Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Bentuk Tiket Masuk Istana Buckingham Inggris dan Imbalan Diterima Atas Tarif Masuk yang Mahal

Inilah bentuk tiket masuk Istana Buckingham Inggris dan imbalan yang diterima pengunjung atas mahalnya tarif masuk sebesar 20,5 pounds (Rp 450 ribu).

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Ini Bentuk Tiket Masuk Istana Buckingham Inggris dan Imbalan Diterima Atas Tarif Masuk yang Mahal
Kompas/ Didit Putra Erlangga Rahardjo
Bentuk tiket masuk Istana Buckingham di Inggris. Tarif masuk 20,50 poundsterling (Rp 450 ribu). Cukup mahal! 

TRIBUNNEWS.COM - Tidak ada yang menyangka bahwa Wisma Buckingham yang dibeli oleh Raja George III tahun 1761 akan menjelma menjadi Istana Buckingham.

Dengan campur tangan seorang arsitek bernama John Nash, wisma itu dipugar menjadi istana megah dengan 775 ruangan sebagai tempat tinggal sekaligus tempat berkantor para bangsawan Inggris.

Istana Buckingham menjadi tempat bagi Ratu Elizabeth II yang naik takhta sejak tahun 1952 untuk menerima tamu atau menggelar upacara kebangsawanan. Apa yang dilakukan keluarga bangsawan selalu menyedot perhatian rakyat Inggris untuk datang melihat.

Tidak mengherankan jika kesempatan untuk berwisata dengan mengunjungi Istana Buckingham tidak pernah disia-siakan.

Peluang yang muncul terjadi setiap musim panas atau sekitar bulan Juli-September, umumnya saat itu ratu sedang tidak ada di istana.

Tiket masuknya terbilang mahal, yakni 20,5 poundsterling per orang, setara dengan Rp 450.000 jika dikonversi dengan mata uang rupiah.


Keramaian wisatawan keluar masuk Istana Buckingham di Inggris. Tarif masuk 20,50 poundsterling (Rp 450 ribu).

Tingginya animo masyarakat membuat tiket masuk cepat habis. Karena itu, tiket harus dipesan melalui dalam jaringan (daring). Kabar baiknya, tiket tersebut bisa digunakan kembali dalam waktu satu tahun.

Berita Rekomendasi

Saya berkesempatan memiliki tiket tersebut sewaktu berada di London akhir Agustus ini.

Bersama rombongan wartawan yang sebelumnya hadir dalam acara Nissan GT Academy, kami berkunjung ke kediaman Ratu Inggris ini.

Panduan suara

Begitu melintasi pagar batu yang memisahkan kompleks Istana Buckingham dengan jalanan kota London, kami langsung berhadapan dengan antrean wisatawan yang berbaris masuk.

Secara perlahan mereka maju menuju tempat pemeriksaan keamanan seperti umumnya didapati di bandara.

Tas masuk lewat mesin pemindai, begitu pula pemeriksaan badan untuk mengecek jika ada bahan logam yang melekat di tubuh pengunjung.

Yang paling menjengkelkan adalah larangan untuk mengeluarkan kamera ataupun ponsel di dalam istana.

Setiap orang akan dipinjami pemandu elektronik berupa perangkat genggam lengkap dengan penyuara di telinga.

Perangkat tersebut akan memaparkan informasi dalam berbagai bahasa secara audio ataupun gambar beserta video di layar. Menu yang ditampilkan di layar adalah nama ruang-ruang yang dilalui pengunjung.

Cara kerjanya, begitu pengunjung memasuki ruangan tertentu, mereka bisa mengaktifkan rekaman suara dan mendengarkan penjelasan dari narator mengenai sejarah dan informasi menarik dari ruang tersebut.

Tidak ketinggalan beberapa informasi pendukung dari karya seni yang dipajang, termasuk kisah di balik beberapa barang yang dipamerkan.

Detail

Pengunjung wisata Istana Buckingham hanya memiliki satu rute untuk berjalan, dimulai dari ruang depan, tangga besar, lorong berisi koleksi karya seni, ruang pertemuan, hingga berakhir di halaman belakang.

Setiap memasuki ruangan baru, mereka tinggal membuka menu dan memilih informasi mengenai ruang tersebut.


Istana Buckingham di London, Inggris.
Terdapat pembatas yang memisahkan pengunjung dengan beberapa pajangan, seperti patung, vas, dan lukisan.

Detail yang ada di dinding dan bersebelahan dengan rute jalan pengunjung dilapisi oleh akrilik untuk menghindari kerusakan pada perabot yang kebanyakan disepuh dengan emas.

Koleksi yang ditampilkan adalah barang-barang yang dipergunakan secara langsung oleh Ratu Elizabeth II ataupun pendahulunya. Tidak jarang dipajang foto yang menampilkan aktivitasnya di ruangan tersebut sewaktu menjalankan tugas kenegaraan.

Setiap ruangan memiliki tema yang berbeda, termasuk fungsinya di masa lalu dan dibandingkan dengan masa kini.

Menyimak penjelasan dari pemandu elektronik, pengunjung akan mendapatkan informasi sekaligus alasan untuk menyimak sebagian detail ruangan yang disebut seperti ukiran di langit-langit, pemilihan warna ruang, hingga isi lukisan yang dipajang.

Saat itulah baru disadari bahwa larangan untuk mengoperasikan kamera dan ponsel di dalam istana membawa berkah.

Semua pengunjung larut mendengarkan pemaparan pemandu elektronik sambil sesekali menyapu pandangan ke detail ruangan.

Tidak ada pengunjung yang sibuk mengambil gambar dengan kamera, apalagi sibuk berfoto diri (selfie) karena akan langsung ditegur oleh petugas yang tersebar di setiap ruangan.

Semua hening menikmati detail dari setiap ruangan di dalam istana.


Pangeran Charles dan istrinya, Camilla Parker Bowles.

Perjalanan berakhir begitu pengunjung keluar dan mendapati halaman rumput yang luas.

Di sana larangan membawa kamera dan ponsel sudah tidak berlaku sehingga menjadi tempat bagi wisatawan untuk mengabadikan kunjungan mereka.

Mengikuti jalan setapak menuju pintu keluar, masih ada tenda berisi suvenir yang terkait dengan identitas Istana Buckingham, mulai gantungan kunci, magnet kulkas, buku, baju, hingga perhiasan. Ini adalah kesempatan terakhir bagi wisatawan untuk membawa pulang buah tangan.

Ujung dari jalan setapak yang mengitari halaman belakang istana ini adalah meja dengan staf yang membubuhkan stempel di belakang tiket masuk.

”Tiket ini bisa Anda gunakan kembali hingga setahun ke depan,” ujarnya.

Terselip harapan di dalam hati sewaktu mengamati stempel tersebut, semoga bisa datang kembali. (DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO)

Sumber: KOMPAS
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas