Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yudika Sukses Berbisnis Warteg Hingga 92 Cabang Seantero Jakarta dan Sekitarnya

Ini rahasia sukses Yudika berbisnis warteg hingga 92 cabang seantero Jakarta dan sekitarnya.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Yudika Sukses Berbisnis Warteg Hingga 92 Cabang Seantero Jakarta dan Sekitarnya
Foto-foto: Tribunnews.com/ Ali Rahman Mutajali
Sayudi alias Yudika, pemilik Warteg Kharisma Bahari. 

Liputan Wartawan Tribunnews.com, Ali Rahman Mutajalli

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagi warga Jakarta dan sekitarnya, khususnya daerah Jakarta Selatan hingga perbatasan Tangerang Selatan, bisa jadi Warteg Kharisma Bahari (WKB) sudah tidak asing lagi.

Pasalnya WKB sudah memiliki 92 cabang yang tersebar di Jakarta dan Tangerang Selatan.

Mengusung konsep warteg bersih dan sehat, WKB mudah diterima masyarakat dan semakin menjamur ke perkampungan hingga ke gang-gang di antara pemukiman warga.

Lalu siapa otak dibalik menjamurnya WKB ini? Adalah Sayudi, warga asli Tegal yang mulai terjun di dunia warteg sejak 1997.

Merantau ke Jakarta setelah tamat sekolah dasar dan tidak pernah melanjutkan sekolah formalnya ke jenjang yang lebih tinggi, walaupun orang tuanya saat itu mampu membiayai sekolahnya.

BERITA TERKAIT

Tiba di Jakarta pada 1988, Sayudi mengadu nasib di Terminal Pulogadung sebagai penjual rokok.

Selama beberapa tahun Sayudi merasakan kerasnya hidup di Terminal Pulogadung, bertemu preman dan pencopet setiap hari, membuat Sayudi bertekad untuk memperbaiki nasibnya, hingga akhirnya dia pindah ke selatan Jakarta.

“Setelah pindah ke selatan, saya mulai merasa tenang, soalnya disini adem-adem aja, nggak kayak di Pulogadung yang banyak copet dan premannya,” ujar pria kelahiran 1973 ini.

Mulai terjun di usaha warteg setelah menikah di usia 21 tahun. Berawal dari pinjaman modal yang diberikan mertuanya, Sayudi mulai membuka warteg di daerah Cilandak.

Tidak sulit bagi Sayudi membuka warteg pertamanya karena dibantu isterinya yang berpengalaman di dunia warteg.

Isterinya pernah bekerja di warteg selama 6 bulan tanpa mengharapkan imbalan apapun dari hasil kerjanya di warteg tersebut. Dia tidak mau menerima upah yang diberikan oleh majikannya.

Isteri Sayudi semata-mata berniat ingin belajar dan mengambil ilmu dari usaha warteg tempatnya bekerja.

Melihat kegigihan dan keuletan isteri Sayudi, pemilik warteg merasa tidak enak jika tidak memberikan upah. Akhirnya, upah tersebut diberikan keorangtuanya tanpa sepengetahuan isteri Sayudi.

Berkat kekompakan Sayudi dan isterinya, mereka mulai memperkenalkan brand wartegnya dengan nama Warteg Kharisma Bahari pada 2011.

Selama 4 tahun terakhir Sayudi terus mengembangkan usaha wartegnya dengan brand Warteg Kharisma Bahari atau WKB.


Kesibukan di Warteg Kharisma Bahari (WKB).

Dia juga memperkenalkan dirinya sebagai Yudika mengikutkan awal kata Kharisma diakhir namanya sesuai nama wartegnya.

Ciri khas WKB berwarna hijau dan kuning. Dibagian depan warteg terpampang tulisan Warteg Kharisma Bahari dengan font berwarna merah.

Di bawahnya tertulis Sedia Soto Ayam dengan font berwarna kuning berlatar hijau. Tulisan tersebut tertempel di kaca yang bersih dan selalu mengkilat.

Warna yang diusung WKB yakni hijau dan kuning ternyata memiliki filosofi sendiri yang terinspirasi dari traffic light.

“Terinspirasi dari lampu merah, kalau merah kan berhenti kalau kuning hati-hati, kalau hijau jalan. Kita harus hati-hati dalam bertindak, supaya semuanya berjalan lancar, insya Allah kalau selalu berhati-hati semua rencana dan tindakan kita berjalan lancar,” ujar Yudika

Jika diperhatikan, cabang WKB dengan cabang WKB yang lain, jaraknya tidak terlalu jauh, tidak lebih dari 1 kilometer.

Tapi hal tersebut tidak membuat Yudika khawatir akan terjadi persaingan antar cabang WKB yang berdekatan.

Yudika memiliki prinsip bahwa kualitas pikiran menentukan kualitas hidup.

“Jika kita berpikir akan bersaing dengan orang lain, maka kita akan kalah, makanya setiap membuka cabang baru, saya berdoa semoga dagangan saya laku dan dagangan disekitar saya juga ikut laku,” tutur Yudika.

Yudika sengaja membuka cabang WKB yang dekat dengan cabang WKB yang lain karena menurutnya masih memiliki potensi yang cukup menjanjikan.

“Daripada lompat-lompat, saya buka yang deket-deket dulu, menurut feeling saya masih potensi, buka cabang lagi, pelan-pelan merembet, saya jarang langsung lompat,” ujar Yudika.

Mengenai terget, Yudika tidak memiliki target yang muluk-muluk.

Dia ingin membuka cabang sebanyak-banyaknya, dan membuka kesempatan kepada siapa saja yang ingin bekerja sama dengannya, sesuai slogan WKB, yang akan mewartegkan Jabodetabek.

“Saya sih nggak punya target, target saya sebanyak mungkin, sebanyak mungkin bisa membantu orang, nggak semata-mata untuk diri saya sendiri, karena dulu waktu masih pedagang kaki lima, saya merasakan banget nggak enaknya jadi orang susah,” ujar Yudika

Bisnis warteg yang dijalankan Yudika lebih kepada membantu masyarakat kalangan menengah kebawah. Beberapa cabang WKB sendiri sudah dimiliki oleh mantan karyawannya.

“Kerja di warteg itu, kalau pikirannya jalan suatu saat bisa memiliki, seperti pemilik salah satu cabang WKB di Pondok Pinang, itu dulu karyawan saya, yang penting jiwa ingin jadi pemiliknya ada,” Ujar Yudika.

Hingga saat ini setiap hari cabang WKB masing-masing bisa meraih omset Rp 1 juta hingga Rp 5 juta, tergantung luas tempatnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas