Mata Air Ulu Wae Panaikang, Sulawesi Selatan, Tak Pernah Kering Meski Musim Kemarau
Dikatakan "ulu wae" oleh masyarakat setempat lantaran tempat ini menjadi mata air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Timur, Nurul Adha Islamiah
TRIBUNNEWS.COM, PANGKEP - Hal yang tak boleh terlewatkan ketika mengunjungi desa Panaikang, Miansatene, kabupaten Pangkep, Sulawesi Sekalan adalah mengunjungi mata air Ulu Wae.
Hadirnya Ulu Wae semakin memperkaya keindahan alam Panaikang.
Ulu Wae berasal dari bahasa Bugis yang artinya Induk Air.
Dikatakan "ulu wae" oleh masyarakat setempat lantaran tempat ini menjadi mata air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Abdul Salam, penduduk Panaikang yang ditemui Tribun Timur pada Selasa (23/11/2015) ini menuturkan bahwa mata air tersebut digunakan semua penduduk untuk mandi, mencuci, dan sumber air minum karena kerjernihan airnya.
"Airnya bersih sehingga masyarakat manfaatkan untuk kehidupan sehari-hari," ujarnya.
Mata air Ulu Wae tak hanya dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari, namun dipakai untuk irigasi sawah.
Dalam setahun, Ulu Wae dipakai 3 kali untuk mengairi sawah.
Hal yang menakjubkan dari mata air ini karena sepanjang musim kemarau airnya tidak pernah berkurang.
Terletak di kawasan hutan lindung yang dikeliling pepohonan menambah sejuk suasana sekitar mata air.
Untuk mengaksesnya, kita melewati jalan setapak yang masih berbatu-batu.
Suasana hutan sangat terasa ketika memasuki area mata air.
Suara-suara binatang tampak terdengar nyata di telinga. (*)