Melihat Koleksi Prasasti Raksasa di Museum Nasional, Terbesar se-Asia Tenggara
Terletak di Jalan Merdeka Barat No.12, Gambir, Jakarta Pusat, Museum Nasional merupakan museum tertua dan juga terbesar se-Asia Tenggara.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berkunjung ke Jakarta wajib rasanya mengunjungi wisata edukatif museum, yang akan menambah wawasan sekaligus mempertahankan nilai sejarah.
Di antaranya Museum Nasional dengan koleksi patung raksasa dan batu-batu prasasti hasil peninggalan zaman purbakala.
Terletak di Jalan Merdeka Barat No.12, Gambir, Jakarta Pusat, Museum Nasional merupakan museum tertua dan juga terbesar se-Asia Tenggara.
"Museum ini merupakan yang pertama bahkan paling besar di skala Asia Tenggara," ujar seorang petugas museum kepada Tribunnews, Rabu (29/7/2015).
Koleksi yang disimpan yakni sekitar 141.000 artefak sejak zaman pra sejarah Indonesia, mulai dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatera, Majapahit di Jawa hingga kerajaan besar di timur Indonesia.
"Koleksi di di sini mencapai 141 ribu benda-benda bernilai sejarah yang terdiri dari koleksi prasejarah, arkeologi, numismatik, keramik, etnografi, dan geografi," katanya.
Ratusan koleksi patung arca berjejer di lorong pintu masuk Museum Nasional, Jakarta. (Tribunnews/Reynas Abdila)
Pengunjung juga bisa menemukan rekam jejak penyebaran agama Islam di Nusantara, dan kedatangan penjelajah Eropa dalam mencari rempah-rempah hingga akhirnya membentuk kekuasaan Hindia Belanda.
Tidak hanya itu pengunjung dapat menjumpai ruangan yang memamerkan emas, mahkota, ornamen keris, dan perhiasan yang pernah digunakan oleh keluarga kerajaan dan kaum bangsawan Indonesia.
Komplek Museum Nasional dibangun di atas tanah seluas sekitar 26.500 M2 hingga saat ini sudah mempunyai dua gedung.
Gedung lama digunakan untuk menampilkan koleksi museum dan ruang penyimpanan koleksi (storage).
Koleksi patung dan batu-batu prasasti di area taman Museum Nasional, Jakarta. (Tribunnews/Reynas Abdila)
Sedangkan gedung baru yang diresmikan pada tanggal 20 Juni 2007 oleh mantan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono digunakan untuk ruang pameran bertingkat empat.
Adapun fungsi lainnya seperti ruang kantor museum, ruang konferensi, laboratorium, perpustakaan, kantin, dan masih banyak lagi.
Dengan hanya membayar Rp 5.000 bagi dewasa dan Rp 2.000 bagi anak-anak pengunjung sudah bisa menikmati seluruh koleksi Museum Nasional yang menawan.
Jam operasional museum ini buka mulai pukul 08.00-16.00 WIB, pada hari Selasa-Jumat.
Di hari Sabtu dan Minggu durasinya ditambah hingga pukul 17.00 WIB, sedang khusus untuk hari Senin serta hari besar museum ini libur atau tidak buka.
Dikenal Museum Gajah
Museum Nasional akrab dikenal di kalangan masyarakat Indonesia khususnya penduduk Ibu Kota Jakarta dengan sebutan Museum Gajah.
Hal itu lantaran terdapat "Patung Gajah Perunggu" di halaman depan museum yang merupakan hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand pada 1871.
Terkadang juga tenar dikenal dengan nam "Gedung Arca" karena di dalam gedung banyak tersimpan berbagai jenis arca yang berasal dari beragam periode.
Namun yang paling menonjol yakni patung Ganesa yang dipercaya sebagai dewa ilmu pengetahuan dan penyingkir rintangan dalam kepercayaan agama Hindu.
Patung Ganesa ini berasal dari Candi Banon, Magelang, Jawa Tengah yang sudah ada sejak abad 8-9 Masehi.
Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia, maka pada 17 September 1962, Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/O/1979 tertanggal 28 Mei 1979, museum pusat ini ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.
Museum Nasional yang terletak di Jalan Merdeka Barat nomor 12, Gambir, Jakarta Pusat. (Tribunnews/Reynas Abdila)
Sejarah Museum Nasional
Eksistensi Museum Nasional diawali berdirinya suatu himpunan bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang didirikan Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778.
Pada masa itu di Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu di mana orang mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan.
Pada tahun 1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda).
Hal inilah yang kemudian mendorong orang-orang Belanda di Batavia (Jakarta, Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis.
Seorang pendiri lembaga ini yaitu JCM Radermacher rela menyumbangkan rumah miliknya di Jalan Kalibesar, atau kala itu sebagai kawasan perdagangan di Jakarta-Kota sebagai museum sementara.
Koleksi patung dan batu-batu prasasti di area taman Museum Nasional, Jakarta. (Tribunnews/Reynas Abdila)
Pada masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816) Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles kemudian didaulat sebagai direktur perkumpulan tersebut.
Rumah di Kalibesar lantas semakin dipenuhi koleksi, maka Raffles memerintahkan untuk pembangunan gedung baru di Jalan Majapahit nomor 3, tempat ini kini berdiri kompleks gedung Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Jumlah koleksinya pun kian bertambah hingga museum di Jalan Majapahit tidak mampu lagi menampung benda-benda yang baru.
Terakhir pada 1862, pemerintah Hindia-Belanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang ini yaitu Jalan Merdeka Barat nomor 12. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.