Sompil, Kuliner Sederhana dari Gunungkidul yang Nyaris Hilang Tergerus Zaman
Di Kabupaten Gunungkidul terdapat sebuah kuliner yang hampir ditelan zaman. Anda pun rasa-rasanya belum pernah mendengar nama makanan ini.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNNEWS.COM, GUNUNGKIDUL - Daerah Gunungkidul selama ini dikenal dengan potensi wisata alamnya yang indah.
Selain itu, Kabupaten yang sebagian besar wilayahnya berupa perbukitan karst tersebut juga memiliki beragam kuliner yang unik.
Sompil yang disiram sayur tempe pedas. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)
Di Kecamatan Patuk, tepatnya di Dusun Ngasemayu, Desa Salam, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul terdapat sebuah kuliner yang hampir ditelan zaman.
Kuliner ini bernama Sompil.
Adalah Supadmijah, perempuan berusia 56 tahun yang setiap harinya berjualan Sompil.
Perempuan yang akrab disapa Bu Padmi tersebut setiap harinya berjualan Sompil di rumahnya yang berada di tepi jalan raya Jogja-Wonosari.
Tidak seperti kebanyakan warung makan, Bu Padmi hanya menggunakan rumah pribadinya tanpa diubah menyerupai warung untuk menyambut pelanggannya.
Bu Padmi menunjukkan sompil buatannya. (Tribun Jogja/Hamim)
Hanya plakat sederhana bertuliskan Warung Sompil Khas Patuk Bu Padmi, yang menunjukan bahwa rumah tersebut menjual Sompil.
Sompil adalah kuliner semacam lontong yang disajikan bersama sayur tempe berkuah santan dengan rasa yang pedas.
Cara membuat sompil berbeda dengan lontong kebanyakan.
Selongsong sompil dari daun pisang yang berbentuk mengerucut.
Karena bentuknya tersebut, panganan ini dinamakan sompil.
"Masyarakat jawa mengenal sompil adalah semacam keong yang memiliki cangkang mengerucut. Mungkin karena hak tersebut makanan ini dinamakan sompil," ujar Bu Padmi.
Warung Sompil Bu Padmi. (Tribun Jogja/Hamim)
Meski terlihar sederhana, tetapi Sompil memiliki rasa yang lezat.
Cirikhas sompil adalah teksturnya yang sangat lembut berbeda dengan kebanyakan lontong lainya.
Lembutnya sompil semakin nikmat disantap bersama gurih pedasnya sayur tempe.
Dikatakan Bu Padmi, untuk menghasilkan sompil yang lembut perlu waktu hingga empat jam untuk memasaknya.
"Untuk membuat sompil, pertama kali yang dilakukan adalah mencuci beras, kemudian ditirskan. Setelah itu beras dimasukan ke kulit sompil yang telah dibentuk mengerucut. Kemudian baru direbus selama empat jam," ujarnya.
Selain disajikan bersama sayur tempe, ada juga lauk berupa tempe dan tahu bacem.
Jika Anda ingin lauk lainya seperti opor ayam, Anda harus pesan terlebih dahulu sebelumnya.
Saat ini Bu Padmi adalah generasi keempat yang berjualan Sompil.
Ia meneruskan warisan nenek buyutnya yang kali pertama mengawali jualan sompil.
Perempuan ini sempat berhenti beberapa kali berjualan Sompil
Ia mulai berjualan pada 1990, namun, usaha itu hanya bertahan hingga 1993.
Pada 2003, Padmi mencoba berjualan lagi hingga 2006.
“Saya orang gampang merasa bosenan, jadi saya sempat berhenti lagi berjulan," ujarnya.
Kemudian pada tahun 2013, dia mulai lagi berjualan Sompil. Padmi mengaku didorong untuk membuat sompil kembali karena makanan khas itu memiliki daya tarik dan harus dilestarikan.
Apalagi setelah mendapat dorongan dari pemerintah Kecamatan Patuk.
“Alhamdulillah, penggemarnya banyak. Biasanya rombongan yang datang atau dipesan untuk rapat,” ujar dia.
Untuk satu porsi Sompil dengan lauk tempe dan tahu bacem, beserta teh gula batu, dapat anda nikmati cukup dengan membayar Rp. 10 ribu. Setiap harinya Bu Padmi mulai melayani pembeli mulai dari pukul 07.00 pagi.
Karena keinginan dari Bu Padmi untuk mempertahankan kuliner tradisional ini, dari awalnya hanya dia yang berjualan Sompil, saat ini telah ada beberapa orang yang juga menjual Sompil.(*)