Coban Sewu, Niagara Versi Indonesia, Pemandangannya Luar Biasa, Datanglah Sebelum Pukul 16.00
Air terjun di Indonesia ini berada di perbatasan dua kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kabupaten Malang dan Lumajang.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Surya, Benni Indo
TRIBUNNEWS.COM, LUMAJANG - Amerika Serikat dan Kanada boleh berbangga punya air terjun Niagara.
Tapi di Indonesia ini, juga ada air terjun yang serupa Niagara.
Lokasinya pun berada di perbatasan. Eits, tidak seperti Niagara yang berada di perbatasan negara Amerika Serikat dan Kanada.
Pengunjung menikmati pemandangan Coban Sewu dari Panorama, Kabupaten Lumajang. (Surya/Benni Indo)
Air terjun di Indonesia ini berada di perbatasan dua kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kabupaten Malang dan Lumajang.
Namanya Coban Sewu. Coban berarti air terjun. Sewu berarti seribu.
Ada dua versi penyebutan air terjun ini.
Warga Lumajang lebih akrab dengan sebutan Tumpak Sewu.
Sedangkan warga Malang menyebut Coban Sewu.
Kali ini, kita sepakati untuk menyebut Coban Sewu karena tempat ini berupa air terjun.
Sedangkan tumpak berarti bertingkat.
Pasalnya banyak air mengalir di tempat yang bertingkat, maka warga Lumajang menyebut Tumpak Sewu.
Pengunjung menikmati pemandangan Coban Sewu dari Panorama, Kabupaten Lumajang. (Surya/Benni Indo)
Sementara warga Malang menyebut Coban Sewu bukan karena banyaknya aliran air.
Melainkan, karena tingginya air terjun hingga disebut setinggi 1000 meter. Maka disebutlah air terjun itu Coban Sewu.
Di wilayah Kabupaten Malang, Coban Sewu berada di Desa Sidorenggo, Kecamatan Ampelgading.
Sedangkan di Kabupaten Lumajang berada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo.
Terlepas dari perbedaan itu, Coban Sewu memiliki keindahan yang luar biasa.
Air terjun ini membentang membentuk setengah lingkaran dengan jarak bentangan sekitar 500 meter. Banyak aliran air di sepanjang tebing itu.
Bahkan, ada satu sungai yang menjadi jalur utama mengalirnya lahar dingin dari Gunung Semeru.
Sungai itu menjadi pembatas antara Kabupaten Malang dan Lumajang.
Pemandangan Coban Sewu dari Panorama, Kabupaten Lumajang. (Surya/Benni Indo)
Di sebelah barat sungai masuk Kabupaten Malang. Sedangkan sebelah timur, masuk Kabupaten Lumajang.
Namun, air yang banyak mengalir berada di Kabupaten Malang.
Sedangkan di Kabupaten Lumajang tetesan air sangat sedikit.
Menurut keterangan ketua karang taruna Desa Sidomulyo Abdul Karim, aliran air yang berada di sebelah timur dulunya deras.
Namun, setelah berdiri sebuah pabrik tapioka yang berada tidak jauh dari Coban Sewu, aliran air mulai menyusut.
Pabrik itu membuat sumur sehingga air yang mengalir ke tebing tidak sederas dulu.
Pengunjung bisa menyaksikan lengkukan pelangi jika cahaya matahari tepat jatuh di bawah air terjun.
Maka sebetulnya, waktu yang tepat datang ke Coban Sewu saat menjelang siang.
Pengunjung juga bisa mendekati air terjun serta menikmati kucuran air di bawah.
Namun akses menuju bawah cukup menantang. Siapkan tenaga!
Coban Sewu yang memisahkan Kabupaten Malang dan Lumajang memiliki dua pintu masuk utama.
Pengunjung bisa masuk melalui Kabupaten Lumajang atau Malang.
Sebelum beraksi, ada baiknya memeriksa bekal air dan makanan.
Jika tidak sempat berbekal sedari awal, jangan khawatir.
Di pintu masuk ada beberapa warung yang menjual makanan ringan dan air minum.
Tiket di masing-masing tempat masuk sama. Yaitu sebesar Rp 5.000.
Bagi Anda yang membawa motor, dikenai biaya parkir Rp 5.000. Sedangkan mobil Rp 10.000.
Jika masuk melalui Kabupaten Malang, pengunjung bisa turun langsung ke bawah air terjun tanpa harus membeli tiket lagi.
Namun, bila masuk lewat Lumajang, pengunjung akan membeli tiket masuk lagi di pos perbatasan Kabupaten Malang sebesar Rp 5.000.
Satu hal yang unik jika masuk dari Lumajang adalah tempat yang tepat melihat Coban Sewu.
Tempat itu disebut ‘panorama’.
Pengunjung bisa melihat secara keseluruhan air terjun dari ketinggian yang sempurna di panorama, (lihat foto yang diambil dari panorama).
Jarak antara lokasi parkir menuju panorama sekitar 300 meter.
Jalannya menurun dan melewati perkebunan salak.
Pengunjung bisa saja berhenti di panorama sekadar melihat Coban Sewu dan mendengar gemericik airnya.
Namun, rasa-rasanya tidak cukup jika hanya berhenti di panorama.
Lebih seru lagi turun dan mendekat ke Coban Sewu!
Untuk bisa turun ke Coban Sewu, aksesnya cukup menantang.
Jalur yang dilalui curam dan hanya bersandar pada bambu dan tali yang dipasang sepanjang jalan.
Tangga yang mengantarkan pengunjung ke bawah terbuat dari kayu dan bambu.
Sebagai informasi tambahan, bawalah air secukupnya untuk mengatasi dahaga karena perjalanan akan melelahkan.
Selain menapaki anak tangga yang terbuat dari kayu dan bambu, pengunjung juga akan melewati aliran air terjun yang mengalir di bebatuan tebing.
Cukup licin, namun aliran air tidak teramat deras.
Jalanan menuruni lembah itu kecuramannya bisa sampai 80 derajat. Harus ekstra hati-hati!
Pakailah sepatu atau sandal gunung agar bisa meminimalisir kemungkinan terpeleset di batu yang licin.
Jika tidak menggunakan kedua benda itu, pengunjung bisa berjalanan dengan kaki telanjang.
Dalam keadaan santai, perjalanan dari panorama menuju ke bawah Coban Sewu ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit.
Jarak yang ditempuh sekitar 1 Km.
Sementara pintu masuk Kabupaten Malang, belum ada lokasi seperti panorama.
Jalur turun menuju Coban Sewu juga tidak jauh berbeda dengan Lumajang.
Namun waktu tempuh tidak terlalu lama. Sekitar 30 menit saja dalam kondisi santai.
Akses dari Kabupaten Malang baru dibuka sekitar Agustus 2015.
Sementara akses dari Lumajang telah dibuka sejak Maret 2015.
Baik di Lumajang dan Malang.
Sepanjang jalan akan tersedia tempat sampah yang terbuat dari plastik hitam.
Beberapa yang lainnya terbuat dari kayu.
Tidak hanya sampah plastik, para pemuda juga mengantisipasi sampah tulisan atau yang biasa disebut vandalisme.
Mengantisipasi hal itu terjadi, pemuda karang taruna Sidomulyo tengah menyiapkan dua papan saat ini.
Papan itu diperuntukkan kepada setiap pengunjung yang ingin menulis atau memiliki kebiasaan coret-coret.
Para pemuda desa setempat sangat peduli pada kebersihan Coban Sewu.
Keberadaan tempat sampah itu merupakan swasembada mereka.
Tanpa ada campur tangan pemerintah setempat.
Mereka sadar, semakin terkenalnya Coban Sewu maka akan banyak orang yang berdatangan ke sana.
Peluang menumpuknya sampah pun akan semakin besar.
Para pemuda karang taruna Desa Sidomulyo, pernah mengajukan proposal pengadaan tempat sampah ke Pemerintah Kabupaten Lumajang.
Namun hingga kini proposal permohonan mereka belum mendapat jawaban pasti.
Alhasil, para pemuda di Malang dan Lumajang setiap harinya harus siaga plastik sampah sekaligus membakar sampah-sampah yang ada.
Perlu diketahui juga, akses pengunjung yang akan turun ditutup pukul 16.00 wib.
Sebaiknya jika ingin merasakan sensasi berdiri di bawah reruntuhan air Coban Sewu, datanglah sebelum pukul 16.00.
Baik dari Kabupaten Malang atau Lumajang sama-sama menutup akses ke bawah pukul 16.00.
Saat berada di bawah, mata akan dimanjakan dahsyatnya pemandangan Coban Sewu.
Seakan-akan kita berada di sebuah dome yang dindingnya dialiri air sepanjang waktu.
Di bawah Coban Sewu, ada dua kolam kecil dan beberapa tingkatan air terjun yang juga relatif kecil.
Biasanya, para pengunjung mandi dan sekadar foto-foto di tempat itu.
Maka jangan sia-siakan kesempatan bisa turun ke Coban Sewu.
Tetapi, pilihan tetap ada pada Anda sebagai pengunjung. Apakah ingin lewat Kabupaten Malang atau Lumajang.
Yang terpenting, tetaplah menjaga kebersihan saat berkunjung ke 'serpihan surga' ini!
Jagalah kebersihan!
Itulah satu pesan dari para anak-anak muda di desa dekat Coban Sewu.
Mereka sangat mengapresiasi pengunjung yang datang dan menjaga kebersihan.
Bagi mereka, keindahan Coban Sewu bukan semata milik mereka sendiri, melainkan milik seluruh warga Indonesia dan khususnya Jawa Timur.
Oleh sebab itu, menjaga kebersihan menjadi tanggungjawab siapapun yang datang ke Coban Sewu. Selamat berpetualang!