Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tak Punya Pangkalan dan Aplikasi, Pengojek Sepeda Ini Tetap Berjuang Tawarkan Jasa di Kota Tua

Ojek ontel awalnya hanya ada di Tanjung Priok. Jasa ini dulu sering digunakan untuk mengangkat barang di pelabuhan.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Tak Punya Pangkalan dan Aplikasi, Pengojek Sepeda Ini Tetap Berjuang Tawarkan Jasa di Kota Tua
Kompas.com/Jonathan Adrian
Tiga pengojek sepeda ontel menunggu calon penumpang keluar dari Stasiun Jakarta Kota, Jumat (11/9/2015). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika naik KRL Commuter Line, dan turun di Stasiun Jakarta Kota, akan ada banyak ojek yang menawarkan jasanya di luar.

Di antara jajaran ojek motor tersebut akan tampak satu-dua buah sepeda ontel.

Sepeda-sepeda ontel ini ternyata menawarkan jasa yang sama: ojek.

ojek sepeda
Ojek sepeda ontel di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. (Nadia Zahra/Kompas.com)

Ojek ontel tak memiliki pangkalan tersendiri.

Agak sulit menemukan kerumunan sepeda ontel di satu lokasi.

Biasanya sepeda-sepeda ini tersebar di sekitaran Jakarta Utara dan Barat. Wilayah seperti Tanjung Priok, Kota Tua, dan wilayah-wilayah musium di Jakarta Barat dan Utara menjadi tempat beroperasi.

Jika ingin mencoba, cukup datangi saja sepeda ontel terdekat, mereka pasti menawarkan ojek ontel.

BERITA REKOMENDASI

Saat KompasTravel menaiki ojek ontel, terasa berbeda.

Kursi gonceng di belakang nyaman dan empuk, tidak membuat pegal.

Sementara kecepatan sepeda yang pelan dibanding motor membuat perjalanan lebih santai dan nyaman, tidak begitu bergetar atau goyang karena rem mendadak.

Heri adalah salah satu pengojek ontel. Ia sudah menjalani pekerjaan ini selama empat tahun.

 kota tua
Museum Fatahillah, salah satu destinasi favorit di kawasan Wisata Kota Tua Jakarta. Lokasinya amat dekat Stasiun Kota. Cukup jalan kaki. (Tribunnews.com/ Valdy Arief)

Satu tahun belakangan Heri tinggal di WC Umum Kalibesar.


Dalam sehari ia bisa mengantar hingga 10 orang.

Wisatawan mancanegara paling suka mengunakan jasanya. Rata-rata harga yang ia tawarkan pada pengunjung hanya Rp 10.000.

"Sehari biasa 10 orang (penumpang) mas, kadang lebih kadang kurang," katanya saat berbincang dengan KompasTravel di perjalanan menuju Museum Kebaharian Jakarta, Jumat (11/9/2015).

Ojek ontel awalnya hanya ada di Tanjung Priok. Jasa ini dulu sering digunakan untuk mengangkat barang di pelabuhan.

Seiring waktu peran ojek ontel mulai bergeser sebagai pilihan wisata.

Turis mancanegara banyak yang tertarik menaikinya. Kini jangkauan ojek ontel sudah meluas.

Meskipun, unit paling banyak terdapat di wilayah Kota Tua.

Seorang pengojek ontel lainnya mengaku memiliki motor namun tetap menggunakan sepeda untuk 'ngojek'.

Alasannya ojek ontel lebih diminati wisatawan.

"Bule kadang naik cuma dari pelabuhan sampai jembatan penyeberangan terdekat, bayar 10 ribu," terangnya.

Para pengojek ontel ini membeli sepeda di Pasar Baru. Biasanya mereka membeli sepeda bekas. Jika pulang kampung sepeda-sepeda ini akan dititipkan di gudang Museum Fatahillah, Jakarta Barat. "Seminggu biasanya bayar 30 ribu untuk penitipan mas," tutup Heri. (Jonathan Adrian)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas