Simbol Upacara Kematian dan Pesta Adat Pada Pesona Kain Songke Khas Manggarai
Ini pesona kain songke khas Manggarai yang terdapat banyak makna pada simbol-simbolnya.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Pos Kupang, Eugenius Moa
TRIBUNNEWS.COM, RUTENG - Kekhasan warisan budaya Manggarai tak pernah habis dikupas.
Anutan masyarakat terhadap kebudayaan sudah mengakar turun-temurun.
Simbol-simbolnya dalam bentuk kain tenun, bentuk rumah, upacara kematian, kelahiran, pesta adat.
Bahkan hampir segala aktivitas masyarakat selalu melekat dengan urusan tradisi dari nenek moyang.
Salah satu warisan mengakar kuat kain Songke. Jadi tak lengkap rasanya bila ke jalan-jalan ke Manggarai tidak membawa pulang kasin songke khas Manggarai ini.
Tidak sulit menemukan kekayaan warga yang satu ini di wilayah Manggarai Raya meliputi Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur. Di pasar, toko dan pusat-pusat keramaian selalu bisa ditemukan kain songke.
Sarung, kain baju, topi dan selendang. Mengenakan kain Songke dalam bentuk baju, jas atau topi bagi orang Manggarai merupakan kebanggaan. Di sanalah identitas mereka yang bisa membedakan dengan sekian banyak warga yang lain.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Andre Garu, mengungkapkan perasaan itu ketika berada di Senayan, rumah anggota DPR/MPR (DPD) RI. Di antara sekian ratusan anggota DPD, Andre mengaku selalu tampill percaya diri (PD).
Para pejabat mengenakan kain songke.
Semua kemeja resmi untuk kerja atau santai selalu dimodifikasi dengan kain Songke.
Pakaian yang dikenakan itu sekaligus mempromosikan kekayaan daerah kepada orang lain.
"Sejak saya menjadi anggota DPD di Jakarta, semua baju saya dimodifikasi tenun Songke. Biar masyarakat Indonesia tahulah bahwa Manggarai khususnya dan NTT umumnya kaya dengan keragaman tenun dan kekhasan daerah. Kain songke hanya ada di Manggarai," ujar Andre, Senin (2/11/2015).
Andre mengaku kagum dengan keragaman tenun yang dimiliki semua daerah NTT. Memakai kain Songke, dia ingin menegaskan asal-usul dan kecintaan kepada daerahnya.
Membuat tenun Songke bukan kerja muda. Inilah yang dirasakan penenun Bernadetha Lanus (40). Setiap hari, Detha mengurus stan di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Manggarai, tugasnya membuat sarung songke.
Untuk mendapatkan selembar sarung Songke dibutuhkan waktu sebulan dan 2-3 minggu untuk satu lembar kain baju tergantung motif yang dibuat.
Lamannya waktu produksi tak sebanding dengan hasil yang didapat. Harga sarung berkisar Rp 650 ribu sampai Rp 800 ribu/lembar tergantung motifnya.
"Biasanya wisatawan asing datang ke sini menyaksikan proses pembuatan Songke. Ada juga mahasiswa yang melakuka penelitian ketemu saya tanyakan proses buat Songke," ujar Detha.
Bekal ketrampilan tenun, Detha tamatan Sekolah Dasar (SD) menjadi karyawan honor di kantor pemerintahan sejak 2014. Setiap hari, tugasnya menenun dan menjual tentunan sekaligus promosi.
"Saya tahu menenun sejak usia SD tinggal di kampung Desa Bea Mese Kecamatan Cibal," ujara Detha, Senin (2/11/2105).