Anda Dianggap Belum Sah ke Yogya Jika Tidak Menikmati Suasana Malam di Tugu Pal Putih
Anda dianggap belum ke Yogyakarta jika belum singgah ke Tugu Pal Putih.
Editor: Malvyandie Haryadi
Secara simbolis filosofi tersebut digambarkan dengan keberadaan Panggung Krapyak yang berada di sisi paling selatan, Keraton di tengah, dan Tugu di bagian utara.
Bentuk awal Tugu Pal Putih berbeda dengan yang saat ini kita jumpai.
Awalnya badan tugu berbentuk silindris (gilig) dan terdapat semacam bentuk bola (golong) di atas badan tugu.
Sehingga pada awalnya bangunan tersebut dinamai Tugu Golong Gilig.
Tugu Golong Glig dan Panggung Krapyak merupakan simbol Lingga Yoni yang melambangkan kesuburan.
Olah Pangeran Mangkubumi sumbu filosofi yang Hinduistis ini diubah menjadi konsep Islam-Jawa Sangkan Paraning Dumadi.
Dari Panggung Krapayak sampai Keraton melambangkan asal manusia dilahirkan sampai dewasa, menikah, dan melahirkan (Sangkan).
Dari Tugu Golong Gilig sampai Keraton melambangkan perjalanan manusia menghadap sang Pencipta (Paran).
Dahulu kala dari komplek keraton, khususnya dari Bangsal Manguntur Tangkil, Tugu Golong Gilig adalah arah pandang Sultan saat melaksanakan proses kehidupannya yang disertai satu tekad menuju kesejahteraan rakyat (golong gilig).
Maka Tugu Golong Gilig adalah simbol dari "Manunggaling Kawulo Gusti", semangat persatuan rakyat dan penguasa demi kesejahteraan rakyat.
Bentuk Tugu Golong Gilig benar-benar berubah paska terjadi gempa bumi hebat pada tahun 1867.
Saat itu bangunan roboh, dan pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII kembali dibangun dengan bantuan dari pemerintah Belanda, yang akhirnya selesai pada tahun 1889.
Tetapi bangunan tugu benar-benar berbeda, dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu.
Bagian atas tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing.