Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rumah Adat Banjar Gajah Baliku: Kokoh Meski Berusia 150 Tahun, Penuh Simbol Tradisional Banjar

Jumlah tiang rumah keseluruhannya ada sebelas bilah. Angka ganjil ini memiliki arti khusus rupanya.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Rumah Adat Banjar Gajah Baliku: Kokoh Meski Berusia 150 Tahun, Penuh Simbol Tradisional Banjar
Banjarmasin Post/yayu Fathilal
Rumah Gajah Baliku merupakan satu dari beberapa rumah adat Banjar. 

Di dindingnya tampak foto-foto bahari milik penghuni rumah dan surat keputusan dari Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan tentang penetapan rumah ini sebagai salah satu situs cagar budaya.

Agak ke belakang lagi, ada ruangan yang dipenuhi perabotan seperti tempat tidur, kelambu, tantaran atau tempat menggantungkan baju bagi pengantin baru orang Banjar serta beberapa gelas kaca klasik.

Di bagian bawah atapnya, ada celah mirip loteng yang di sekelilingnya dipagari dan berukiran.

lukisan
Lukisan kincir angin Belanda.  (Banjarmasin Post/Yayu)

Menurut pemilik rumah ini, Abu Najib, tempat ini dulu merupakan wadah calon pengantin perempuan Banjar dipingit sebelum hari pernikahannya tiba.

"Di situ calon pengantin melakukan berbagai aktifitas hariannya seperti makan, tidur, menjalani ritual batimung (mandi uap), balulur (luluran), dan aktifitas lainnya menjelang pernikahannya. Sebelum hari pernikahan tiba, dia tak boleh turun dari loteng itu," jelasnya.

Rumah ini satu komplek dengan rumah adat yang satu lagi, yaitu Bubungan Tinggi yang letaknya di belakang rumah Gajah Baliku ini.

Pemilik dua rumah ini adalah ayah dan anak.

BERITA TERKAIT

"Rumah Bubungan Tinggi itu milik orangtua Hajjah Esah, yaitu HM Arif dan Hj Fatimah. Jadi, pemilik dua rumah ini masih satu keluarga. Perabotan-perabotan kuno di rumah ini merupakan warisan dari HM Arif," jelasnya.

HM Arif dulu merupakan orang kaya di kampungnya ini.

Dia saudagar sukses yang berniaga hingga ke beberapa negara seperti India, Belanda, Singapura, Jerman, dan sebagainya.

Tak heran jika di rumah adat ini ada perabotan-perabotan produksi asing seperti piring malawin berbahan porselen bergambar gajah dari India dan lukisan kincir angin dari Belanda.

Beberapa perabotan itu kemudian diwarisi oleh putrinya, Hajjah Esah yang memiliki rumah Gajah Baliku ini.

Bagaikan sebuah cerita kilas balik, beberapa hari lalu ada seorang turis dari Jakarta yang baru saja pulang berwisata ke Belanda kemudian berkunjung ke rumah adat ini.

Rupanya di Belanda dia sempat berfoto di depan kincir angin yang gambarnya ada di lukisan warisan HM Arif itu.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas