Steak Burger Berbahan Tempe dan Pancake Bayam di Resto Milas, Yogyakarta
Steak dan burger berbahan tempe di Resto Milas di Prawirotaman, Yogyakarta, ini bikin penasaran banyak orang. Steak kok dari tempe?
Editor: Agung Budi Santoso
Prioritas penggunaan bahan-bahan pertanian lokal itu juga dimaksudkan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat sekitar.
Untuk itu, setiap hari Rabu dan Sabtu pagi, dari pukul 10.00 hingga pukul 13.00, Milas menyediakan halaman restoran sebagai tempat bagi petani organik untuk berjualan. Mereka memberi tajuk Pasar Organik Milas.
Mereka menjual buah-buahan, sayuran, rempah, susu, keju, roti, sampai makanan tradisional. Khusus pada Sabtu, Milas menyediakan kopi panas, teh kombucha, serta makanan tradisional yang dapat disantap sembari berbelanja.
Semua itu memungkinkan karena lahan Milas termasuk luas. Restoran ini berdiri di atas lahan seluas 1.000 meter persegi. Hanya sekitar setengahnya yang berdiri bangunan, sementara sisanya berupa lahan atau ruang bermain dan sanggar. Juga terdapat sekolah di dalamnya.
Nirlaba
Milas berdiri mengemban tiga visi, yakni pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Lingkungan diwakili oleh produk-produk organik dari para petani yang tentu saja ramah lingkungan. Mereka mencoba memberi pilihan lain yang lebih sehat dan lebih baik di tengah kepungan makanan cepat saji.
Coki menambahkan, Milas memegang prinsip sebagai wadah nirlaba. Oleh karena itu, segala keuntungan restoran itu digunakan untuk kepentingan sosial, antara lain berupa pendirian kelompok bermain di lokasi yang sama, yakni gubuk-gubuk di restoran, pada pagi hari. Ini merupakan sekolah yang memprioritaskan golongan tak mampu.
"Kami memakai sistem subsidi silang. Anak dari keluarga mampu membayar lebih mahal untuk membantu anak dari keluarga tak mampu," ujar Coki.
Saat ini terdapat sekitar 30 siswa berusia 2,5 tahun sampai 4,5 tahun. Pelajaran yang mereka terima berorientasi pada kemampuan sosial dan pendidikan berbasis lingkungan.
Mereka diajak bercerita, bermain di halaman sekolah yang juga halaman restoran, yoga, menari, dan berkebun.
Selain itu, Milas juga membangun sanggar untuk anak-anak jalanan. Mereka mendapat pelatihan kerajinan serta peningkatan kemampuan sosial, disiplin, kepercayaan diri, dan belajar mengikuti rutinitas di Milas.
Mereka membuat kerajinan dari kayu. Ada juga yang menjahit, membuat buku, dan pigura. Aktivitas itu disisipi informasi tentang kesehatan, seperti bahaya HIV/AIDS. Juga ada informasi tentang kekerasan seksual dan diskriminasi sosial.
Hasil kerajinan mereka dijual di Milas. Mereka yang sudah lulus pelatihan dan tetap produktif di rumah pun tetap dapat menitipkan hasil karya mereka di Milas untuk dijual. Sebuah impian lain selain mimpi tentang makanan sehat. (Mohammad Hilmi Faiq)