Mari Mengendus Warisan Budaya Tiongkok Serta Peranakannya di Jakarta
Inilah jejak-jejak warisan budaya Tiongkok (China) dan peranakannya di seantero Jakarta.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Agung Budi Santoso
Namun demikian lebih dominan dari mereka mencari nafkah melalui usahanya di pertokoan.
Tutur kata sehari-hari menggunakan dialek Tangerang dan sedikit yang masih berbicaea bahasa Tiongkok.
Sisa-sisa warisan budaya Tiongkok di Jakarta.
Budaya peranakan masih dapat ditemukan pada pesta pernikahan, musik, tari, dan makanan di mana orang Tiongkok dan pribumi saling menyerap budaya satu sama lain.
Masuknya Tiongkok ke Indonesia mulai serius pada abad ke-17 yang ditandai dengan datangnya pedagang-pedagang Hindia Belanda ke Indonesia untuk berdagang.
Meskipun dibutuhkan oleh Belanda, warga Tiongkok dan pribumi dialokasikan ke area teluk di luar tembok dan pintu-pintu masuk Batavia yang ketika itu pusatnya VOC.
Gelombang migrasi Tiongkok kali terakhir terletak di area Pintu Besar dekat dengan sungai Ciliwung yang sekarang dikenal Glodok.
Wilayahnya mencakup Pancoran hingga ke Jalan Gunung Sahari yang ramai dihuni etnis Tiongkok.
Sisa-sisa Peninggalan Bangunan
Masih ada sejumlah bangunan Tiongkok yang terawat hingga saat ini di antaranya Toko Merah di Kali Besar Barat yang sangat jelas aksennya.
Lalu jika melintas di Jalan Gajah Mada terdapat Gedung Candranaya yang baru dipugar.
Anda pun bisa menjumpai restoran-restoran yang menjual masakan Tiongkok seperti bebek panggang, pangsit goreng, dan bakso.
Ada juga warung kopi khas Tiongkok seperti Kopi Tiam atau warung es Tak Kie yang cara penyajian masih tradisional.