Petilasan Ki Ageng Mangir di Wonoboyo, Bantul, Semerbak Misteri Keturunan Raja Brawijaya
Petilasan Ki Ageng Mangir di Bantul ini sering mengundang perhatian orang karena misterius.
Editor: Agung Budi Santoso
![Petilasan Ki Ageng Mangir di Wonoboyo, Bantul, Semerbak Misteri Keturunan Raja Brawijaya](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/situs-petilasan-ki-ageng-mangir-wonoboyo_20150913_094810.jpg)
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Di daerah pinggiran sungai Progo yang ada di Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, terdapat sebuah dusun yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Yogyakarta.
Adalah Mangir, sebuah dusun yang diyakini menjadi desa tertua di Kabupaten Bantul.
Berada jauh dari hingar bingar kota Yogyakarta, ketika masuk ke dusun ini anda akan mendapati sebuah perkampungan khas Jawa.
Di mana lingkungan tempat tinggal masih rimbun ditumbuhi aneka pepohonan, sehingga terasa sejuk saat berada di Mangir.
Bukan karena sekedar lingkungan yang masih asri, Mangir dikenal masyarakat luas karena di dusun ini dulunya Ki Ageng Mangir, anak turun Raja Brawijaya V, menetap. Banyak cerita yang menyelimuti kebaradaan Ki Ageng Mangir.
Tetapi banyak sejarah yang mencatat bahwa Ki Ageng Mangir, berada di sebuah wilayah merdeka sehingga dia enggan tunduk terhadap kerajaan Mataram Islam dan Pajang.
Sejarah panjang Mangir meninggalkan banyak petilasan bersejarah.
Mulai dari watu gilang yang dipercaya sebagai singgasana Ki Ageng Mangir, hingga terdapat sebuah Langgar berdindingkan ayaman bambu yang berumur lebih dari 200 tahun.
Di tengah bangunan di desa Mangir yang sebagian besar telah permanen, keberadaan Langgar berukuran 4x5 meter ini menarik perhatian siapa saja yang berkunjung ke Mangir.
Subakri (66) juru kunci Langgar mengatakan, bangunan tersebut dibangun oleh Kakeknya, yang dulu merupakan seorang Kaum (pemimpin spiritual di masyarakat Jawa).
"Dulu simbah dan bapak saya seorang kaum. Dulu simbah membangun Langgar ini untuk kegiatan ibadah, seperti salat dan mengajari anak-anak ngaji," ungkap Bakri dengan menggunakan bahasa Jawa.
Petilasan Watu Gilang.
Hingga kini Langgar tersebut masih digunakan untuk ibadah salat lima waktu. Lebih lanjut Bakri menceritakan bangunan dan sebagian material bagunan tersebut masih asli.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.