Mau Ngintip Monyet Pacaran atau Cari Kutu Temannya? Datang aja Ke Pulau Bakut, Habitat Bekantan
Mau melihat dari dekat monyet-monyet sedang pacaran atau cari kutu pasangannya? Datang saja ke Pulau Bakut, habitat asli Bekantan.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM, BARITOKUALA - Kalimantan Selatan memiliki sebuah pulau tempat habitat asli monyet khas Kalimantan, yaitu bekantan.
Pulau tersebut bernama Bakut.
Pulau ini menjadi bagian dari Kabupaten Baritokuala, Kalimantan Selatan.
Posisi pulau ini di bawah Jembatan Barito, jembatan kebanggaan warga Kalimantan Selatan.
Pulau kecil ini berupa hutan, tanahnya becek dan ditumbuhi berbagai tanaman liar.
Di sinilah para bekantan itu tinggal.
Pulau ini kerap menjadi destinasi wisata bagi para pelancong.
Bekantan, monyet berhidung panjang asli Pulau Bakut di Kalsel (Banjarmasin Post/ Kaspul Anwar)
Daya tariknya adalah kehidupan liar para bekantan itu.
Bekantan tergolong berbeda dari hewan-hewan jenis primata lainnya seperti kera, lutung, orangutan, dan lain-lain.
Hewan yang satu ini memiliki hidung panjang yang berwarna merah.
Bulunya ada yang berwarna coklat muda ada juga yang agak putih.
Bekantan sejak lama menjadi maskot Kalimantan Selatan.
Kini, hewan ini dilindungi sehingga habitatnya tak boleh diganggu.
Namun wisatawan boleh saja melihat langsung hewan ini dengan mengunjungi habitat aslinya.
Hewan-hewan ini biasanya bergelantungan di pepohonan di pulau tersebut.
Mereka lucu-lucu. Saling cari kutu dengan pasangannya atau mesra-mesraan berbagi makanan.
Kadang juga bertengkar rebutan pisang.
Jika cuaca cerah, mereka kerap bertebaran di bawah pohon.
Menuju Pulau Bekantan dengan berperahu (Banjarmasin Post/ Kaspul Anwar)
Namun jika cuaca mendung atau hujan, mereka tak tampak.
Walau begitu, tetap ada saja beberapa ekor yang masih tampak bergelantungan di pohon.
Para wisatawan bisa dengan bebas menyaksikan mereka di pulau ini.
Pulau ini dijadikan daerah konservasi bekantan dan cocok pula bagi wisatawan yang memiliki minat khusus, yaitu menanam untuk turut menjaga kelestarian alam dan fotografi alam liar.
Tiap hari ada saja wisatawan yang berkunjung ke sana.
Mereka tak sekadar melihat aksi gelantungan para bekantan, namun ada juga yang melakukan penanaman pohon.
Di sepanjang perjalanan, wisatawan bakal disuguhi alam khas Kalimantan.
Mendekati Pulau Bakut yang berada di perairan Sungai Barito, akan tampak kapal-kapal tongkang pengangkut batu bara.
Tongkangnya berjalan pelan saja dan berukuran besar.
Seorang warga setempat mengatakan pulau ini dinamai bakut karena di sekitar situ banyak ikan bernama bakut.
"Dulu, banyak warga ke pulau ini hanya untuk menangkapi ikan bakut. Makanya dinamakan Pulau Bakut. Sekarang sudah tidak pernah lagi, tetapi konon ikannya masih ada," sebutnya.
Tanah di pulau ini becek, jika melangkah harus sangat berhati-hati.
Di sini banyak pohon rambai.
Buahnya biasanya kerap menjadi santapan para bekantan ini.
Menuju ke sana bisa menggunakan perahu motor atau kelotok.
Di Banjarmasin ada banyak transportasi sungai seperti kelotok ini yang melayani wisata ke Pulau Bakut.
Anda bisa menemukannya di tepian-tepian sungai seperti di Siring Menara Pandang, dermaga pasar terapung dan di sekitar Jembatan Barito.
Harga yang mereka tawarkan biasanya mahal, yaitu sekitar Rp 400.000, baik sendirian maupun berombongan harganya sama saja.
Bisa juga memakai speed boat dengan tarif Rp 750.000 untuk maksimal lima orang penumpang.
Waktu tempuh sekitar satu jam jika dari Banjarmasin.
Menuju Pulau Bekantan dengan berperahu (Banjarmasin Post/ Kaspul Anwar)
Namun ada juga yang agen-agen travel yang menawarkan tarif lebih murah dan starting point-nya di Jembatan Barito.
Di antaranya adalah Bekantan Ecotour.
Tarif yang ditawarkan ada tiga jenis, yaitu Rp 150.000, Rp 250.000 dan Rp 750.000.
Jika tarifnya Rp 150.000, wisatawan bisa sekalian menanam tanaman mangrove.
"Jika yang Rp 250.000, itu sekalian dengan paket menanam mangrove plus dikasih papan nama di tanamannya," jelas Donny dari Bekantan Ecotour.
Sementara tarif yang senilai Rp 750.000 kendaraannya menggunakan speedboat, bukan kelotok.
"Kalau yang ini mulainya dari Siring Menara Pandang di Banjarmasin. Paket wisatanya selain siring juga ke Pulau Kembang, Pulau Curiak dan Pulau Bakut," katanya.
Selain itu, menggunakan paket wisata apa pun, wisatawan bisa juga sekalian melepas hewan-hewan di pulau ini.
Hewannya seperti kura-kura dan burung.
Untuk ini, dikenai lagi biaya tambahan Rp 150.000 per jenis hewan.
"Maksudnya ini untuk pelestarian lingkungan. Jadi, sekalian berwisata bisa sekaligus ikut serta memelihara alam dan hewan," katanya.
Lumayan banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang tertarik berkunjung ke pulau.
Meski terkadang bekantannya tak menampakkan diri, namun sesekali mereka bisa dilihat di balik rerimbunan pepohonan itu.
Wisatawan bisa memilih hendak dimulai dari mana perjalanannya.
Pihak travelnya juga menyediakan jasa penjemputan pelancong dari hotel tempat mereka menginap ke lokasi mulainya perjalanan sungai.
"Kalau plus penjemputan ini biayanya terserah mereka saja mau kasih berapa," jelasnya.
Ingin menginap di pulau ini juga bisa.
Travel ini menyediakan jasa penyediaan tenda dengan biaya Rp 100.000 per unit untuk dua orang.
Dengan harga sebesar itu, wisatawan sudah bisa mendapatkan coffee break dan camilan.
Jika hendak ditambah makanan berat seperti nasi dan lauk-lauknya, tinggal ditambah biaya Rp 25.000 per orang.
Jika ingin mengetahui lebih banyak tentang wisata ke pulau ini, bisa mengunjungi Siring Menara Pandang di Jalan Kapten Pierre Tendean, Banjarmasin.
Bekantan Ecotour bermarkas di situ.
Bisa juga mengakses informasinya di website www.bekantan.org, e-mail: sahabat_bekantan@yahoo.com dan nomor HP 0811518521 (Donny) dan 087875122007 (Zainal). (Yayu Fathilal)