Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jelajahi Kota Lama Semarang, Anda Akan Menyadari Kenapa Tempat Ini Disebut 'Belanda Kecil'

Bangunan rapat yang mendominasi mirip bangunan-bangunan di Belanda. Alhasil membuat tempat ini juga disebut Little Netherland.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Jelajahi Kota Lama Semarang,  Anda Akan Menyadari Kenapa Tempat Ini Disebut 'Belanda Kecil'
Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan
Melintasi bangunan tua di Kota Lama mengendarai sepeda ontel. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rival Almanaf

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Gedung besar dan tinggi berdiri kokoh di sepanjang Jalan Letjend Soeprapto, Kota Semarang.

Beberapa masih terlihat terawat dan bersih.

Bahkan, ada yang digunakan sebagai perkantoran, restoran juga tempat ibadah.

Sementara yang lain, mulai usang dimakan usia.

gereja
Gereja Blenduk di malam hari.  (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Ini nampak dari warna cat yang memudar dan kusam, bahkan ada yang berlumut.

Berita Rekomendasi

Kota Lama, begitu kawasan ini disebut warga Kota Lumpia.

Bangunan rapat yang mendominasi mirip bangunan-bangunan di Belanda membuat tempat ini juga disebut Little Netherland.

"Dulu, Kota Lama menjadi pusat kegiatan dan militer Belanda. Dan dibangun sebuah benteng bernama Vijfhoek. Selanjutnya, berkembang menjadi rumah tinggal, gedung pemerintahan dan perkantoran di zaman itu," ungkap Ketua Komunitas Sejarah Lopen M Yogi Fajri.

Baca Juga: Corak Batik Bogor

Menyusuri Kota Lama dapat memberi gambaran bagaimana rapinya penataan kota ini di zaman dulu.

Penjelajahan pun bisa dimulai dari Gereja Blenduk yang merupakan satu dari sekian ikon Kota Semarang.

taman srigunting
Taman Sri Gunting di samping Gereja Blenduk Kota Lama. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

"Dulu, namanya Koepelkerk. Difungsikan juga untuk tempat ibadah namun kini disebut Gereja Blenduk," jelas ketua komunitas Sejarah Lopen, M Yogi Fajri.

Gereja Blenduk memiliki keunikan. Atapnya berbentuk kubah yang dikelilingi tiga menara.

Ketika malam, kubah di atas akan tersorot lampu dari empat penjuru.

Fokusnya, lonceng di atas kubah. Orang-orang di sekitar pun mudah melihat.

Gedung yang dibangun tahun 1753 ini sekarang digunakan sebagai tempat ibadah jemaat GPIB Immanuel.

Bangunan berbentuk klasik ini juga memiliki empat pilar berbentuk bundar sebagai penyangga.

Letaknya di depan pintu utama gereja.

kota lama
Sudut gedung Marba di Kota Lama. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Bangunan gereja ini sendiri berbentuk segi delapan beraturan dilengkapi pintu dan jendela berpanel melengkung di bagian atas.

Bangunan di Jalan Letjend Soeprapto No 32 ini berada tepat di samping Taman Srigunting, taman yang pernah menjadi pusat Kota Lama.

Menurut Yogi, di masa lalu, Taman Srigunting merupakan lapangan bernama Parade Plein lantaran sering digunakan untuk parade militer.

Taman yang tak terlalu luas itu memiliki empat pohon rindang dan kini menjadi favorit pasangan yang ingin mengambil foto prewedding maupun komunitas yang sekadar berkumpul untuk berdiskusi.

Beranjak ke timur, ada gedung Spiegel. Yogi mengatakan, dulu, Spiegel merupakan pusat penjualan barang impor yang masuk ke Semarang.

"Berbagai barang, bukan hanya dari Belanda, dijual di sana. Misalnya, koper dan pakaian. Dulu, benda yang belum bisa diproduksi di dalam negeri bisa ditemukan di Spiegel," imbuhnya.

Saat ini, Spiegel sudah berubah menjadi bar and bistro yang mentereng di Kota Lama.

Tanpa mengubah bangunan asli, pemilik seolah ingin pengunjung bisa merasakan suasana hangout di suatu tempat di belahan Benua Eropa.

Di antara Gereja Blenduk dan Spiegel, letaknya agak menjorok ke dalam, terdapat Semarang Contemporary Art Gallery.

Tempat ini digunakan sebagai galeri pameran lukisan maupun foto.

"Dahulu, gedung itu merupakan kantor perusahaan ekspor dan impor bernama Indische Lloyd sehingga dibangun berdekatan dengan Spiegel, toko barang impornya," paparnya.

Bergeser ke timur kemudian ke utara, tepatnya di Jalan Cenderawasih, terdapat gedung Marabunta.

Gedung yang memiliki ciri patung semut besar di bagian kiri dan kanan atap ini konon merupakan gedung pementasan.

Ke arah Jalan Merak, bisa ditemukan pabrik rokok Praoe Lajar.

Pabrik yang berada di kawasan belakang Gereja Blenduk ini dulunya digunakan sebagai kantor Maintz and Co, sebuah perusahaan energi swasta yang pertama mengembangkan jaringan listrik di Hindia Belanda.

Tak jauh dari pabrik rokok ini terdapat Stasiun Tawang.

Stasiun yang di zaman Belanda menjadi penghubung Semarang-Yogyakarta-Solo itu hingga kini masih berfungsi dan menjadi stasiun utama di Kota Semarang, selain Stasiun Poncol.

Di depan Stasiun Tawang terdapat polder atau kolam retensi yang berfungsi menahan air limpahan dari luar kawasan dam agar tidak meluber ke Kota Lama.

Kini, kolam ini sering menjadi jujugan warga yang ingin memancing.

Bangunan lawas lain yang kini juga berubah fungsi sebagai tempat kuliner adalah rumah makan Ikan Bakar Cianjur.

Yogi mengatakan, bangunan yang berada di seberang Gereja Blenduk itu dulu menjadi tempat pengadilan khusus pribumi atau juga disebut Landraad.

Menurut data yang dimiliki Lopen, tahun 2008, ada 91 bangunan di Kota Lama.

Meski ada bangunan yang tak lagi berdiri kokoh bahkan terkesan mangkrak, kawasan ini layak dijelajahi.

Jika tak mau lelah berjalan menyusuri sudut-sudut Kota Lama, Anda bisa naik ojek vespa kuno yang disediakan Rofiq (38). Vespa ini muat tiga orang. "Cukup murah, Rp 20 ribu bisa keliling Kota Lama bonus cerita tentang bangunan-bangunan yang ada," kata Rofiq berpromosi.

Sekitar 40 menit, Rofiq akan mengantarkan Anda menjelajahi Little Netherland. Di spot tertentu, Rofiq tak segan berhenti dan mempersilakan Anda selfie.

Jasa ojek vespa Rofiq tak hanya diminati wisatawan tetapi pasangan yang tengah mengambil foto prewedding di kawasan Kota Lama.

Tak perlu jauh-jauh mencari pangkalan ojek Rofiq.

Biasanya, ia memarkir vespa dan mangkal di timur Taman Srigunting atau di antara lapak barang antik pasar klitikan Kota Lama.

Kota Lama bisa dijangkau menggunakan Bus Rapid Transit (BRT) Koridor 4. Jika Anda dari Bandara Ahmad Yani Semarang, naik BRT dari shelter Kalibanteng dan transit di shelter SMA 5 Semarang atau depan Balaikota Semarang.

Selanjutnya, berganti BRT arah dan turun di shelter Stasiun Tawang.

Dari stasiun ini, pasar klitikan bisa dijangkau jalan kaki sekitar 300 meter. Harga tiket BRT per September 2015 Rp 3.500 untuk umum dan Rp 2.000 untuk pelajar berseragam. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas