Sate Kuda di Rawamangun Ini Diklaim Membuat Gairah Seksual yang Redup Kembali Meletup-letup
Dalam berpromosi, sang penjual mengklaim sate kudanya bisa menggenjot lagi gairah seksual yang redup kembali membara!
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Agung Budi Santoso
"Kelihatan toh, saya bakar ndak ada asapnya. Ini bukti lemaknya rendah beda seperti kambing," kata Pak Rehan menerangkan.
Tetapi harus diakui rasa daging kuda tidak segurih daging kambing, atau daging sapi yang kerap menjadi primadona.
Di Jogjakarta warung makan sate kuda sangat mudah dijumpai dan inilah alasan Pak Rehan ingin masyarakat Jakarta juga dapat menyantap sate kuda tanpa harus pergi ke sana.
Rahasia Mengolah Daging Kuda
Pak Rehan membocorkan sedikit soal cara mengolah daging kuda yang sebenarnya relatif mudah ketimbang mengolah daging kambing.
Daging kuda tidak memiliki bau yang prengus sehingga tidak perlu memakan waktu panjang ketika proses merebus.
"Untuk menghasilkan rasa yang gurih intinya tetap pada racikan meliputi bumbu cair kacang tanah, bawang putih, lada, gula merah, dan kecap tanpa garam," ucapnya.
"Saat bumbu-bumbu tersebut siap di dalam baskom lalu harus hati-hati dalam metode mencelupkan tusukan sate," sambung Pak Rehan.
Sate dicelupkan paling tidak sebanyak dua kali ke dalam bumbu selama proses pembakaran berlangsung.
Tak berbeda juga bumbu saat disantap haruslah segar yakni berupa cabai rawit hijau, tomat, bawang merah, dan kecap.
"Tergantung cara buatnya kalau saya waktu pembakaran lebih lama paling tidak 10 menit lebih," imbuhnya.
Daftar menu dan harga di kedai Sate Kuda Pak Rehan.
Dalam sehari Pak Reyhan bisa menghabiskan 150 tusuk sate bahkan mencapai 200 bila ramai pengunjung.
Sementara sop kudanya bisa menghabiskan 15-20 porsi tidak pernah menentu setiap harinya.