Pecel Ndeso Solo, Pakai Beras Merah, Disajikan di Atas Daun Pisang, Sambalnya Gurih dan Pedas
Perbedaan Pecel Ndeso dari pecel lain terletak pada nasi serta sambal yang digunakan. Pada Pecel Ndeso, nasi yang disuguhkan berasal dari beras merah.
Editor: Malvyandie Haryadi
Tak lupa, Sukisni memberi bongko yang baru dibuka dari bungkusan daun pisang.
"Bongko itu dibuat dari kacang tolo atau kacang merah dicampur parutan kelapa muda dan bumbu, selanjutnya dibungkus daun pisang dan dikukus," imbuhnya.
Sukisni juga menambahkan lalapan berupa irisan mentimun dan daun kenikir mentah serta sejumput sambal kelapa.
Terakhir, dia meletakkan karak atau kerupuk yang terbuat dari adonan nasi datambah air bleng atau belerang.
"Rasanya sangat enak. Sambalnya gurih pedas," ungkap Troy, wiraswasta penyuka Pecel Ndeso asal Solo.
Karak atau kerupuk yang terbuat dari adonan nasi dan air bleng (belerang). (Tribun Jateng/Rika Irawati)
Yang paling Troy suka dari Pecel Ndeso adalah sayuran yang digunakan.
Menurutnya, kehadiran kembang turi dan jantung pisang membuat pecel khas Solo ini berbeda dari pecel pada umumnya.
"Bongkonya juga enak. Penyuka kuliner yang kebetulan ke Solo harus mencoba menu ini," kata Troy berpromosi.
Selain di shelter belakang Stadion Manahan, Solo, Pecel Ndeso bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional di Kota Solo atau di pusat kuliner Gladag Langen Bogan (Galabo).
Ada pula beberapa rumah makan yang menjadikannya sebagai satu menu andalan mereka.
Di shelter belakang Stadion Manahan, pedagang Pecel Ndeso buka mulai pukul 06.30-11.00.
Mereka menjual secara lesehan dan membanderol kuliner ini Rp 8.000 per porsi. (*)