Suasana hutan berubah menjadi teduh, nyaman, bersih dan asri.

Sebuah aliran air sepanjang 100 meter dan lebar 2,5 meter membuat pemandangan menjadi menyenangkan.

Agar terkesan eksotis, Hery sengaja menggunakan jasa konsultan seni eksterior lulusan ITB Bandung, Ifan untuk menggarap beberapa seni instalasi di sekitar masjid kayu.

Di tempat itu, juga tinggal delapan orang santri yang belajar untuk menghafal Alquran binaan Ustad Ahmad Istohari, lulusan Pondok Pesantren Gontor.

"Mereka para santri tinggal di pondok, yang didesain mirip rumah orang Bangka zaman dulu. Saya sengaja berkonsultasi dengan ahlinya, termasuk Kepala Dinas Pariwisata Pangkalpinang untuk membuat pondok ini," jelas Hery.

Butuh Sentuhan

Keberadaan tempat wisata religi dan budaya di kawasan Hutan Tuatunu ini dikembangkan sejak tahun 2012 lalu.

Selama ini, sebagai tempat tujuan wisata di Pangkalpinang, Masjid Kayu sudah banyak dikunjungi wisatawan.

Hanya saja akses jalan ke tempat itu butuh sentuhan lebih dari pemerintah daerah, termasuk pasokan aliran listrik.

Dari Masjid Raya Tuatunu, Kota Pangkalpinang, tempat wisata religi dan budaya Masjid Kayu berjarak sekitar 4 Km.

Melewati rumah penduduk, lalu perkebunan lada diselingi aliran sungai kecil.

Bagi yang baru pertama kali melewati jalan ini, harap hati-hati lantaran ada beberapa ruas jalan yang tidak rata dan menyempit.

Namun, tak perlu khawatir, menikmati suasana alam sepanjang jalan menuju Masjid Kayu cukup mengesankan.

Tidak lebih dari 10 menit, tempat teduh dan nyaman itu sudah dapat dinikmati.

Sayangnya, belum ada trip khusus menuju lokasi ini.

Namun, sopir taksi bandara dan sopir rental mobil sudah paham jika Anda ingin diantarkan ke lokasi wisata alternatif di Kota Pangkalpinang tersebut.