Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Distro Bereh, Produksi Kaus Bergambar Ikon Aceh, Cocok Sebagai Oleh-oleh dari Bumi Rencong

Ada juga kaus unik yang mengusung ikon Aceh seperti Masjid Raya Baiturrahman dan potret pahlawan Aceh dalam sentuhan pop art.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Distro Bereh, Produksi Kaus Bergambar Ikon Aceh, Cocok Sebagai Oleh-oleh dari Bumi Rencong
Serambi Indonesia/Nurul Hayati
Kaus unik bergambar Masjid Raya Baiturrahman dan Harian Serambi Indonesia. 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati

TRIBUNNEWS.COM, ACEH – Seorang traveler biasanya tidak melewatkan kesempatan memboyong oleh-oleh khas daerah yang mereka kunjungi.

Terlebih lagi untuk anda penggemar wisata belanja.

kaus distro
Owner Distro Bereh! dalam balutan kaos print berdesain KTP Merah Putih.  (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)

Kaos iconik merupakan salah satu daftar belanjaan yang banyak diburu.

Cerita di balik sepotong kaus tak sesederhana kelihatannya.

Di tangan pebisnis clothing, kaus ibarat kanvas tempat kreativitas tertumpah.

Bagi pemilik usaha, kaus tersebut layaknya iklan berjalan.

Berita Rekomendasi

Tempat mempromosikan daerah atau apa pun yang melekat dan menjadi ciri khas di dalamnya.

Sedangkan bagi si pemakai, ada kebanggaan yang menelusup memakai pakaian dengan brand lokal yang iconik.

Itulah yang ditawarkan Distro Bereh!.

Clothing line yang beralamat di Jalan Rama Setia Desa Lampaseh Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh.

kaus distro
Distro Bereh! beralamat di Jalan Rama Setia Desa Lampaseh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh.  (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)

Kaus-kaus bergambar dan bertulisan unik menjejali rak distro Bereh!.


Siapa sangka kaus itu ternyata buatan lokal, karya para anak muda kreatif.

Sebuah usaha yang dulunya berporos di tanah Jawa, kini sudah merambah Tanah Rencong.

Rupa-rupa kaos iconik

Tribun Travel berkesempatan menyambangi langsung dapur produksi Bereh! pada Selasa (25/8/2015).

Mata saya tertumbuk pada kaus hitam, putih, dan warna lainnya yang menjejali rak distro.

Mendapati kaus unik yang mengusung ikon Aceh seperti Masjid Raya Baiturrahman dan potret pahlawan Aceh dalam sentuhan pop art.

Ada juga yang menggelitik seperti celoteh dalam bahasa lokal dan kaos dengan desain KTP Merah Putih dan yang bertuliskan ‘Nyawa Kedua’.

Mau pilih yang sudah tersedia atau membawa desain sendiri? Semua bisa.

Cukup membayar Rp 75 ribu untuk kaos lengan pendek, Rp 85 ribu untuk kaos lengan panjang, dan Rp 100 ribu untuk kaos dengan dua warna.

Anda sudah bisa menenteng sepotong kaos bercitarasa lokal.

Proses produksi

Tribun Travel berkesempatan mengintip langsung proses produksi yang terbilang sederhana, namun memerlukan kecermatan.

Usaha ini diretas tiga anak muda dengan modal awal hanya sekitar Rp 50 juta.

Printing adalah tahapan penting dalam menyulap kaos polos menjadi rupa-rupa motif unik nan menarik.

Karena tidak menggunakan teknik sablon manual, maka konsumen dimungkinkan memesan sesuai selera, walaupun hanya sepotong kaos.

Konsumen juga bisa membawa desain kreasinya sendiri untuk kemudian di-print.

Voila! Cukup menunggu selama sekitar 10 menit, kaos pesanan dengan desain eksklusif pun siap pakai.

“Awalnya saya hanya menerima orderan kaus sablon dari komunitas dan instansi pemerintah, untuk kemudian saya pesan ke Bandung dalam jumlah banyak. Namun karena keseringan pengadaannya dalam rangka even, jadi waktunya mepet sehingga kami berinisiatif untuk menyediakan jasa sablon kaos,” cerita Khairul (32).

Ia bersama dua orang teman membesarkan distro yang baru berumur setahunan itu dengan membagi tugas masing-masing sebagai desainer, printing, dan admin.

Sementara itu hingga saat ini Bereh! masih mendatangkan bahan baku berupa kaos polos dan tinta tekstil aneka warna dari Bandung dan Jakarta.

Setali tiga uang dengan Khairul, Reza Munawir (29) bersama dua rekan sejawat pada pengujung tahun lalu juga melahirkan distro yang berlabel Hayeu.

Distro yang kini berada satu atap dengan Bereh! ini membidik kawula muda sebagai pangsa pasar.

Reza mengaku menggunakan mesin print modifikasi untuk menyablon pesanan konsumennya.

Proses produksi dimulai dari desain, kemudian di-press, dibubuhi tinta tekstil, di-press kembali, dan terakhir kaos pun siap di-print.

Khusus untuk kaos berwarna gelap, print dilakukan sebanyak dua kali karena terlebih dahulu harus diberi warna dasar yaitu putih di atas motif sablon.
Inilah yang membedakan tarif yang dibanderol.

Brand Hayeu juga membolehkan konsumen membawa kaos sendiri untuk kemudian di-print sesuai selera.

Geliat bisnis clothing line


Clothing di Aceh sudah menunjukkan geliatnya sejak 2008 silam dan mulai marak pada 2012 lalu.

Teuku Ribaldi, owner ‘Clothing Shootseven’ berinisiatif membidani kelahiran komunitas khusus yang diberi nama ‘Aceh Clothing Familia’ yang lahir pada 2013.

Komunitas ini menaungi 20 brand clothing yang tersebar di Banda Aceh, Sabang, Bireuen, Lhokseumawe, dan Langsa.

Komunitas ini mengusung tiga tema besar yaitu culture, sportwear, dan streetwear.

Kehadiran komunitas wirausaha muda sektor ekonomi kreatif ini dinilai cukup prospektif dan mendapat sambutan hangat pasar.

“Kita mengajak anak-anak muda untuk kreatif dan menemukan passion-nya sendiri dalam berkarya. Visi misi kita ingin menghadirkan distro seperti di Bandung di Aceh,” ujar Ribaldi.

Saat ini pihaknya masih tahap memperkenalkan diri dengan rutin menggelar even tahunan dan mendapat dukungan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh.

Perlahan komunitas ini mulai dilirik Event Organizer (EO) yang kemudian mengundang sponsor dalam perhelatan yang mereka gelar.

Mereka mencoba menunjukkan keberadaannya lewat karya nyata.

Nah! Bagaimana dengan anda pelancong? Tertarik menenteng kaos iconik dari dari Tanah Rencong?

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas