Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Biar Namanya WTS, Ini Bukan Warung Remang-remang Tempat 'Begituan,' Inilah Menu Spesialnya

Biar namanya WTS, tapi kedai ini bukanlah warung remang-remang tempat praktik prostitusi. Lantas mengapa dinamai WTS?

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Biar Namanya WTS, Ini Bukan Warung Remang-remang Tempat 'Begituan,' Inilah Menu Spesialnya
Tribun Lampung/ Heru Prasetyo
Lapak WTS yang berada di seberang Kampus Darmajaya, Bandar Lampung. WTS ini adalah singkatan dari Warung Tenda Sambal . 

Lapak WTS sendiri berdiri di Jl Zainal Abidin Pagaralam, Labuhan Ratu, Bandar Lampung. Ia menempati dua buah blok ruko yang berada tepat di seberang kampus Darmajaya.

Bagi anda yang sekedar lewat di jalan ini, WTS akan terlihat mencolok diantara ruko lainnya karena sang empu menyulap ruko menjadi sebuah lesehan dengan sejumlah meja makan.

Anas sang pemilik WTS menuturkan usaha yang ia kelola sejak lima tahun silam, sejatinya bukan berada di ruko yang ditempati saat ini.


Pecel lele khas WTS

Nama WTS yang digunakan sendiri merupakan nama dagang yang merujuk usaha miliknya yang kala dimulai masih menggunakan tenda bongkar pasang di pinggir jalan.

"WTS itu kan Warung Tenda Sambal, itu kita pakai karena awalnya kita memang nenda gitu lima meter dari lokasi sekarang, sebelah itu. Tapi karena pelanggan sudah banyak, akhirnya kita make ruko biar lebih nyaman. Alhamdulillah," tutur Anas pada Tribunlampung.co.id.

Meski begitu, sempat ada salah paham sang pemilik lapak dengan aparat pemerintah setempat terkait penggunaan WTS.

Anas menuturkan kala itu pernah didatangi aparat polisi berseragam lengkap, yang mencurigai bahwa warung miliknya menawarkan kenikmatan malam alias wanita tuna susila.

Berita Rekomendasi

"Sayangnya polisi harus kecewa, setelah diperiksa, warung ini memang hanya menawarkan menu pengisi perut saja," jelas dia.

Menu yang disajikan di WTS pun mempunyai kualitas rasa yang nikmat namun bersahabat di kantong.

Anas mengatakan, di tempatnya ada sejumlah menu yang ditawarkan kepada konsumen seperti olahan lele, ayam, bebek dan iga yang disajikan dengan dibakar atau digoreng. Plus tambahan menu baru yaitu steak ala WTS.


Pecel ayam goreng di lapak WTS, Lampung.

"Menu seperti ayam dan lele selalu cepat habis. Dalam sehari saya menghabiskan kira-kira 200 porsi untuk ayam bakar saja, dan 80-an porsi untuk iga bakar," katanya. "Harga untuk seporsi ayam bakar dengan nasi Rp 13.000 dan iga bakar dibanderol Rp 18.000," ujarnya.

Untuk rasa, sajian ayam, lele dan steak ala WTS bisa dikatakan cukup oke jika dinikmati saat lapar mendera.

Terlebih sajian nasi hangat yang mengepul yang dipadukan dengan sambal cocol super pedas.

Oiya untuk sambal, WTS menggunakan sambal masak dimana cabai yang digunakan telah digoreng terlebih dahulu.

Sementara untu sajian menu barat yang disajikan Ans di WTS terbilang tidak mengecewakan.

Steak jalanan yang ditawarkan tidak kalah dengan steak ala restoran.

Apalagi bumbu barbekyu yang digunakan cukup kaya rempah, sehingga citarasa tradisional tetap melekat di sajian yang kental budaya barat ini.

Sumber: Tribun Lampung
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas