Jadi Travel Writer, Mantan Wartawan Ini Banjir Undangan Jalan-jalan Gratis Keliling Dunia
Ini kisah Ariyanto, meninggalkan dunia wartawan demi tekuni profesi travel writer. Sejak itu, kebanjiran undangan jalan-jalan keliling dunia.
Editor: Agung Budi Santoso
Ini kisah Ariyanto, meninggalkan dunia wartawan demi tekuni profesi travel writer. Sejak itu, kebanjiran undangan jalan-jalan keliling dunia.
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Pristiqa Ayun Wirastami
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Sempat berpengalaman menjadi seorang wartawan, Ariyanto atau yang lebih dikenal dengan nama Ariy sering memiliki kesempatan ditugaskan ke luar kota bahkan luar negeri.
Selain menulis berita, perjalanan-perjalanan tersebut pun ia abadikan dalam sebuah tulisan.
Awal ketertarikan Ariy terhadap penulisan catatan perjalanan atau travel writing adalah saat ia ditugaskan melakukan liputan ke Vietnam.
Pengalaman ia selama di Vietnam, dituangkan dalam empat seri tulisan yang dimuat di koran tempatnya bekerja.
"Dari situ saya seperti menemukan ketertarikan dalam hal menulis perjalanan. Saya pun berpikiran untuk menekuni hal tersebut," kata Ariy saat mengisi workshop Ayo Nulis yang diselenggarakan oleh Leisure Community Yogyakarta di Djendelo Koffie, beberapa waktu lalu.
Wisatawan minum lelehan air salju di kawasan wisata Gunung Tateyama, Jepang.
Setelah ia menulis seri perjalanannya ke Vietnam, gayung pun bersambut. Salah satu penerbit buku di Indonesia memberikan sebuah tawaran bagi penulis perjalanan untuk bisa berangkat negara yang diinginkan, tetapi dengan konsekuensi harus menulis perjalanan mereka selama berada di negara tersebut.
Tak ingin membuang kesempatan, Ariy pun mengirimkan sebuah proposal ke penerbit buku tersebut.
Ia menulis proposal tentang rencana perjalanannya ke China alias Tiongkok.
Alasan Ariy memilih China sebagai negara tujuannya pun sederhana, ia sangat ingin mengunjungi negara yang memiliki ikon tembok raksasa tersebut.
Ternyata, keberuntungan pun berpihak kepada Ariy.
Ia salah satu penulis yang terpilih untuk dibiayai keberangkatannya ke China. Saat itu juga ia pun memutuskan mengundurkan diri sebagai wartawan.
Keberangkatannya ke China adalah perjalanan pertamanya sebagai seorang travel writer.
"Waktu sampai China, saya bener-bener kayak orang bingung. Disana sangat sedikit sekali orang yang bisa berbahasa Inggris. Terlebih lagi saya juga tidak bisa membaca tulisan China. Tapi dari situ saya belajar dan menjadi bekal saya dalam melakukan travel writing," kata Ariy.
Ariy saat mengisi workshop Ayo Nulis yang diselenggarakan oleh Leisure Community Yogyakarta di Djendelo Koffie (Tribun Jogja/ Pristiqa Ayun Wirastami)
Semenjak itu, Ariy pun semakin rajin menuliskan pengalaman-pengalamannya selama melakukan travelling di blog yang ia miliki.
Tak hanya itu, ia juga merombak blog miliknya sehingga memiliki karakter sebagai travel blog.
Dulunya, Ariy nge-blog hanya untuk mencurahkan isi hatinya saja.
Namun ternyata, menurut Ariy blog yang isinya hanya berkisar tentang curahan hati saja kurang bermanfaat dan tidak berpengaruh.
Ia pun mulai menghapus postingan-postingan lama yang tidak sesuai dengan karakter blognya yang baru.
"Saya mulai menulis tentang tips dan panduan travelling. Ternyata respon pembaca lumayan besar. Posting paling populer adalah postingan saya yang berjudul pertama kali ke luar negeri. Dari situ saya jadi paham, bahwa berbagi pengalaman travelling ke orang lain cukup penting. Karena artinya kita berbagi pengalaman," paparnya.
Menikmati car free day di kawasan Akihabara, Tokyo.
Seiring pembaca blog milik Ariy yang semakin meningkat, membuat ia akhirnya mendapat tawaran travelling gratis dari berbagai instansi.
Salah satunya tawaran dari agen wisata Malaysia. Mereka mengajak banyak blogger untuk berkunjung di sejumlah tempat wisata yang ada di Malaysia.
"Selama di Malaysia, saya sudah mendapat fasilitas akomodasi dan masih diberi uang saku. Namun konsekuensinya saya harus menulis review perjalanan saya di Malaysia dalam tiga seri tulisan. Masing-masing tulisan sebanyak 500 kata plus video," kata Ariy.
Pengalaman Pribadi
Tak hanya review mengenai lokasi wisata yang ia kunjungi, Ariy juga seringkali memasukkan pengalaman pribadi selama travelling.
Yang mana ia berharap pengalaman pribadinya selama travelling juga bisa dijadikan panduan bagi pembaca yang ingin mengunjungi tempat yang sama.
Tak hanya aktif di blog, kini Ariy juga telah menerbitkan 11 buku sejak tahun 2010.
Seluruh tema buku yang ditulisnya pun bercerita tentang pengalaman travelling. Walaupun ada pula yang dikemas dalam bentuk fiksi.
Ia pun memberi saran bagi mereka yang ingin memulai pekerjaan sebagai blogger, namun tak melulu sebagai travel blogger. Ia menilai branding adalah hal yang sangat penting. Dan tetap konsisten dengan tema awal yang telah dipilih.
"Dikhawatirkan kalau melenceng jauh, bisa merusak branding. Jadi usahakan tetap setia menulis sesuai tema awal," tandasnya.
Wisatawan Indonesia adu nyali bertelanjang badan saat badai salju hempat Gunung Tatetama di Jepang.
Sementara salah satu pegiat Leisure Community sebagai komunitas yang memfasilitasi workshop Ayo Nulis, Ferdi Arifin mengatakan Leisure Community memang secara rutin mengadakan kegiatan serupa setiap minggunya. Namun tema yang digunakan pun berbeda-beda.
"Ini salah satu cara kami untuk bisa menginspirasi anak muda untuk tak hanya nongkrong, tetapi juga berwacana kritis dan menulis," ujar Ferdy.
Selain Ayo Nulis, ada pula program lain dari Leisure Community yang rutin diadakan. Antara lain Kongko.co, sebuah media yang mengapresiasi anak muda yang ingin menulis. Lalu ada pula Englisd Discuss dan Jagongan Filsafat.