Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Geli-geli Sedap Melihat Orang Perancis Menyantap Tiram Mentah Hanya Dibumbui Perasan Lemon

Tiram mentah segar yang baru saja ditangkap itu langsung disantap, hanya dengan bumbu perasan jeruk lemon. Berani coba? Geli-geli?

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Geli-geli Sedap Melihat Orang Perancis Menyantap Tiram Mentah Hanya Dibumbui Perasan Lemon
Kompasiana/ ACJP Cahayawati
Tiram-tiram mentah yang baru saja ditangkap nelayan di Bretonia, Perancis, segera disantap, hanya berbumbu perasan jeruk lemon. 

TRIBUNNEWS.COM - Memasak tumis kangkung dengan saus tiram tentu tidak lagi diragukan rasanya bukan, lebih gurih dan enak.

Saya pribadi malah tidak hanya tumis kangkung, hampir semua tumis saya bumbui dengan saus tiram. Dapur saya tidak akan terasa lengkap, bila tidak ada saus tiram di lemari es.

Saus tiram pendek kata tidak asing, namun, makan tiram segar baru pertama kali saya lakukan, di kota atau mungkin lebih tepat disebut kampung Cancale, daerah Bretonia, Perancis karena penduduknya saja hanya 5000-an orang.

Kampung nelayan Cancale, yang terletak di daerah Bretonia ini, letaknya di pinggir laut Atlantik.

Walaupun kampung nelayan ini, seperti tidak berlari dengan waktu karena bangunannya tampak tua tapi memiliki infrastruktur kota yang baik. Tempat parkir untuk turis, jalan dan marka jalan yang jelas, toilet umum, restoran-restoran dan cafe tidak kalah dengan restoran dan cafe di kota besar seperti Paris.


Tiram-tiram mentah yang baru saja ditangkap nelayan di Bretonia, Perancis, segera disantap, hanya berbumbu perasan jeruk lemon.

Tidak sulit untuk mencari tempat budidaya tiram ini, karena memang kampung kecil dan para turis semua mengarah ke satu tempat itu. Dari jauh sudah terlihat tenda putih biru, di mana pasar tiram segar. Beragam jenis tiram dijual mulai dari yang seharga 4,5 Euro sepiring sampai 5,8 Euro.

Makannya pun langsung di sebelah pasar, di atas tangga-tangga dekat budidaya tiramnya. Jadi sambil makan bisa langsung melihat kegiatan para pembudidaya tiram, yang hilir mudik dengan traktornya di pantai.

BERITA TERKAIT

Awalnya cukup geli juga melihat tiram segar yang hanya dibumbui perasan jeruk lemon. Untuk memakannya pun saya butuh ancang-ancang waktu yang ...ehm... cukup panjang.

Kerang berukuran panjang 15-20 cm ini, sebetulnya sudah terbuka jadi seharusnya tinggal makan... slup... lalu masuk ke mulut. Hanya saja, kulit luarnya, yang lebih mirip batu dari pada kerang dan tampilan tiramnya masih segar alami tanpa melalui penggorengan, membuat saya mengulur waktu.

Dari bau, tidak ada bedanya dengan udara yang saya hirup di situ, bau laut. Dari bentuk, mirip apa ya ... gumpalan berlendir. Tapi saya sudah bertekad untuk mencobanya, apalagi budidaya tiram ini berada langsung di depan mata.

Demikian juga, turis-turis di sebelah saya, semua memegang piring dengan tiram segar di atasnya. Akhirnya, setelah perasan jeruk lemon saya tambahkan, satu dua tiga ... tiram segar saya sendok dan masukkan ke mulut ... glek ... tiram segar dengan cepat karena memang licin menggelontor begitu saja di mulut. Tidak ada rasanya sih, asin saja yang dominan.

Sambil memasukkan tiram selanjutnya, saya berpikir inikah makanan kesukaan Raja Louis ke XIV dan Napoleon?? Konon, dari sejarahnya Napoleon bahkan mendatangkan 2 kali seminggu tiram dari Bretonia ini.

Budidaya tiram ini sangat terkenal terutama tiram dari Cancale. Bahkan tiram sudah menjadi komoditi utama Cancale sejak Abad Pertengahan.

Bretonia memang sangat cocok untuk budidaya tiram karena pasang surut di Bretonia sangat dalam.

Pasang bisa sampai 10 km ke dalam daratan dan saat surut bisa sampai 6 km. Budidaya tiram yang dilakukan di pinggir pantai pelabuhan Le Houle ini, saat siang hari kami kunjungi bisa jelas terlihat karena laut sedang surut.

Jaring-jaring berisi potongan bata dan genteng terlihat sedang diangkuti kendaraan-kendaraan yang ditarik traktor besar.

Terlihat dari jauh jaring-jaring itu kemudian ditumpuk dan ditata di pantai yang sedang surut dengan rapi, berkotak-kotak. Katanya, tiram-tiram ini suka menempel di bata dan genteng.

Cukup ngeri melihat traktor-traktor ini berjalan sampai jauh ke tengah laut, laut Atlantik lho .... Saya khawatir tiba-tiba traktor-traktor ini tenggelam. Tapi saya salah kira, karena para pembudaya tiram ini handal, berpengalaman dan tahu apa yang mereka kerjakan.

Tiram-tiram ini bisa dinikmati sepanjang Bretonia dan Normandi, Fruits de Mer, salah satu menu andalan restoran-restoran di sana terlihat selalu ditampilkan dalam kartu menu di semua restoran yang kami lewati.

Menurut para ahli, tiram segar ini memang rendah kalori dan tinggi kandungan nutrisinya.

Sebagai orang Indonesia yang suka masak dengan saus tiram, saya penasaran dengan budidaya tiram di Indonesia, dari laporan di halamannya FAO, budidaya tiram di Indonesia belum pantas disebut sea farming seperti di Bretonia, karena tiram yang didapat hanya cukup dikonsumsi sendiri dan untuk sea farming masih dalam tingkat uji coba. Penelitiannya pun baru dimulai awal tahun 1980 hasil kolaborasi dengan JICA. Dari laman itu bahkan hasilnya hanya didata sampai tahun 1985 saja. Sayang sekali, ya ..

Dari penelitian potensi untuk budidaya tiram di Indonesia sampai 7500 hektar. Beberapa kendala yang ada dalam pengembangan budidaya tiram di Indonesia menurut FAO karena pendangkalan, penyakit dan kesulitan mengoleksi tiram.

Bila saya lihat di Cancale ini, bagaimana budidaya tiram bisa menarik turis dan sekaligus menjadi komoditi dagang utama kotanya, kenapa budidaya tiram di Indonesia tidak bisa maju?? Bukankah kita sangat suka saus tiram??

Semoga saja, nelayan-nelayan kita tertarik dan mendapatkan kemungkin-kemungkinan untuk lebih mendalami ini. Semoga. (ACJP Cahayawati/ Kompasiana.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas