20 Lukisan Spiritual Dipamerkan dalam Peringatan 50 Tahun Lukisan Mata Hitam Jeihan
Penggambaran itu juga memberi dimensi bahwa setiap manusia dalam menghadapi dunia ini tidak akan pernah mengetahui apa yang akan terjadi
Editor: Malvyandie Haryadi
Buku setebal 130 halaman (terbitan Jeihan Institute) menyebutkan, Jeihan memiliki kebiasaan bermeditasi dan bersih diri sebelum melukis obyek-obyek bermuatan spiritual, yakni berpuasa dan pantang, kemudian keramas.
Proses melukisnya pun amat singkat.
”Ritual” itu dilakoninya saat menggarap lukisan ”Yang Mulia 6 Presiden Republik Indonesia (Enam Tokoh Besar Peletak Dasar NKRI)”, berukuran 300 cm x 800 cm, yang dijadikan ikon Balai Kirti, Museum Kepresidenan Istana Bogor.
Sebelum melukis karya ini, Jeihan lebih dulu bermeditasi.
Jeihan berargumen, enam Presiden Indonesia adalah peletak dasar NKRI. Soekarno adalah ”Bapak Revolusi 45” dan penggali Pancasila. Soeharto sebagai ”Bapak Pembangunan”.
Berikutnya, BJ Habibie sebagai ”Bapak Reformasi”, Abdurrahman Wahid sebagai ”Bapak Toleransi”. Megawati Soekarnoputri sebagai ”Ibu Demokrasi”, dan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai ”Bapak Harmonisasi”.
Menurut Jeihan, Presiden RI ke-7 dan seterusnya juga merupakan tokoh besar yang akan menghadirkan Ratu Adil.
Ratu Adil yang dimaksudkan bukan berwujud makhluk, melainkan suasana kelimpahan, kemakmuran, dan kesejahteraan.
”Insya Allah 30 tahun lagi Indonesia akan memasuki zaman platinum atau masa keemasan tahun 2045 dengan suasana gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo (negara dengan kekayaan yang melimpah, dan masyarakat hidup dengan tenteram). Saya pun berharap cucu saya dapat menjadi generasi platinum,” ujar Jeihan. (Samuel Oktora)