Ini Alasan Mengapa Wanita Wajib Bersarung Saat Ziarah Ke Kubah Guru Sekumpul
Ini alasan mengapa ziarah ke Kubah Guru Sekumpul di Kabupaten Banjar, wanita diwajibkan bersarung.
Editor: Agung Budi Santoso
Wisata religi selalu diwarnai dengan peraturan tertentu demi menghormati tempat yang dikunjungi. Seperti saat ziarah ke Kubah Guru Sekumpul di Kabupaten Banjar ini, wanita wajib bersarung. Ini dia alasannya.
TRIBUNNEWS.COM, BANJAR - Kiai Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani merupakan seorang ulama terkenal di Kalimantan Selatan.
Dia merupakan keturunan ke delapan dari ulama kharismatik Kalimantan Selatan tempo dulu, yaitu Syekh Muhammad Arsyad Albanjari atau Datuk Kalampayan.
Dia meninggal dunia pada 2005 silam dan sekarang dikubur di kampung halamannya di Kelurahan Sekumpul, Kecamatan Martapura, Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Sama seperti kakek moyangnya, Syekh Muhammad Arsyad Albanjari, kuburan ulama yang akrab disapa sebagai Guru Sekumpul atau Guru Ijai ini selalu dipadati peziarah tiap harinya.
Dia dimakamkan di Komplek pekuburan milik keluarganya, biasanya disebut Kubah Guru Sekumpul.
Makamnya tak pernah sepi sehingga pengurus makamnya membuka jam kunjungan selama 24 jam.
"Peziarahnya dari berbagai daerah di Kalimantan ini. Banyak terus yang datang," ungkap seorang penjaga parkir di Kubah Guru Sekumpul, Abdel.
Peziarah lelaki dan perempuan dipisahkan tempatnya.
Para peziarah harus mengenakan busana muslim yang sesuai syariat Islam, yaitu longgar, tidak membentuk lekuk tubuh, tidak transparan dan menutup aurat.
Khusus peziarah perempuan diwajibkan memakai busana muslim longgar berupa rok atau gamis.
Jika peziarah perempuan memakai celana, maka harus melapisinya dengan sarung yang disediakan pengurus makam.
Memasuki area makamnya, tercium aroma wangi dari tumpukan kembang barenteng yang memenuhi sekitar makam.
Kembang-kembang itu tampak masih segar.