Biar Namanya WTS, Ini Bukan Warung Remang-remang Tempat 'Begituan,' Inilah Menu Spesialnya
Biar namanya WTS, tapi kedai ini bukanlah warung remang-remang tempat praktik prostitusi. Lantas mengapa dinamai WTS?
Editor: Agung Budi Santoso
![Biar Namanya WTS, Ini Bukan Warung Remang-remang Tempat 'Begituan,' Inilah Menu Spesialnya](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/warung-wts-lampung_20150904_185114.jpg)
Laporan Reporter Tribun Lampung Heru Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Kuliner apa yang kerap ditemui saat malam menjelang di kota anda?
Apakah pecel lele, pecel ayam, nasi uduk, ketoprak, sate, atau bubur ayam?
Namun dari beberapa kuliner tadi pecel lele dan pecel ayam rasanya menjadi dua kuliner malam yang paling banyak ditemui di sejumlah daerah di Indonesia.
Jika benar begitu adanya, artinya hal tersebut juga terjadi di Lampung, tepatnya Kota Bandar Lampung.
Sebab jika anda berada di kota ini, pecel lele dan pecel ayam dapat dengan mudah ditemukan.
Salah satunya adalah yang disediakan oleh WTS.
![](http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/warung-wts-lampung_20150904_185454.jpg)
Sajian steak bersiram kuah barbeque ala Warung Tenda Sambal (WTS).
WTS. Yah, itulah nama dari lapak yang menyediakan sajian menu tadi.
WTS di sini bukan merupakan singkatan dari wanita tuna susila yang memiliki konotasi negatif.
Singkatan itu sendiri memiliki arti Warung Tenda Sambal.
Yah, warung ini adalah satu dari sekian banyak penjaja pecel lele pecel ayam yang cukup digemari warga Bandar Lampung.
Khususnya adalah mereka dari kalangan mahasiswa dengan kantong terbatas.
Harga yang relatif miring dan rasa yang cukup menggugah nafsu makan adalah paduan pas yang membuat WTS mendapat tempat di hati penggemarnya.
Lapak WTS sendiri berdiri di Jl Zainal Abidin Pagaralam, Labuhan Ratu, Bandar Lampung. Ia menempati dua buah blok ruko yang berada tepat di seberang kampus Darmajaya.
Bagi anda yang sekedar lewat di jalan ini, WTS akan terlihat mencolok diantara ruko lainnya karena sang empu menyulap ruko menjadi sebuah lesehan dengan sejumlah meja makan.
Anas sang pemilik WTS menuturkan usaha yang ia kelola sejak lima tahun silam, sejatinya bukan berada di ruko yang ditempati saat ini.
![](http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/warung-wts-lampung_20150904_185638.jpg)
Pecel lele khas WTS
Nama WTS yang digunakan sendiri merupakan nama dagang yang merujuk usaha miliknya yang kala dimulai masih menggunakan tenda bongkar pasang di pinggir jalan.
"WTS itu kan Warung Tenda Sambal, itu kita pakai karena awalnya kita memang nenda gitu lima meter dari lokasi sekarang, sebelah itu. Tapi karena pelanggan sudah banyak, akhirnya kita make ruko biar lebih nyaman. Alhamdulillah," tutur Anas pada Tribunlampung.co.id.
Meski begitu, sempat ada salah paham sang pemilik lapak dengan aparat pemerintah setempat terkait penggunaan WTS.
Anas menuturkan kala itu pernah didatangi aparat polisi berseragam lengkap, yang mencurigai bahwa warung miliknya menawarkan kenikmatan malam alias wanita tuna susila.
"Sayangnya polisi harus kecewa, setelah diperiksa, warung ini memang hanya menawarkan menu pengisi perut saja," jelas dia.
Menu yang disajikan di WTS pun mempunyai kualitas rasa yang nikmat namun bersahabat di kantong.
Anas mengatakan, di tempatnya ada sejumlah menu yang ditawarkan kepada konsumen seperti olahan lele, ayam, bebek dan iga yang disajikan dengan dibakar atau digoreng. Plus tambahan menu baru yaitu steak ala WTS.
![](http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/warung-wts-lampung_20150904_185747.jpg)
Pecel ayam goreng di lapak WTS, Lampung.
"Menu seperti ayam dan lele selalu cepat habis. Dalam sehari saya menghabiskan kira-kira 200 porsi untuk ayam bakar saja, dan 80-an porsi untuk iga bakar," katanya. "Harga untuk seporsi ayam bakar dengan nasi Rp 13.000 dan iga bakar dibanderol Rp 18.000," ujarnya.
Untuk rasa, sajian ayam, lele dan steak ala WTS bisa dikatakan cukup oke jika dinikmati saat lapar mendera.
Terlebih sajian nasi hangat yang mengepul yang dipadukan dengan sambal cocol super pedas.
Oiya untuk sambal, WTS menggunakan sambal masak dimana cabai yang digunakan telah digoreng terlebih dahulu.
Sementara untu sajian menu barat yang disajikan Ans di WTS terbilang tidak mengecewakan.
Steak jalanan yang ditawarkan tidak kalah dengan steak ala restoran.
Apalagi bumbu barbekyu yang digunakan cukup kaya rempah, sehingga citarasa tradisional tetap melekat di sajian yang kental budaya barat ini.