Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sate Lazimnya Ditusuk Pake Stik Bambu, Yang ini Pakai Jeruji Sepeda, Sate Klathak Namanya

Sate, lazimnya ditusuk pakai stik bambu, tapi Sate Klathak khas Bantul ini ditusuk pakai jeruji sepeda kayuh. Uulalaa!

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Sate Lazimnya Ditusuk Pake Stik Bambu, Yang ini Pakai Jeruji Sepeda, Sate Klathak Namanya
Foto-foto: Tribun Jogja/ Hamim Thohari
Sate Klathak khas Bantul, Yogyakarta. 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Menikmati sisi romantisme Yogyakarta bisa melalui berbagai cara. Salah satunya, bisa sambil menikmati beragam sajian kuliner.

Di Kota pelajar ini terdapat jenis sate yang sangat terkenal dan sangat khas Yogyakarta, yakni sate klatak.

Sate ini banyak dijumpai di daerah Bantul, khususnya di kawasan Jejeran.

Sate klatak adalah masakan sate dengan bahan dasar daging kambing muda yang disajikan bukan dengan tusuk yang terbuat dari bilah bambu seperti lazimnya masakan sate, melainkan dengan tusuk berupa jeruji sepeda kayuh yang terbuat dari batang besi.

Uniknya lagi, bumbu yang digunakan hanya berupa garam saja.

Salah satu tempat yang menjual sate klathak adalah sate Klatak Pak Pong.


Sate Klathak khas Bantul. Dari daging kambing muda. Ditusuk pakai jeruji sepeda kayuh.
Berita Rekomendasi

Tempat warung sate yang berada di Jalan Stadion Sultan Agung (Jalan Imogiri Timur Km 10, Wonokromo) atau timur Stadion Sultan Agung ini setipa harinya selalu ramai dipadati pembeli.

Meskipun sate klathak hanya dibakar menggunakan bumbu garam, tetapi rasanya sungguh nikmat.

Potongan daging kambing terasa sangat gurih.

Satu porsi sate klathak hanya terdiri dari dua tusuk sate, meskipun demikian jumlah potongan daging dalam setiap tusuk cukup banyak, dan potongannya juga besar.

Besarnya potongan daging tersebut tidak lantas membuat daging alot karena berasal dari kambing muda.

Satu hal lagi yang membuat sate ini begitu spesial adalah tidak bau prengus.

Penggunaan jeruji sebagai tusuk sate bukanya tanpa alasan.

Dengan dipanggang menggunakan besi bisa menghantarkan panas ke dalam daging, sehingga dagingnya bisa matang sempurna.

Satu porsi sate klathak disajikan bersama nasi dan kuah gulai.

Jika anda menginginkan cita rasa pedas, tinggal menggigit cabai rawit yang disediakan di atas meja makan.


Sate Klathak khas Bantul. Dari daging kambing muda. Ditusuk pakai jeruji sepeda kayuh.

Biasanya, secangkir teh nasgitel (panas,legi, kentel) dengan gula batu, akan menjadi pelengkap menikmati lezatnya sate ini.

Dikatakan Nafik, salah satu karyawan Sate Pak Pong, selain sate klathak tempat makan tersebut juga menyediakan beragam menu lain seperti Sate bumbu, tongseng daging, tonseng kepala, tonseng otak, tengkleng, dan kicik.

"Setiap harinya kami buka dari jam 10 pagi hingga 12 malam," ujarnya Nafik. Soal harga, sate klatak Pak Pong ini, dibanderol 19 ribu rupiah.

Jika dengan nasi putih dan minum Anda hanya tinggal menambahkan 6 ribu lagi. Jadi dengan 25 ribu rupiah, Anda bisa makan dengan nikmat dan puas di sate klatak Pak Pong.

Selain Pak Pong, di wilayah jalan Imogiri Timur terdapat puluhan penjual sate.

Dari penelusuran Tribun Jogja, sedikitnya ada sekitar tiga puluh penjual sate klatak di jalan menuju kompleks makam Raja-raja Mataram Imogiri ini.

sebut saja sate klatak Pak Jito, Bu Jazim, Pak Nyong, Pak Bari dan masih banyak lainnya.

Warung-warung sate ini sebagian buka sedari pagi hingga tengah malam, sebagian lagi memilih buka selepas beduk adzan magrib.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas