Menikmati Tarian Bidadari dan Pakacaping di Bawah Sinar Bulan Festival Rammang Rammang
Festival Rammang Rammang menghipnotis penonton di kampung Berua desa Salenrang kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Selasa (4/8/2015).
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun Timur, Muthmainnah Amri
TRIBUNNEWS.COM, MAROS - Festival Rammang Rammang sukses menghipnotis pengunjung yang memadati kawasan karst, di kampung Berua desa Salenrang kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Selasa (4/8/2015).
Festival bertajuk Rammang Rammang Full Moon Festival ini dibuka Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo.
Ia bahkan memboyong sejumlah pengusaha Makassar, pimpinan bank dan unsur SKPD Pemerintah Provinsi Sulsel.
Selain Syahrul, festival yang pertama kalinya digadang Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulsel ini juga dihadiri Bupati Maros M Hatta Rahman, Wabup Maros Harmil Mattotorang serta jajaran Pemda Maros.
Semarak Festival Rammang Rammang (Tribun Timur/ Muthmainnah Amri)
Saat Syahrul turun dari perahu setelah mengarungi sungai Pute, pintu masuk Rammang Rammang, ia disambut tradisi Angngaru.
Angngaru menjadi sumpah yang berisi perjanjian kepada raja/pimpinan untuk selalu setia dan mengabdi hingga tetes darah penghabisan.
Apabila sumpah dilanggar, maka siap menerima kutukan hingga ke anak cucu.
Festival Full Moon dibuka dengan alunan musik band akustik. Ada yang bermain biola dan vokalis perempuan yang tak asing.
Putri asli Maros, Fildzah, merupakan Miss Indonesia perwakilan Sulsel.
Festival ini digelar ditengah hamparan sawah.
Disinari rembulan yang malu malu nampak dari balik karst Rammang Rammang.
Sejumlah obor mengelilingi lokasi sebagai penerangan pada malam hari.
Panggung ukuran sedang terbuat dari papan menjadi pusat digelarnya festival ini.
Antusiasme masyarakat menonton Festival Rammang Rammang (Tribun Timur/ Muthmainnah Amri)
Selain sajian kesenian khas Sulsel, sejumlah lomba juga digelar panitia.
Seperti lomba melukis, lomba foto dan lomba menulis.
Berbagai komunitas fotografi dan para blogger pun mendirikan tenda di lahan sawah yang kering sebagai tempat menginap mereka di Rammang Rammang.
Dalam sambutannya, Gubernur sedikit 'memesan' pada pemerintah daerah Maros akan pembenahan Rammang Rammang.
Pasalnya, eksotika Rammang Rammang menjadi konsentrasi Dinas Pariwisata Sulsel untuk destinasi baru yang dikembangkan, selain Teluk Laikang di Kabupaten Takalar.
Sehingga wisatawan tidak melulu mengenal Toraja dan Tanjung Bira di Bulukumba jika hendak melancong ke Sulawesi Selatan.
"Selain dermaga yang mesti dibenahi, saya bayangkan ada kereta di Rammang Rammang dan bisa mencapai diatas karst. Saya sudah pernah uji coba kereta di Toraja Utara. Semoga di Maros juga bisa," ujarnya, yang diamini tetamu malam itu.
Bupati Maros M Hatta Rahman pun optimis akan pembenahan Rammang Rammang yang tak kalah indahnya dengan karst di China dan Vietnam.
Ia mengaku telah menganggarkan pembenahan Rammang Rammang dan akan membenahi dermaga sebagai pintu masuk ke 'surga tersembunyi' ini.
Sajian kesenian khas Sulsel pun dibuka dengan aksi Pakacaping. Meski malam sudah menyelimuti dan disinari rembulan, festival ini tak henti didatangi warga.
Warga menumpang perahu untuk mengarungi sungai Pute selama 20 menit, karena panitia menyediakan 43 perahu secara gratis menuju Rammang Rammang.
Sajian Pakacaping, salah satu instrumen tradisional khas Sulsel, pun menghangatkan suasana.
Sejumlah pemain Pakacaping yang bahkan sudah berumur, namun sangat lihai memainkan alat musik kayu berdawai dua yang bentuknya menyerupai kayu tersebut.
Tarian Enam Bidadari
Suasana Festival Rammang Rammang kian hangat ketika enam wanita cantik memakai baju Bodo berwarna merah tampil dan menari.
Mereka menampilkan sendra tari bertajuk Taman Bidadari.
Konon katanya, Taman Bidadari yang ada di kawasan Rammang Rammang pernah disinggahi sesosok bidadari.
Maka keenam penari ini diibaratkan bidadari yang kala itu menumpang mandi di Taman Bidadari.
Semarak Festival Rammang Rammang yang digelar di kampung Berua desa Salenrang kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Selasa (4/8/2015).
Tarian Pepe Pepe Baine juga ditampilkan di panggung Festival Rammang Rammang.
Tarian yang berarti bermain api ini menampilkan para penari wanita membawa api sambil menari dan membakar dirinya.
Namun bermain api ini aman dan bahkan mengandung dakwah yang berkaitan dengan penyebaran agama Islam pada masa lalu. (*)