Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengelola Rumah Makan Menu Babi Ini Berjanji Masakannya Tanpa MSG, Namanya Siobak Bali House

Ingin berwisata kuliner di Bali yang bebas MSG? Rumah makan ini berjanji bebas MSG. Siobak Bali House, namanya. Menu babi, salah satunya.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Pengelola Rumah Makan Menu Babi Ini Berjanji Masakannya Tanpa MSG, Namanya Siobak Bali House
Foto-foto: Tribun Bali/ Ayu Dessy Wulansari
Kuliner di Rumah Makan Siobak Bali House di Denpasar, Bali. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ayu Dessy Wulansari

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Siobak dikenal dengan makanan khas dari daerah Bali Utara, yaitu Buleleng.

Sajian ini sebenarnya merupakan masakan khas Tionghoa yang banyak dijajakan di sudut kota Singaraja dan rasanya disesuaikan dengan lidah orang setempat.

Karena makanan ini populer, saat ini kehadiran siobak banyak dijumpai di kota-kota lain, seperti Denpasar.

Satu di antaranya adalah Siobak Bali House (SBH). Rumah makan ini berada di Jalan Tukad Irawadi No. 18, Denpasar, Bali.

Tempat makan ini mengusung suasana kekeluargaan.

Hal itu karena menjadi satu tempat dengan rumah sang pemilik.

Berita Rekomendasi

Beberapa foto keluarga menghiasi dinding ruangan.


Sate babi di Siobak Bali House.

Kursi dan meja makan pun ditata layaknya ruang tamu maupun ruang makan yang biasa ditemui di rumah.

Menurut pemilik SBH, Ida Bagus Mahayana Wardhana atau yang kerap disapa Gus Mahok, interior dibuat seperti itu agar pengunjung merasa makan di rumahnya sendiri dengan nyaman.

Siobak ala SBH dibuat berbeda dengan siobak khas Singaraja lainnya.

Hidangn ini diracik dengan resep khusus oleh istrinya, Faria Sari Fatmawati.


“Dari bumbu dan cara penyajiannya yang berbeda di sini. Kalau siobak yang lain itu bumbunya agak asin. Kalau siobak SBH kita bikin dengan cara kita sendiri. Maka dari itu kita namakan siobak Bali, bukan siobak Singaraja,” tuturnya.

Siobak SBH menggunakan bumbu tauco yang dibuat mengental dan disiram di atas irisan daging babi.

Umumnya siobak berisi jeroan daging babi, namun siobak ala SBH tidak menggunakan jeroan untuk isiannya.

“Pernah ada yang makan di sini orang dari Singaraja dan beberapa yang pernah nyobain siobak di tempat lain. Dari mereka bilang kalau rasa dan tampilan siobak di sini memang beda,” lanjutnya.

Daging sebelumnya direbus dengan bumbu dan rempah.


Babi kecap di Rumah Makan Siobak Bali House.

Prosesnya bisa memakan waktu sampai dua jam lebih agar bumbu meresap dan daging menjadi empuk.

Setelah itu daging dipanggang sehingga rasanya makin keluar dan nikmat.

“Kita tidak goreng dagingnya karena babi kan sudah mengeluarkan minyak dari lemaknya. Kalau digoreng kan jadinya tambah berminyak. Orang kadang tidak mau. Makanya ada rasa bakar yang bikin beda juga,” tambah sang istri.

Selain itu, siobak dan makanan lain yang ditawarkan di tempat ini tidak menggunakan bumbu penyedap yang mengandung MSG.

Ini juga yang menjadi kelebihan dari SBH dalam menghidangkan masakannya.

Setiap masakan hanya mengandalkan rempah dan bumbu yang diolah menjadi hidangan yang sedap untuk disantap.

Pengunjung yang datang dan mencoba siobak tidak hanya datang dari orang lokal saja.

Banyak wisatawan domestik yang berlibur ke Bali menyempatkan datang untuk menyantap siobak di SBH.

Tak jarang pula ada yang memesan khusus untuk dibawa dan dijadikan oleh-oleh.

SBH juga mengakomodir katering maupun gathering.

Menu masakan yang bisa dipesan tidak hanya fokus ke siobak saja.

Gus Mahok, menambahkan, pihaknya menerima jika ada orderan hidangan dari seafood atau lainnya. Dengan kapasitas hingga 40 orang, SBH buka setiap hari dari pukul 11.00-22.00 Wita.

Manis dan Gurih Sate Babi

Selain siobak, SBH memiliki menu andalan lainnya, seperti sate babi.

Satu porsi sate babi berisi enam tusuk. Potongan dagingnya lumayan besar.

Untuk harga yang dipatok yakni Rp 15 ribu per porsi.


Kuliner di Rumah Makan Siobak Bali House.

Menu ini tidak disajikan bersama saus karena bumbu sudah meresap ke dalam daging.

Tekstur daging sate terasa empuk sehingga tidak alot saat dikunyah.

Rasanya lebih dominan manis dan gurih.

Yang membuat tambah nikmat adalah sambalnya yang digunakan sebagai pedamping.

“Semua bahan yang digunakan sebagai bumbu dibuat sendiri. Pemilihan daging juga kita pilh sendiri. Di sini kita benar-benar jaga kebersihan dan kualitas masakannya,” ungkap Gus Mahok.

Menu lainnya yang bisa dicoba adalah babi kecap.

Ada aroma khas yang tercium dari sajian satu ini.

Hal itu karena satu di antara rempah yang digunakan, yaitu bunga lawang atau yang biasa dikenal dengan sebutan pekak.

Pekak banyak digunakan di dalam masakan negara-negara Asia.

Pekak dijadikan rempah penyedap rasa untuk makanan, sama seperti kulit kayu manis dan bunga cengkeh.

Harum khas dari pekak dan rasa manis dari kecap membuat hidangan ini terasa istimewa.

“Kita juga punya menu paket. Setiap paket sudah termasuk nasi putih dan sup,” kata Gus Mahok. (*)

Info Harga:

Siobak Bali : Rp 30 ribu

Sate Babi : Rp 15 ribu

Babi Kecap :Rp 30 ribu

Bakso Ayam : Rp 15 ribu

Branebon Babi : Rp 20 ribu

Paket Lengkap

Siobak Bali + Sate Babi : Rp 40 ribu

Sate babi : Rp 25 ribu

Babi Kecap : Rp 25 ribu

Minuman

Teh Hangat : Rp 5 ribu

Es teh : Rp 5 ribu

Es Jeruk : Rp 10 ribu

Jeruk Hangat : Rp 10 ribu

Soft Drink : Rp 5 ribu

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas