
Motif utama kain Pinawetengan adalah bunga matahari yang menjadi ikon Desa Pinabetengan, tempat situs watu pinawetengan berada.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Manado, Finneke Wolajan
TRIBUNNEWS.COM, MINAHASA - Kearifan budaya Minahasa di Sulawesi Utara kembali diabadikan lewat industri kreatif.
Dipelopori Yayasan Institut Seni Budaya (ISB) Sulawesi Utara di Tompaso yang dipimpin Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto, kain Pinawetengan memulai debutnya pada tahun 2005.
Alat tenun untuk membuat kain Pinawetengan. (Tribun Manado/Finneke Wolajan)
Corak kain Pinawetengan ini sendiri diambil dari guratan gambar yang ada di situs budaya Watu Pinawetengan yang ditemukan sejak tahun 1888, oleh penduduk Kanonang.
Situs ini merupakan tempat dimana para leluhur rakyat Minahasa membagi wilayah kekuasaan, menjadi sembilan sub etnis Minahasa saat ini.
Motif utama kain Pinawetengan adalah bunga matahari yang menjadi ikon Desa Pinabetengan, tempat situs watu pinawetengan berada.
Motif tersebut kemudian dikombinasi dengan berbagai warna utama seperti hitam, merah, cokelat, hijau, ungu dan biru. Selain bunga matahari, ada pula corak burung Manguni, kuba Watu Pinawetengan dan motif simbol prasejarah lainnya.
Jenis kain yang diproduksi berupa kain songket, kain tenun dan juga kain print dengan motif pinawetengan.
Per lembar kain songket motif Pinawetengan dijual seharga Rp 2,2 juta. Untuk jenis tenun ikat seharga Rp 400 - 600 ribu, sementara yang print rata-rata Rp 50 ribu per meter.
Kain Pinawetengan ini bisa dijumpai di markas Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara di Desa Pinawetengan, Kecamatan Tompaso.
Di kawasan yang telah menjadi destinasi wisata favorit di Minahasa ini, ada galeri kain Pinawetengan.
Di galeri ini, berbagai jenis kain Pinawetengan dapat dijumpai.
Di sini juga, kain Pinawetengan yang telah menjadi baju bisa menjadi pilihan. Jika ingin membeli, bisa memesan terlebih dahulu. Atau bisa juga membeli baju yang dipajang di galeri.